Di usia mudanya, Falya terpaksa menjadi tulang punggung keluarga. Padahal sebelumnya kehidupannya sangat sempurna. Tapi karena kesalahan fatal ayahnya, akhirnya ia dan keluarganya menanggung beban yang sangat berat.
Dan suatu hari,ia tak sengaja bertemu dengan sosok arwah penasaran yang justru mengikutinya ke mana pun dia pergi.
Siapakah sosok itu sebenarnya? Dan seberapa kuatnya seorang Falya menjalani kehidupannya???/
########
Untuk pembaca setia tulisan receh mak othor, mangga....di nikmati. Mohon jangan di bully. Mak othor masih banyak belajar soalnya. Kalo ngga ska, skip aja ya! Jangan di ksaih bintang satu hehehehe
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ibu ditca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.17
Falya yang merasa dirinya sakit hati juga patah hati karena Zidan alias Rayan melupakannya memilih untuk tak bertanya lebih pada pemuda itu. Rayan pun tak bertanya apa pun selain sesekali meminta minum. Namun gelagat Falya yang tak nyaman membuat Rayan mau tak mau menegur gadis itu.
"Kalau kamu sudah tidak betah di sini, keluarlah! Kamu hubungi saja orang tua ku!'' kata Rayan dengan nada dingin.
Falya mengangguk pelan.
"Iya'' sahutnya. Gadis itu pun keluar dari ruangan Rayan menuju ke nurse station untuk bertukar shift dengan suster Rita.
"Suster Falya...'' panggil suster Rita pelan.
"Oh ya sus, pasien sudah bangun'' kata Falya pada suster Rita.
"Syukurlah! Kemarin pasti kalian semua sudah panik ya? Suster Angel cerita sama saya'' kata suster Rita. Falya hanya menganggukan kepalanya pelan.
"Kamu capek banget ya?'' tanya suster Rita. Falya tak bisa menutupi kesedihan di wajahnya tapi ia memilih mengaku lelah dari pada harus di tanya macam-macam.
"Iya sus'' jawab Falya singkat.
"Ya sudah, biar saya yang hubungi keluarganya. Kamu konfirmasi sama petugas gizi ya, biar bisa di infokan ke bagian dapur'' kata suster Rita.
Falya menganggukkan kepalanya. Mereka sama-sama duduk di bangku nurse station hanya saja keduanya menghadap pesawat telepon masing-masing.
Suster Rita mengabari Alin jika kondisi Rayan sudah terbilang baik, sedangkan Falya menghubungi bagian gizi. Setelah tugas selesai, Falya pun bersiap untuk pulang.
Jika selama ini ia tak semangat karena lelah setelah long shift kali ini justru ia merasa batinnya lah yang lelah.
Hah! Sok-sokan jatuh cinta kamu Ya! Harusnya sadar diri, kamu siapa dia siapa! Padahal kamu tahu, dia ngga bakalaan ingat kamu! Monolog Falya dalam hatinya.
Gadis itu berjalan pelan menuju ke gedung parkir. Ia masih ingat perkataan Boy semalam. Benarkah Boy menyukai Rayan???
Tiba-tiba saja gadis itu bergidik ngeri. Membayangkannya saja ia tak sanggup!
Tapi melihat video asusila itu, sepertinya Rayan tidak melakukannya dengan Boy jika di lihat dari bentuk tubuhnya.
"Memang aku siapa? Apa harus aku sepeduli itu?'' tanya Falya pada diri sendiri. Gadis itu memakai helmnya lalu duduk di joknya. Ia diam beberapa saat lalu menoleh ke jok belakang.
"Kangen bang Zidan!'' monolog Falya sambil membuang nafasnya. Setela itu ia pun melajukan roda duanya tanpa melihat di sekitarnya ada orang lain atau pun tidak.
[Hallo bos, sepertinya gadis itu sudah punya kekasih]
[..........]
[Gadis itu menyebut nama laki-laki...eum...Zidan bos!]
[...........]
[Siap bos!]
Orang kepercayaan Boy yang sudah melaporkan tentang Falya pun ikut pergi dari tempat parkir itu.
Sedangkan di ruangan Rayan, pemuda itu seperti mendengar suara yang tak asing.
Kangen bang Zidan!!!
Entah suara dari mana hingga ia menoleh ke kiri dan kanannya. Tapi tak ada siapa pun selain dirinya. Bahkan suster Rita sudah keluar sejak beberapa menit yang lalu.
Rayan menatap langit-langit kamarnya. Ia masih sibuk mencerna pengakuan Boy semalam. Benrakah Boy dalang di balik semuanya hingga ia berada di ruangan serba putih ini????
Tiba-tiba saja pintu kamarnya terbuka lebar. Alin, Hanan dan Arvino masuk ke dalam ruangan Rayan dengan langkah lebar.
