NovelToon NovelToon
Sisi Gelap Sebuah Klinik

Sisi Gelap Sebuah Klinik

Status: sedang berlangsung
Genre:Rumahhantu / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: LiliPuy

Doni, seorang anak yang menitipkan hidupnya di sebuah klinik, namun ternyata klinik tersebut menyimpan sejuta rahasia penting, terutama untuk hidupnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LiliPuy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

jawaban tak terduga II

Doni memandang lembaran catatan yang dikeluarkan oleh rumah sakit. Angin berembus lembut di sekitar mereka, membawa aroma antiseptik yang khas. Kertas kuning yang usang di tangannya seakan mengungkap banyak cerita yang terkubur di masa lalu.

"Jadi, ini dia," Ara mengisyaratkan pada catatan yang terpampang nama dan tanggal. "Wanita yang meninggal saat melahirkan, namanya… Nurul."

Doni menelan ludah, mengingat nama itu. “Nurul… Ibu?”

“Sepertinya begitu.” Ara menggoreskan jarinya pada catatan tanggal yang tercetak, “Tanggalnya cocok dengan saat kamu dilahirkan.”

Doni terdiam, hati bergetar. Suara detakan jantungnya mengalahkan kebisingan di luar. “Tapi, kenapa tidak ada catatan lain?”

“Mungkin ini bukan informasi resmi.” Ara menyipitkan mata, mencoba membaca ekspresi Doni. “Kita perlu mencari lebih jauh.”

“Ya. Kalau dokter Smith terlibat, ada sesuatu yang dia sembunyikan.” Doni meneguk air liur, pikirannya berkelana.

Mereka mengalihkan pandangan ke luar jendela, ke arah taman yang tampak sepi. Beberapa awan gelap menggantung rendah, seolah menggambarkan keresahan yang menggelayuti mereka.

“Kita harus pergi ke desa itu,” Ara menyarankan. “Pasti ada yang tahu lebih banyak tentang wanita ini.”

“Hanya itu saja?” Doni mengernyit. “Risiko besar.”

“Aku tahu. Tapi kita tidak punya banyak pilihan. Selama ini kita mencari jawaban. Mungkin dia juga bisa memberi tahu kita tentang dokumen yang dokter Smith sembunyikan.”

“Baiklah, tapi kita harus berhati-hati. Jika dokter Smith mengetahui ini...” kata Doni.

“Dia tidak akan. Kita harus bergerak cepat,” Ara menyemangati.

Beberapa jam kemudian, mereka menemukan diri mereka di jalan setapak menuju desa. Sekeliling mereka adalah ladang hijau membentang luas, suara burung berkicau memecah keheningan.

“Mungkin kita bisa bertanya pada orang-orang sekitar,” Ara berbisik, memecah kesunyian.

“Siapa pun yang kita temui, pastikan kita tidak membiarkan mereka curiga.” Doni mengingatkan, matanya bereaksi tajam kepada setiap gerakan di sekitar mereka.

Akhirnya, mereka tiba di sebuah rumah sederhana. Catnya mulai pudar oleh waktu. Mereka mengetuk pintu, dan seorang wanita tua menjawab, wajahnya ngotot dan kerut bertumpuk.

“Siapa kalian?” tanyanya, menatap dengan curiga.

“Kami… ingin bertanya tentang Nurul,” Ara mencoba terdengar tenang.

“Nurul?” Dia mengerutkan kening, suaranya terbata-bata. “Kenapa kalian mencari dia? Dia sudah tiada.”

“Dengar, Bu. Kami butuh informasi tentang apa yang terjadi saat dia meninggal. Banyak yang tidak cocok,” Doni menambahkan, nada suaranya menegaskan keputusannya.

“Lupakan saja!” Ucap wanita itu dengan tegas. “Hal-hal itu tidak ada urusannya dengan kalian!”

“Kenapa? Apa yang terjadi saat itu?” Ara menggugah, berusaha tidak tampak putus asa.

Mata wanita tua itu berkilas. “Kalian ingin tahu? Ini bukan kisah yang seharusnya kalian dengar. Seharusnya kalian tidak berada di sini!”

Doni dan Ara saling pandang, ketegangan menyelimuti mereka.

“Kami tidak takut. Kami hanya ingin tahu kebenarannya,” Doni bersikeras.

“Apa kalian tidak mengerti? Kebenaran bisa mematikan!” Wanita itu berteriak, suara dalam menggelegar. “Seorang wanita kehilangan nyawa, dan kalian tidak akan menginginkan tahu bagaimana cara itu terjadi.”

“Apa maksud Bu?” Ara terus mencoba.

“Pergi! Sekarang juga!” Wanita itu menutup pintu dengan keras, mengguncang dinding kayu yang rapuh.

Doni dan Ara terdiam dalam keheningan, jelas bahwa usaha mereka sia-sia. Mereka berbalik menjauh dari rumah itu, langkah mereka membawa sejumlah pertanyaan yang belum terjawab.

“Jangan bilang kita harus mundur sekarang,” Ara berkata, nada suaranya rendah.

“Mungkin kita perlu berpikir ulang,” Doni melirik ke arah desa yang sepi.

“Tapi kita sudah dekat. Kita tidak bisa berhenti sekarang. Ada sesuatu yang mengganjal di benak kita.” Ara bersikeras.

Malam itu, mereka beristirahat di sebuah warung kecil, aroma makanan yang hangat mengisi udara. Mereka memesan makanan, tetapi pemikiran mereka mengembara jauh.

“Jika Nurul adalah ibuku…” Doni mendengus, menggeram.

“Dan jika dia meninggal saat melahirkanmu?” Ara mempertanyakan.

“Entahlah. Aku tidak bisa menerima itu. Sifat dokter Smith tidak bisa dipercaya,” Doni merengut, mengingat wajah dokter yang dingin.

