Mika dan Dena dua teman masa kecil yang dipertemukan kembali lewat dunia yang nyatanya tak seluas itu, dikehidupan berikutnya keduanya malah kembali menjadi musuh dalam selimut dan lupa dengan identitas satu sama lain dimasa lalu, siapakah yang akan sadar duluan dengan hubungan lama mereka, atau justru keduanya malah tak akan pernah ingat dan kenangan manis dulu hilang lenyap begitu saja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chacasdks, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Panggilan Kesayangan
Setelah dengan berani menyeritakan soal hubungannya dengan Dena, Mika lantas pun dengan berani meminta Dena untuk menjemputnya di tempat cafe langganan keduanya, Salsa hanya dapat berdiri dengan canggung ketika Dena dengan sigap membantu Mika dengan barang-barangnya dan ikut berpamitan dengannya.
Dan disini lah keduanya sekarang, Mika yang mendudukkan diri di kursi penumpang dan di sampingnya Dena di balik kursi kemudi.
"jadi, kita mau kemana nih Pak?"
"pulang, kerjain dulu tugas saya, nanti kalau sudah selesai baru kita jalan-jalan"
Bibir mungil itu mengerucut mendengar jawaban si Dosen, dengan hembusan nafas yang sengaja di keraskan agar dapat didengar, Dena dengan sekuat tenaga menahan tawa di sampingnya, setelah sudah sekapat akan pulang bersama, harapan Mika ia ingin dibawa jalan-jalan setelah di gempur oleh tiga mata kuliah hari ini, namun ia lupa jika Dena salah satu Dosen pengampu mata kuliah tersebut, jelas sekali jika laki-laki itu tahu tugas yang Mika miliki.
"gak seru banget, kalau tahu bakal kayak gini mending tadi aku pulang bareng Salsa" keluh Mika dengan suara lantang yang tentu sangat mampu di dengar Dena. Wajah cemberut itu bahkan mampu Dena lihat meski hanya lewat lirikan matanya.
"mau jajan dimana kamu emang nya dek?"
Dek
Dek
Dek
Wajah cemberut itu perlahan memerah serta mata yang membulat kaget, bibir yang semula mengerucut lucu kini mulai membentuk sabit, panggilan tersebut mampu buat jantung Mika terpompa dua kali lebih cepat, daripada harus mendapat ejekan nantinya dari Dena, Mika malah ia alihkan wajahnya ke jendela, memilih melihat padatnya kendaraan.
Dena menarik rem tangan mobilnya, beruntung dengan kondisi jalan yang kini tengah padat merayap buat ia dapat menoleh sempurna pada perempuan yang tengah menolak untuk melihat ke arahnya itu.
"Kay, kamu mau jajan dimana? Kak Jaya tanya loh ini"
Suara rendah dan juga tangan Dena yang kini mengelus rambutnya halus buat Mika menghembuskan nafas lagi, bukan karena merasa kesal atau semacamnya, perempuan itu tengah berusaha agar denyutan jantungnya tak dapat terdengar oleh Dena, dekat dengan pria ini ternyata sungguh tidak baik untuk kesehatan jantung.
Mika menoleh, meski tak sepenuhnya menoleh pada Dena, setidaknya Mika sudah duduk dengan pandangan fokus ke depan. Masih menghindari tatapan manis Dena "nah gitu dong, jadi mau Makan dimana Kay?"
Loh kok bukan Dek lagi?
Mika tak menjawab, ia malah bergumam panjang dengan bibir yang kembali mengerucut, "bisa gak kalau sama aku manggil nya Dek lagi? Kayak panggilan dulu" pinta Mika polos dengan mata yang mengedip beberapa kali, dan kini giliran Dena yang menelan ludahnya susah payah. Berterima kasihlah kepada sinar matahari yang sekarang tengah mengenai wajahnya, sebab jika tidak, rona pipi itu tentu sudah mampu terlihat jelas.
"oke, jadi Adek mau jajan dimana? Biar Kak Jaya antar" ralat Dena cepat, buat senyum itu merekah, pun dengan mobil Dena yang perlahan jalan kembali, lucu juga jika punya panggilan masa kecil seperti ini
"ih kok senyum-senyum sih, jawab dulu lah pertanyaan Aku" Mika masih menggigit pipi dalamnya, ia masih tidak bisa berhenti tersenyum akan panggilan itu. "lucu aja denger kamu panggil aku Adek, jadi keingat dulu kalau kamu ngajak main"
"ah iya aku ingat, mana kamu sambil nangis pengen nginep dii rumah aku"
"apaan sih ngarang"
"serius, kamu dulu cengengg banget"
Dena lirik Mika yang kini tengah tersenyum di sampingnya "Dek"
"hmm?"
"mulai sekarang mari kembali ke panggilan kecil kita kalau lagi bedua, setuju?"
"setuju"
cukup follow me.. Thank you.