"Arrayan!!'' Alin langsung menghambur memeluk putranya. Rayan membalasnya dengan senyuman. Tubuhnya masih terlalu lemah untuk banyak bergerak. Mungkin karena ia yang sudah terbaring koma cukup lama.
"Mami...'' bisik Rayan. Hanan dan Arvino pun melakukan hal yang sama terhadap Rayan, Rayan cukup senang melihat perubahan kembarannya yang berpenampilan lebih rapi tidak urakan seperti biasanya. Bahkan Arvino terlihat sangat mirip dengannya.
"Apa yang kamu rasakan nak? Ada yang masih sakiit kah?'' tanya Alin. Rayan hanya menggelengkan kepalanya dengan pelan.
"Rayan baik-baik saja, Mi!'' jawab Rayan.
"Mami pengen kamu segera pulih dan cepat-cepat pulang'' kata Alin mengelus punggung tangan putranya.
"Dan untuk menghadiri pernikahan ku dengan Jes!'' kata Arvino. Arrayan menoleh cepat pada sosok kembarannya, begitu pula dengan Alin dan Hanan.
"Vin....'' panggil Alin lirih. Ia tak bermaksud pilih kasih, tapi...Rayan baru saja sadar dari komanya. Masa iya harus mendengar kenyataan bahwa tunangannya menikah dengan adik kembarnya sendiri??
"Kamu mau menikahi Jes?'' tanya Rayan. Arvino mengangguk pelan. Arrayan menatap kedua orang tuanya bergantian.
"Maafkan keputusan kami Rayan'' kata Hanan. Arrayan tak menatap papinya justru menatap langit-langit kamarnya.
Alin mengusap punggung tangan Rayan dengan lembut.
"Rayan...maksud kami...'' ucapan Alin langsung terhenti saat Rayan mengangkat tangannya.
"Kamu keberatan,Yan?'' tanya Arvino. Arrayan tersenyum tipis.
"Bukannya selama ini memang kamu menyukai Jes?'' tanya Rayan balik. Hanan dan Alin menoleh pada Arvino. Keduanya tentu terkejut mengetahui kalau ternyata Arvino menyukai Jes dan menikahi Jes bukan keterpakasaan untuknya.
"Vin??'' panggil Alin.
"Apa sekarang mami nyuruh Vino untuk membatalkan pernikahan ku dengan Jes karena Rayan sudah sadar, Mi?'' tanya Arvino.
Alin memijat kepalanya yang mendadak pening. Inilah yang ia takutkan selama ini. Saat Rayan bangun dari komanya lalu mendapati tunangannya menikah dengan kembarannya sendiri. Sebagai orang tua tentu ia tak ingin adanya keributan antara kedua anaknya. Apalagi hanya karena perempuan!
"Ngga perlu! Lanjutkan saja pernikahan kalian!'' kata Rayan dengan tenang tanpa ada ekspresi marah sama sekali.
"Rayan....'' panggil Alin lirih.
"Rayan ngga apa-apa ,Mi! Jes pasti akan lebih bahagia menikah dengan laki-laki yang mencintainya!'' kata Rayan.
"Rayan, maafkan kami'' ujar Hanan.
"Papi ngga perlu minta maaf!'' kata Rayan.
"Kamu ikhlas aku menikah dengan Jes?'' tanya Arvino. Rayan tersenyum tipis.
"Ya!'' sahutnya singkat. Kedua saudara kembar itu saling menepuk lengan masing-masing.
Hanan dan Alin tersenyum bahagia karena ternyata tak ada perseteruan antara Arrayan dan Arvino.
"Oh ya, di mana suster Falya?'' tanya Alin. Mendengar nama perawat yang menjaganya semalam itu, Rayan menoleh pada mami dan papinya.
"Mami, tentu saja dia sudah pulang. Dia jagain Rayan dari kemarin siang sampai tadi pagi Mi'' jawab Hanan.
"Oh...iya ya Pi! Mami bisa lihat kalau gadis itu tulus banget jagain Rayan'' kata Alin.
"Apa kamu dan suster Falya pernah saling mengenal sebelumnya, Yan?'' tanya Hanan. Arrayan menggelengkan kepalanya.
"Tapi waktu kamu sempat di nyatakan meninggal...dia sedihnya udah kaya mami'' kata Alin yang meminta persetujuan suaminya. Arrayan tak menyahut.
"Mungkin dia naksir kamu selama merawat kamu koma, Yan!'' canda Alin.
"Bisa jadi,Mi! Secara...dia udah merawat Rayan luar dalam. Pasti mata sucinya ternoda!'' celetuk Arvino. Alin dan Arvino terkekeh pelan tapi tidak dengan Rayan dan Hanan. Bahkan Hanan menatap Rayan dengan tatapan yang sulit di artikan.
Nanti kalau tak ada Alin dan Vino, Hanan akan bicara berdua dengan putranya itu.
**************
Terimakasih