Dia Datang Kembali

Tania segera meninggalkan kantor Rangga dengan mobil yang ia gunakan. Mobil tersebut merupakan mobil pemberian dari Rangga saat ulang tahunnya tahun lalu.

Tania melajukan mobilnya menuju rumah Rangga. Sebenarnya Rangga pernah berpesan agar Tania tidak mengunjungi rumahnya. Rangga belum siap untuk memperkenalkan Tania kepada keluarganya.

Tapi Tania rasanya sudah melupakan atau bahkan tidak perduli dengan larangan yang diberikan oleh Rangga.

Tania tetap fokus menyetir mobilnya agar bisa cepat sampai menuju rumah Rangga.

Ia berhenti sejenak ditoko buah dan mini market untuk membeli buah dan beberapa makanan lainnya untuk dibawa kerumah Rangga.

Setelah membeli buah dan beberapa makanan, Tania kemudian melanjutkan kembali perjalanannya.

Tania kini sudah berada didepan rumah Rangga. Ia melihat pintu gerbang rumah kekasihnya itu terkunci. Ia kemudian turun untuk meminta izin masuk.

Rumah Rangga memang dijaga oleh dua satpam. Salah satu satpam yang sedang berjaga kemudian menghampiri Tania.

"Ada apa ya mbak," tanya satpam.

"Saya mau bertemu Rangga pak," jawab Tania.

"Tuan muda sedang sakit mbak, tidak bisa ditemui oleh siapapun," kata satpam.

"Karena itu saya kesini pak, saya ingin menjenguknya. Saya ini kekasihnya pak," kata Tania.

"Kekasih tuan Rangga?," kata satpam yang terkejut karena belum pernah melihat wajah Tania sebelumnya.

"Iya pak," kata Tania.

"Maaf mbak, saya harus bertanya nyonya terlebih dahulu apakah mbak diperbolehkan masuk atau tidak?," kata satpam.

"Iya pak, tidak apa-apa. Bapak tanyakan saja!," kata Tania.

Tania pun dengan sabar menunggu satpam kembali.

Besar juga ya rumah Rangga? tidak terbayangkan kalau aku kelak jadi nyonya besar dirumah ini. Batin Tania.

"Maaf nyonya, saya mengganggu," kata satpam.

"Iya pak, ada apa?," tanya bu Resti.

"Begini nyonya, diluar ada seorang gadis yang ingin masuk, katanya mau membesuk dengan tuan muda," jawab satpam.

"Siapa pak?," tanya bu Resti.

"Katanya dia kekasih tuan muda nyonya," jawab satpam.

"Kekasihnya?," kata bu Resti.

"Iya nyonya, benar," kata satpam.

Kemarin saat dalam perjalanan, Rangga mengatakan ia tidak memiliki seorang kekasih karena ia terlalu mencintai Alya. Tapi sekarang kenapa ada seorang gadis diluar yang mengaku sebagai kekasih Rangga? apa mungkin itu Alya? tidak mungkin, Alya sedang sibuk dengan pekerjaannya diluar kota. Lebih baik ku biarkan saja dia masuk, agar aku tidak

penasaran. Batin bu Resti.

"Begini saja pak, biarkan dia masuk!," kata bu Resti memberi izin.

"Baik nyonya," kata satpam.

Satpam pun pamit undur diri untuk membukakan pintu gerbang bagi Tania.

"Silahkan masuk mbak!," kata satpam.

"Terima kasih pak," kata satpam.

Tania memajukan mobilnya sampai didepan rumah Rangga. Ia kemudian keluar dari mobil. Diteras rumah, bu Resti sudah berdiri untuk menyambut Tania

Bukan Alya rupanya. Batin bu Resti.

Tania menghampiri bu Resti dengan membawa buah tangan dan kemudian menyalaminya dengan menundukkan kepalanya tanpa mencium punggung tangan bu Resti. Ia juga menyerahkan buah tangan yang ia bawa kepada bu Resti.

Alya lebih sopan dari gadis ini dalam memberi salam. Batin bu Resti.

"Perkenalkan tante nama saya Tania, saya pacar dari anak tante, Rangga," kata Tania memperkenalkan diri.

"Saya Resti, ibu dari Rangga. Ternyata kamu pacarnya Rangga. Ya sudah, mari masuk!," kata bu Resti mengajak Tania untuk memasuki rumahnya.

"Duduk sebentar ya! biar tante panggilkan Rangga sebentar," kata bu Resti.

"Iya tan," kata Tania.

