NovelToon NovelToon
Di Nafkahi Berondong Ku.

Di Nafkahi Berondong Ku.

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Teman lama bertemu kembali
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: tami chan

Devina adalah seorang mahasiswi miskin yang harus bekerja sampingan untuk membiayai kuliahnya dan biaya hidupnya sendiri. Suatu ketika dia di tawari dosennya untuk menjadi guru privat seorang anak yang duduk di bangku SMP kelas 3 untuk persiapan masuk ke SMA. Ternyata anak lelaki yang dia ajar adalah seorang model dan aktor yang terkenal. Dan ternyata anak lelaki itu jatuh cinta pada Devina dan terang-terangan menyatakan rasa sukanya.
Apakah yang akan Devina lakukan? apakah dia akan menerima cinta bocah ingusan itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tami chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Emot hati, bikin baper.

"Emangnya dia kirim chat apa sih! segitu pentingnya sampai harus di buka sekarang juga!" gemas Devi sambil berusaha membuka ponselnya untuk membaca chat dari Devan.

[ Pulangnya ngomong, aku anter! ]

Devi mendengus, "cuma begini aja pake drama peluk-peluk! hais bikin salting aja!? " gumam Devi kesal.

[Nggak usah, kamu kan baru pulang, nanti capek.]

Tak sampai satu menit, pesan dari Devi langsung di balas.

[Pokoknya, HARUS DI ANTAR AKU! ]

Devi mencibir.

[Kalau nggak mau?] Devi mengetik sambil nyengir, menggoda murid lesnya benar-benar menyenangkan.

[Aku juga nggak mau les lagi!]

Devi mencebik, "main kasar nih senengnya! jangan bercandain lahan nafkah orang, dong!" gumam Devi kesal.

"Kenapa, Dev?" tiba-tiba Luci muncul di dapur dan bertanya karena wajah Devi terlihat kesal.

"Oh, nggak apa-apa, kok. Tante, Saya pulang dulu ya? udah mau magrib..."

"Oh iya, Devan juga kayaknya nggak les dulu, lagi ada temen-temennya juga. Kayaknya mereka mau nginep, deh. Eh iya, tunggu sebentar..." Lucia mengambil sebuah kotak makan lalu meletakkan beberapa potong kue bolu buatannya ke dalam kotak tadi.

"Nih, lumayan bisa buat cemilan kalau lagi bengong di rumah."

Devi tersenyum cerah, "Ah, tante, tau aja!" ucapnya senang saat menerima kue pemberian Lucia.

"Pulang naik apa, Dev?" tanya Luci sambil berjalan mengantar Devi menuju pintu utama.

"Naik bus kalau nggak naik ojol, tante."

"Nggak apa-apa? apa mau di anter? sama Devan?"

"Jangan tante! Devan kan lagi ada temennya, nggak enak. Devi mau naik ojol aja, ni udah mau pesen kok," Devi menunjukkan ponselnya pada Luci.

Luci tersenyum, "okelah kalau begitu, Hati-hati, ya."

"Iya Tante, Saya pamit pulang dulu," Devi membungkukkan badannya lalu berjalan mundur menuju gerbang. Matanya menatap ke jendela kamar yang ada di lantai dua, berharap Devan sedang melongok keluar, namun yang muncul malah teman Devan.

"Eh, kakak cantik udah mau pulang?" teriaknya dari lantai dua.

Ebuseet, tuh anak panggil 'cantik' mulu, bikin geer aja!

Berkat teriakan temen Devan, Devan pun menunjukkan batang hidungnya di jendela. Dia menatap Devi dengan kesal.

Devi malah nyengir sambil membaikan tangannya pada Devan.

Ponsel Devi berbunyi, dan terlihat Devan menempelkan ponselnya di telinga.

Pasti Devan yang telpon, nih.

"Ya halo?" ucap Devi membuka pembicaraan, sambil mulai berjalan keluar dari gerbang rumah Devan.

"Nggak mau aku les lagi?" tasnya Devan to the point.

"Mau lah, masa nggak!" ucap Devi sambil menghentikan langkahnya, dan bersandar pada tembok pagar rumah Devan.

"Tunggu di situ!" lalu Devan menutup panggilan telponnya.

Devi mendesah dan menurut. Lebih baik, dia ikut saja permintaan murid nya itu, dari pada putus tali rejekinya di sini.

Tak lama kemudian, Devan muncul dengan motor ninjanya. Dia menghentikan motornya tepat di depan Devi lalu memberikan sebuah helm untuk Devi kenakan.

Devi tersenyum, seraya mengucapkan terimakasih kasih, lalu naik ke atas motor dan duduk di belakang Devan.

Seperti biasa, Devan tak mau menjalankan motornya sebelum Devi berpegangan padanya. Devi mendesah lalu melingkarkan tangannya di perut Devan.

