Sandra Harris adalah perawan tua kaya raya yang tidak pernah berminat untuk menikah. Ketika usianya 23 tahun, Sandra mengadopsi anak jalanan. Apa yang dia lakukan justru membuatnya dicampakkan oleh sang kekasih.
Sejak itu Sandra memutuskan untuk tidak menikah. Dia fokus membesarkan putranya tapi lambat laun, muncul gosip jika dia memilki hubungan gelap dengan putra angkatnya itu.
Takut gosip itu menggagalkan pernikahan putranya membuat Sandra memutuskan untuk menikah meski usianya sudah 51 tahun.
Sebuah situs jodoh mempertemukan dirinya dengan Daniel, mantan masa lalu yang berusia 52 tahun.
Daniel yang sudah duda dan memiliki 2 anak bersedia menikah dengan Sandra tapi hubungan mereka ditentang keras oleh anak-anak Daniel yang menginginkan ayah mereka rujuk lagi dengan ibu mereka.
Hal itu membuat Sandra dalam dilema. Antara mempertahankan Daniel dan mengalah, dia harus memilih antara satu.
"Kita tidak berjodoh, jadi bercerai saja!" Apakah Daniel akan melepaskannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni Juli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Selama di perjalanan, mereka berdua diam. Sandra tidak mengucapkan sepatah kata pun. Dia sendiri bingung mau mengatakan apa dan dia takut apa yang dia ucapkan nanti terdengar palsu di telinga Daniel.
Suasana di antara mereka justru menjadi canggung. Mereka sudah tahu hasilnya tapi mereka justru terlalu memaksakan diri dan inilah hasilnya, semua jadi tidak menyenangkan.
“Sandra, apa kau marah padaku?” Daniel melirik ke arahnya. Dia pun tidak tahu apa yang harus dia katakan.
Seperti Sandra, dia juga khawatir perkataannya terdengar palsu karena anak-anaknya sudah menunjukkan dengan jelas ketidaksukaannya akan kehadiran Sandra.
“Tidak ada alasan bagiku untuk marah padamu, Daniel.”
“Jika begitu kenapa kau diam? Putra dan putriku memang sudah bersikap begitu kurang ajar dan aku minta maaf padamu, Sandra. Tolong jangan diambil hati atas apa yang mereka lakukan."
"Kau tidak perlu meminta maaf," Sandra mengusap lengan Daniel dengan perlahan, " Kau tidak perlu meminta maaf karena yang terjadi bukan keinginanmu. Kita berdua terlalu terburu-buru dan terlalu memaksakan kehendak padahal sudah jelas putra dan putrimu tidak bisa menerima aku."
"Tidak, Sandra. Merekalah yang bertindak kurang ajar dan tidak bisa menghargai kita. Mereka begitu egois dengan keinginan mereka. Aku tahu semua yang terjadi karena pengaruh dari mantan istriku tapi aku tidak bisa melarang dirinya untuk menemui anak-anak karena kami berdua sudah sepakat untuk mengawasi mereka bersama-sama."
"Jangan menuduh seperti itu, Daniel. Ada baiknya kau berbicara dari hati ke hati dengan kedua anakmu. Mungkin dengan demikian mereka akan sedikit mengerti sehingga kau tidak perlu memaksa mereka."
"Aku sudah melakukannya, Percayalah!" Dia sudah mengutarakan pada Putra dan putrinya akan keinginannya tapi respon yang tunjukkan justru begitu luar biasa dan sampai sekarang, mereka tidak mengerti dengan keinginannya.
"Baiklah, Jangan memaksa. Hal ini bisa dibicarakan baik-baik dan bisa dicari jalan keluarnya. Jika kita berjodoh, maka kita akan bersama."
"Kau benar!" Daniel menggenggam tangan Sandra. Dia berharap kali ini mereka berdua berjodoh dan tidak lagi gagal seperti waktu itu.
Sandra tersenyum. Hubungan yang dipaksakan tidak akan berakhir baik jadi ada baiknya mereka jalani saja karena jodoh tidak akan pergi kemanapun.
"Besok aku tidak bisa menemuimu, Daniel," Dia mengingatkan karena dia khawatir Daniel lupa.
"Aku tahu. Aku akan sangat merindukanmu dan aku akan hadir di acara pernikahan Jefri."
"Kau memang harus datang, jika tidak aku akan marah padamu!"
"Aku tidak akan mengecewakanmu, Sandra," dia pasti datang ke acara pernikahan Jefri supaya dia dapat bertemu dengan Sandra.
"Sampai jumpa di acara pernikahan Putraku," Sandra mengambil tasnya karena dia sudah tiba. Walaupun mereka melewati malam yang tidak menyenangkan tapi setidaknya mereka masih bersama. Satu hal yang dia syukuri, mereka bertemu lagi di usia yang cukup matang karena mereka dapat menghadapi segalanya dengan kepala dingin.
"Tunggu!" Permintaan Daniel menghentikan Sandra yang hendak masuk ke rumahnya.
"Aku benar-benar minta maaf padamu, Sandra. Aku yang mengajakmu pulang tapi aku justru memberikan malam tak menyenangkan untukmu. Aku harap kau masih mau makan malam denganku dan tidak menjadi trauma gara-gara hal ini!"