Bu Resti berjalan menuju kamar Rangga. Sebelum masuk, bu Resti terlebih dahulu mengetuk pintu kamar Rangga agar mengetahui kedatangannya apakah mengganggu Rangga atau tidak?.

"Masuk mah!," kata Rangga yang mendengar ketukan pintu dari ibunya.

Bu Resti pun memasuki Rangga setelah mendapat izin.

"Ada apa mah?," tanya Rangga.

"Ini lho, ada seorang gadis yang datang menjengukmu. Dia sedang menunggu diluar," kata bu Resti.

"Siapa mah? Alya ya?," tanya Rangga.

"Bukan Alya. Alya kan baru kemarin kita tinggalkan dan dia masih sibuk dengan pekerjaannya," jawab bu Resti.

"Jadi siapa mah?," tanya Rangga.

"Dia bilang dia pacar kamu," jawab bu Resti.

"Hah?," kata Rangga terkejut.

Apa mungkin Tania? tidak-tidak, aku kan sudah melarangnya untuk datang kerumahku. Batin Rangga.

"Namanya Tania," kata bu Resti.

Tania? ternyata dia benar-benar nekat mengunjungi rumahku. Bagaimana ini? Tidak mungkin aku tidak menemuinya. Batin Rangga.

"Kamu kenalkan dengan dia?," tanya bu Resti.

Rangga tersenyum.

"Ayo kamu mamah tuntun keluar dengan menggunakan kursi roda," kata bu Resti.

"Iya mah," kata Rangga menurut.

Bu Resti membantu Rangga untuk mendudukkannya diatas kursi roda.

Bu Resti menuntun Rangga keluar kamar untuk menemui Tania.

Tania yang melihat Rangga dihadapannya segera menghampiri Rangga.

"Kamu tidak apa-apa Rangga?," tanya Tania dengan raut wajah sedih.

"Tidak apa-apa kok Tania," kata Rangga.

"Kenapa kamu bisa seperti ini?," tanya Tania.

Belum sempat Rangga menjawab bu Resti memotong pembicaraan Rangga dan Tania.

"Mamah tinggal ya, supaya kalian lebih enak ngobrolnya," kata bu Resti.

"Iya Tan, terima kasih," kata Tania.

Bu Resti membalas dengan senyuman dan kemudian pergi.

"Kamu belum jawab pertanyaanku sayang, kamu kenapa sebenarnya?," tanya Tania.

"Kakiku tertimpa sebuah papan sayang, akibatnya kakiku terluka dan harus mendapat jahitan dirumah sakit," jawab Rangga.

"Apakah masih sakit?," tanya Tania.

"Tidak sayang, aku hanya memerlukan pemulihan," kata Rangga.

"Lalu kapan kamu akan benar-benar pulih?," tanya Tania.

"Aku belum tahu. Dokter spesialis yang akan memeriksaku akan datang nanti siang," kata Rangga.

"Terus kenapa kamu tidak memberitahuku perihal musibah yang menimpamu sayang," kata Tania.

"Aku tidak ingin membuatmu cemas dan khawatir dengan keadaanku," kata Rangga.

"Aku sangat cemas dan khawatir setelah mendengar keadaanmu yang begini," kata Tania.

"Darimana kamu mengetahui kalau aku sedang sakit?," tanya Rangga penasaran.

"Aku tadi pagi mengunjungi kantormu. Aku benar-benar merasa tidak tenang karena selama beberapa hari kamu tidak pernah memberi kabar kepadaku. Kemudian salah satu staf memberi tahuku bahwa kamu sedang sakit," kata Tania.

Staf kantor? siapa yang dimaksud oleh Tania? Apakah Dinda?. Batin Rangga bertanya.

"Apakah Dinda yang memberitahumu sayang?," tanya Rangga.

"Tidak sayang, seorang staf yang lain. Dinda malah merahasiakan keadaanmu. Sepertinya Dinda sangat menurut dengan perintahmu sayang," jawab Tania.

Baguslah, karena kamu masih bisa dipercaya Dinda. Batin Rangga.

"Maaf ya sayang, membantah laranganmu. Aku terpaksa datang kerumah mu karena aku benar-benar khawatir kepadamu," kata Tania.

"Iya tidak apa-apa sayang, lagi pula aku senang kamu ada disini. Mamahku juga bisa mengenalmu," kata Rangga.

Maafkan aku Tania. Sebenarnya aku kurang senang dengan kehadiranmu dirumahku ini. Hal Itu akan membuat mamahku memaksaku untuk segera menikah. Batin Rangga.