“Dia pasti memiliki alasan untuk menyembunyikannya,” Ara menambahkan, berusaha mengumpulkan kekuatan untuk Doni.

Perdebatan terbentang di antara mereka, menggantikan suasana tenang malam. Doni merasa jiwanya terjepit, antara rasa ingin tahu dan rasa takut.

Malam menjelang larut, mereka meninggalkan warung, bertekad untuk melanjutkan pencarian. Dalam kegelapan, mereka melangkah hati-hati, berupaya mencari celah untuk menyelidiki lebih jauh.

Keesokan harinya, mereka kembali ke jalan setapak dan mencari informasi lebih lanjut di desa tersebut. Penduduk setempat mula-mula menatap mereka dengan curiga, tetapi dengan upaya dan pendekatan lembut, beberapa bersedia memberi bantuan.

“Nurul adalah wanita baik,” seorang lelaki tua berkata. “Dia bekerja keras, selalu membantu orang. Tetapi, tragedi itu mengubah segalanya.”

“Tragedi?” Doni bertanya.

“Tentang kelahiran dan kematian, ada banyak rahasia yang disembunyikan di antara mereka,” lelaki itu menjelaskan.

Doni merasakan hati bergetar mendengar kata-kata itu. “Apa yang kau ketahui?”

“Seharusnya kalian tidak di sini,” jawabnya lagi, menghela nafas berat. “Tapi, kadang-kadang, memperjuangkan kebenaran berbahaya.”

“Bahaya seperti apa?” Ara menambahkan, nada suaranya tegang.

“Dokter itu... dia bukan hanya dokter biasa. Sahabat kau harus berhati-hati,” lelaki tua itu melanjutkan.

Selesai berbincang, mereka beranjak pergi, kesimpulan samar di dalam pikiran mereka. Doni masih merasa keraguan menyelimuti tindakannya; ada ancaman nyata yang mengintainya.

Malam datang lebih lambat, dengan sinar bulan memantulkan bayang-bayang yang berlarian. Ia kemudian duduk di sebuah bangku tua, membiarkan pikirannya berputar dalam kepingan cerita yang telah mereka duga. Ara berada di sampingnya.

“Aku tidak ingin merasakan ini, Ara,” Doni berbisik. “Mungkin sebaiknya kita menyerah.”

“Tidak boleh! Kita mendekati jawaban,” Ara balas menegaskan. “Kita tidak bisa berhenti sekarang. Keberanian ada di hati kita.”

Tapi, ketakutan mulai merambat. Doni mengingat potongan-potongan kenangan yang bisa jadi hanya ilusi, tanda tanya itu menggelitik dalam sendi kehidupannya.

“Kalau kita tidak pulang, bisa jadi kita akan terjebak pada Sistem yang lebih berbahaya daripada yang kita kira.”

“Kalau begitu, kita harus bersiap menghadapi risiko.”

Doni mengangguk. Dalam dadanya, bergejolak harapan dicampur keraguan. Pencarian ini belum usai. Keberanian dan hati berjuang dalam sebuah ikatan rapuh. Mereka melangkah menuju ketidakpastian dengan kaki bergetar dan keinginan untuk menemukan kebenaran.

Pagi menjelang, cahaya menyinari desa dengan lembut, tetapi rasa cemas masih membayangi Doni dan Ara. Mereka menemukan jalan setapak yang lebih sempit menuju bagian desa yang lebih terpencil. Sesekali, suara petani memanggil ayam dan suara anak-anak bermain melintang di antara pepohonan.

“Di sini, kita harus lebih berhati-hati,” Ara berbisik, mengamati sekitar.

“Tak ada yang tahu tentang tujuan kita. Kita harus mencari cara untuk bertanya langsung ke warga, tanpa mengkhawatirkan dokter Smith,” Doni menjawab, rasa penasarannya penuh gejolak.

Beberapa orang tua melambai dari jauh, memanggil Doni dan Ara untuk mendekat. Di antara mereka, seorang wanita berusia lanjut dengan rambut putih bercerita.

“Anak-anak, ada banyak kenangan tentang Nurul,” ia berkata, suaranya lembut tetapi menyimpan berat. “Dia adalah cahaya dalam kegelapan bagi banyak orang.”

“Apakah Anda tahu apa yang terjadi saat dia melahirkan?” Doni berani bertanya.

Wanita itu mendesah, wajahnya merengut. “Ada bisikan di desa ini—mereka bilang sesuatu yang salah terjadi. Kematiannya menciptakan badai dalam hidup kami.”

“Badai?” Ara mengangkat alis, mencoba menggali lebih dalam. “Apa yang Anda maksud?”

“Orang-orang takut berbicara. Kedamaian desa ini seolah terguncang setelahnya,” kata wanita itu, matanya menerawang. “Mungkin ada yang menyembunyikan sesuatu.”

“Maksud Ibu, apakah dokter Smith terlibat?” Doni memecahkan kesunyian, nadanya berat.

Wanita itu menatap, tampak berpikir keras. “Dokter itu… dia punya hubungan dengan Nurul. Sangat dekat. Satu-satunya yang bisa dikatakan adalah, ada hal-hal yang disegel rapat.”

“Kenapa penyegelan itu?” Ara bertanya, semangatnya kembali menyala.

“Tidak ada yang berani mempertanyakan penguasa di sini. Kesalahan bisa mematikan,” jawab wanita itu.

Doni merasakan ketegangan di udaranya, jantungnya berdebar kencang. “Kami tidak memiliki pilihan lain. Kami harus mencari tahu kebenaran.”

1
anggita
like👍+☝iklan. moga novelnya sukses.
anggita
Doni.. Ara,,,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!