Sandra tersenyum lalu menghampiri Daniel. Dia bukan anak remaja lagi yang akan menjadi trauma hanya gara-gara masalah itu saja. Sandra menghentikan langkahnya saat sudah berdiri di hadapan Daniel. Dia tidak ingin Daniel tenggelam dalam rasa bersalah hanya karena malam tak menyenangkan yang telah mereka lewati.
"Aku menantikan makan malam bersama denganmu lagi jadi kau tidak perlu khawatir karena aku tidak akan menjadi trauma hanya karena satu malam yang tidak menyenangkan. Walaupun tidak meninggalkan kesan yang baik tapi aku sudah bertemu dengan putra dan putrimu, bukankah itu perkembangan yang bagus untuk kita berdua?"
"Terima kasih, Sandra," Daniel meraih pinggangnya dan menarik Sandra mendekat. Tangannya berada di wajah Sandra dan bergerak perlahan.
"Aku senang dapat bertemu denganmu lagi dan kali ini, aku akan memperjuangkan dirimu."
"Terima kasih," Sandra berjinjit lalu memberikan sebuah kecepatan lembut di bibir Daniel. Daniel pun tak menyia-nyiakannya, Sandra didekap dengan erat dan mereka berdua tenggelam dalam ciuman yang mereka lakukan selama beberapa menit.
Sandra sedikit tersipu setelah ciuman itu. Beruntungnya Jefri akan pulang besok jadi putranya tidak melihat apa yang sedang dia lakukan.
"Masuklah, besok pagi aku akan menghubungimu," Daniel mengusap wajah Sandra dengan perlahan.
"Berhati-hatilah, Daniel. Jangan lupa memberi aku kabar setelah kau tiba."
"Itu sudah pasti," Daniel memberikan sebuah ciuman di pipi Sandra sebelum dia membiarkan Sandra masuk ke dalam rumahnya. Seperti kemarin, walaupun putra-putrinya mengecewakan tapi dia dapat melewatkan waktu menyenangkan dengan Sandra.
Sekarang waktunya pulang. Dia ingin lihat apakah putranya masih berada di rumah atau tidak dan dia ingin lihat keputusan apa yang mereka ambil setelah mereka berdiskusi. Dia yakin Rena pasti membujuk Linda begitu juga dengan Dion.
Saat dia kembali rupanya Dion sudah tidak ada. Dia telah kembali bersama istri dan putrinya tapi mantan istrinya masih ada di rumah. Dia tahu tidak boleh terlalu memberikan kebebasan pada Rena sebab mereka tidak memiliki hubungan lagi.
"Kenapa kau belum juga pergi, Rena? Apa kau lupa jika rumah ini bukan rumahmu lagi?"
"Aku menunggumu kembali karena ada yang hendak aku bicarakan denganmu, Daniel."
"Tidak ada yang perlu kita bicarakan lagi karena apa yang aku lakukan bukan lagi urusanmu begitu juga dengan apa yang kau lakukan. Kita berdua sudah tidak memiliki urusan satu sama lain jadi tidak ada yang perlu kita bahas, Rena."
"Tentu saja ada dan ini mengenai anak-anak kita!"
"Ada apa dengan mereka?"
"Jangan terlalu keras pada mereka terutama Linda. Dia anak perempuan, dia bisa memberontak jika kau terlalu mengekang dirinya. Bukankah kau harus mementingkan mereka dibandingkan mementingkan urusan pribadimu?"
"Aku selalu mementingkan mereka dan aku bertanggung jawab sebagai ayah mereka. Lalu di mana letak salahnya? Jangan hanya karena aku ingin menikah lalu kau menganggap aku membuang mereka. Jangan hanya karena hukuman yang aku berikan kau mengira aku tidak peduli lagi dengan mereka. Justru hukuman itu aku berikan karena aku peduli dengan Linda dan Dion. Sebagai ibunya seharusnya kau mengajari putrimu untuk melakukan hal yang baik!"
"Tapi hukumanmu terlalu berat untuk Putri kita, Daniel!"
"Itu karena dia terlalu dimanjakan sejak kecil. Biarkan saja dia menjalani hukumannya karena lambat laun dia akan terbiasa. Jika kau tidak mau membantu aku mengajari mereka maka diamlah. Jangan sampai setelah tidak menghargai aku, mereka pun tidak menghargai dirimu sebagai ibu mereka!"
Rena tak dapat menjawab ucapannya karena yang diucapkan oleh Daniel memang sangat benar. Dia akui sifat Putra dan putrinya memanglah buruk dan mereka berdua harus diajari sopan santun. Tapi mengenai hukuman yang didapat oleh Putra dan putrinya serta keinginan Daniel yang ingin menikah lagi, dia sangat ingin Daniel membatalkannya.
ini kisah cinta saat usia sdh matang, dan mungkin agak terlambat. namun cinta mmg tak pandang usia. Hadirnya tiba² tanpa permisi, jika pergi tiba² bisa menyisakan luka walau tak berdarah....
aq jd curiga dg istri Dion...dan kenapa takut dan tunduk pd istri ..?
semoga aja Sandra tidak tertipu dg anak2nya Daniel