"fiiiiiiuuutt!! suiitt! suiit!!" dari jendela lantai dua, tiga teman Devan langsung jejingkrakan sambil bersuit riuh menggoda Devan dan Devi.

Devi langsung menunduk malu, "buruan jalan!" ucapnya sambil mencubit perut Devan.

Devan pun menurut dan mulai menjalankan motornya dengan pelan.

"Emangnya kamu nggak malu, di godain temen-temenmu itu?" tanya Devi.

"Nggak!" jawab Devan tegas.

"Nanti mereka ngomong ke cewek yang kamu taksir loh, nanti nggak ada cewek yang mau sama kamu..." ucap Devi. Sebenarnya Devi hanya ingin memancing Devan, dia penasaran apakah Devan sudah punya gadis yang dia taksir atau belum? Devi nggak mau lah, terus-terusan baper sama sikap Devan. Kalau tau kenyataan yang sebenarnya, mungkin saja Devi jadi bisa menghapus perasaan aneh yang dari kemarin menghantuinya.

"Nggak masalah, mereka juga nggak kenal cewek yang ku taksir."

"Jadi kamu sudah punya cewek yang kamu taksir?" tanya Devi, jantungnya berdebar kencang mendengar ucapan Devan. Bahkan hatinya terasa tercubit, sakit.

Devan hanya mengangguk.

"Siapa?" tanya Devi hati-hati.

"Kamu nggak perlu tau!" jawab Devan ketus.

Devi langsung cemberut, "Dia cantik?"

"Iyalah, masa ganteng! emangnya aku homreng!"

"Kaya apa orangnya?"

Devan menghentikan laju motornya, hingga membuat Devi yang tak punya persiapan, menubruk punggung Devan dengan keras.

"Kenapa sih? kepo banget!" kesalnya.

"Iya, maaf maaf!" kesal Devi sambil menggerakkan bokongnya agar duduk agak menjauh dari Devan.

"Lho? sudah sampai ternyata?" kaget Devi sambil lalu turun dari motor Devan.

Devan melepas helmnya dan menatap Devi. Devi yang di tatap dua mata tajam setajam elang itu jadi merasa gugup sendiri.

"Ehm.. te-terima kasih sudah mengantar..." ucap Devi gugup sambil menyerahkan helm yang tadi dia kenakan -pada Devan.

"Ehm!" Devan berdehem, seperti ingin mengucapkan sesuatu namun tak jadi.

Devi menatap Devan bingung, 'kenapa dia tak langsung pergi? kenapa?'

"Ada apa?" tanya Devi bingung.

"Ini," Devan mengambil sebuah papper bag yang tergantung di stang motornya.

"Oleh-oleh," lanjutnya singkat.

Devi menerima papper bag pemberian Devan dengan mata berkilat gembira.

"Apa ini?"

"Buka saja kalau penasaran," ucap Devan santai.

"Nggak ah, nanti aja di kamar. Makasih ya, Dev.. oh iya, potongan rambut kamu bagus banget, jadi mirip Park Hyung Sik," Devi terkekeh sambil mengangkat jempolnya.

Semburat merah jambu muncul di pipi Devan yang putih bersih, dan sontak mengejutkan Devi.

Buru-buru Devan memakai helmnya tanpa bicara apa-apa, dia langsung pergi meninggalkan Devi.

Aisshh gemesnya, si cowok ganteng itu merona. Masa sih, seorang artis dan model tampan sekelas Devan, salting hanya karena di gombalin itik buruk rupa seperti Devi.

"Pliss! jangan bikin aku berharap lebih dari ini, Dev! jangan buat aku berharap mendapatkan durian jatuh!" Devi bergumam sambil berjalan menuju rumah kosnya.

Setelah masuk ke kamarnya, Devi segera membuka hadiah dari Devan.

Ada kotak kecil panjang di dalamnya, saat di buka terdapat sebuah jam tangan yang sangat cantik, berwarna silver di dalamnya.

Devi membola tak percaya, lalu dia mengambil jam tangan yang terlibat mahal itu dan memakainya. Tapi sebelum itu, dia melepaskan dulu jam tangan kulit sintetisnya yang sudah mengelupas dan jelek.

"Bagus banget..." girangnya senang.

Buru-buru dia mengambil ponselnya dan mengambil foto jam yang sedang di pakainya pada Devan.

[ Makasih ya, Dev. Bagus banget 😍]

Tak berselang lama, Devan membalas pesan Devi.

[❤] balas Devan.

Devi membola, terdiam, tak percaya pada balasan Devan. Jantungnya langsung berdebar kencang. "A-apa maksudnya? kenapa dia kirim emot hati? ya Tuhan, aman kan jantungku!"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!