Yao Chen bukanlah siapa-siapa. Bukan seorang kultivator, bukan pula seorang ahli pedang. Pangeran hanya memiliki dua persoalan : bela diri dan istrinya.
Like dan komen agar Liu Xiaotian/Yao Chen dapat mencapai tujuan akhir dalam hidupnya. Terimakasih.
Peringatan! Novel berisi beberapa adegan yang diperuntukkan bagi orang dewasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon WinterBearr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 - Pendekar Tabib Alkemis
Di tengah kegelapan gua, Tuan Yu berjalan tanpa berhenti terkekeh, suaranya menggema, menimbulkan kerutan di wajah dua pengikutnya. Wajar saja, dua pria yang berjalan di belakang seperti seorang pencuri itu hanya berbekal sebilah pedang tumpul. Mereka takut... sangat takut, sedangkan si kakek malah menikmati perjalanannya.
Tepat di depan mereka, seekor anjing kecil berbulu keemasan terlihat menggemaskan, menjulurkan lidah, sesekali melompat dan mengendus-endus tanah, anjing itu adalah pemandu terpercaya Tuan Yu Zhiding.
"Tuan Yu," panggil salah satu pria berpakaian serba abu-abu. "Bukankah gua ini terlalu aneh... Energi Yin dan Yang di sini terasa kuat, rasanya seperti menghirup kabut es yang menusuk hidung. Ngomong-ngomong, kenapa kita harus terus mencari makhluk yang mungkin hanya sebuah mitos itu, Tuan?"
"Lin Zhi. Energi ini mirip seperti kutukan," timpal rekannya yang paling jangkung. Dia berbicara santai dengan tangan menggenggam kuat pedang di pinggangnya. "Jika dirimu terlalu penakut, energi spiritual yang tersedia di sini tidak akan bisa meningkatkan kultivasimu."
Lin Zhi melirik."Apa aku terdengar sedang berbicara denganmu, Fei Zhuang?" tegasnya. "Lagipula aku sama sekali tidak takut." Bersamaan ketika dirinya mengangkat kedua bahunya, terdengar lolongan aneh di ujung lorong. Wajahnya pucat seketika, sedangkan tawa Tuan Yu makin menjadi-jadi.
"Gua ini bukanlah tempat sembarangan, Saudaraku." Tuan Yu berhenti, menoleh dengan senyum misterius, matanya menyala dengan kepercayaan diri seorang lansia. "Tempat ini telah ada jauh sebelum dinasti pertama di bumi ini berdiri. Ukiran-ukiran ini bukanlah sekadar hiasan, melainkan peninggalan bangsa iblis yang datang dari alam lain."
Lin Zhi dan Fei Zhuang saling pandang, keheranan terpancar di wajah mereka. "Jadi… ada yang lebih berharga dari sekedar kura-kura legendaris di tempat ini?" tanya Fei Zhuang, alisnya diangkat setinggi mungkin.
Tuan Yu mengangguk sebelum melanjutkan perjalanan. "Benar sekali, di balik gua ini terdapat sebuah monolit kuno, arsitektur asli iblis yang memiliki kekuatan untuk membuka celah antar alam. Monolit itulah yang memanggil monster-monster dari dimensi lain untuk berkumpul di sini. Namun, tidak semua orang bisa menemukannya."
"Jika begitu... " Fei mengerutkan dahi. "Kenapa kita tidak mencari monolit itu saja, Tuan Yu? Bukankah itu lebih berharga daripada kura-kura yang entah benar adanya atau tidak?"
Tuan Yu tersenyum tipis, pandangannya nampak kosong, sebelum ia melanjutkan. "Monolit itu tidak bisa ditemukan oleh sembarangan orang, Saudaraku. Hanya mereka yang 'diundang' oleh pemilik monolit yang dapat bertemu dengannya. Jika kita takdirnya hanya untuk menemui kura-kura itu, maka tugas kita bukanlah mencari monolit, tetapi menerima nasib kita sebagai hidangan manis kura-kura legendaris."
"Tuan Yu, Anda pasti bercanda, kan? Jangan menakut-nakuti... bagaimana jika kelompok lain tersesat atau bertemu dengan monster?!" protes Lin Zhi dengan keringat dingin yang membanjiri wajah, membasahi kumis tipisnya.
Sedangkan kakek itu lagi-lagi terkekeh. "Anjingku akan menggonggong sebanyak tiga kali jika ada salah satu anggota kita yang dalam masalah," jelasnya, sembari memberi semangat anjing kesayangannya yang sedari tadi paling berani membuka jalan. Namun, kedua bola mata anjing itu sudah tidak lagi menggemaskan, justru berubah warna menjadi ungu kehitaman tanpa sepengetahuan mereka.
...[Yao Chen : Bayangan Iblis di Istana Lianyun]...
Sementara itu, di dalam ruang bawah tanah yang dingin, Yao Chen merintih menahan sakit dari luka pada tangan kirinya yang terputus. Darah segar menetes, meninggalkan jejak merah di lantai batu yang tertutup lumut. Ia menahan diri untuk tidak pingsan, meskipun denyut rasa sakit seolah menembus tulang.
Namun, di tengah rasa perih itu, pemuda itu masih tersenyum pahit, bibirnya bergetar mengisyaratkan kegigihan seorang Yao Chen. "Apakah teman-teman selamat? Aku harap mereka telah berhasil membunuh kura-kura itu," harapnya lirih. "Kalau aku harus mati di sini... setidaknya aku ingin meninggalkan jejak... Jejak bahwa aku bukanlah Yao Chen yang lemah dan selalu dipermainkan oleh takdir busuk."
Semenit kemudian, dari kegelapan, terdengar suara geraman diikuti belasan pasang mata kuning yang mulai mengelilinginya. Katak-katak raksasa lain muncul satu persatu dengan ketebalan kulit, ukuran, dan bentuk yang sama persis seperti yang barusan ia kalahkan.
Dengan sisa kekuatan yang dimiliki, Yao Chen melangkah mundur, menelan ludah. "Bagus… aku bahkan belum sempat menikmati masa kultivator-ku," desisnya, tatapannya menantang ke arah makhluk-makhluk itu. Bersamaan dengan sebuah ingatan singkat akan senyum istrinya, Hua Huifang yang seketika muncul di benaknya. Dia lantas terhuyung, tertawa lemah sambil memegangi bahunya yang berlumuran darah. "Iblis itu selalu saja muncul seenaknya," gumamnya dibalik senyum getir. "Apakah benar kau yang membuatku harus menderita seperti ini?"
"Kalau aku sampai selamat karena kekuatan yang kau berikan... Aku bersumpah, Hua Huifang, aku tidak akan menolak untuk tidur denganmu lagi! Bahkan aku akan mengemis untuk melakukannya sepanjang malam!"
'Rasanya seperti aku yang diuntungkan,' batinnya, tanpa penyesalan.
Merasa semangatnya pulih, Yao Chen membuka gulungan besar yang diikat dengan tali usang dari punggungnya, melemparkannya ke tanah dengan satu tangan. Di atas kertas itu, tertera simbol-simbol alkimia serta ilmu medis kuno. Sambil mengangkat kepala dengan tatapan berani, pemuda itu berteriak lantang, “Kalian pikir seorang tabib alkemis sepertiku tidak memiliki senjata?! Kalian salah.”
Yao Chen menarik empat jarum perak dari dalam gulungan itu. Masing-masing jarum hitam yang panjang itu berpendar dengan kobaran api hitam, bergoyang di antara jemarinya seperti roh liar yang mengamuk.