NovelToon NovelToon
Mantan Kekasihku, Pemilik Putraku

Mantan Kekasihku, Pemilik Putraku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia / Lari Saat Hamil / Berbaikan
Popularitas:31.1k
Nilai: 5
Nama Author: Nagita Putri

"Bisakah kita segera menikah? Aku hamil." ucap Shea Marlove dengan kegugupan ia berusaha mengatakan hal itu.
Tak ada suara selain hembusan nafas, sampai akhirnya pria itu berani berucap.
"Jangan lahirkan bayinya, lagipula kita masih muda. Aku cukup mencintaimu tanpa perlu hadirnya bayi dalam kehidupan kita. Besok aku temani ke rumah sakit, lalu buang saja bayinya." balas pria dengan nama Aslan Maverick itu.
Seketika itu juga tangan Shea terkepal, bahkan jantungnya berdetak lebih cepat dari sebelum ia gugup mengatakan soal kehamilannya.
"Bajingan kau Aslan! Ini bayi kita, calon Anak kita!" tegas Shea.
"Ya, tapi aku hanya cukup kau dalam hidupku bukan bayi!" ucapnya. Shea melangkah mundur, ia menjauh dari Aslan.
Mungkin jika ia tak bertemu dengan Aslan maka ia akan baik-baik saja, sayangnya takdir hidupnya cukup jahat. ......

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nagita Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 26

________

Terlihat dua Pria saling berhadapan.

Mereka berdua berada di sebuah ruangan dengan warna yang didominasi dengan putih.

Mereka berbeda usia, lalu ucapan pria yang tampak berumur itu terdengar.

“Sejak awal bukan Shea tujuan kita.” ucap pria itu dengan nada yang sangat tenang.

Tangan pria dihadapannya langsung terkepal mendengar ucapan barusan.

“Jangan membuatku kesal, aku benci dipermainkan.” balasnya.

“Ayolah! Shea hanya sampah yang tersisa, dia sudah melahirkan bayi emas yang kini tumbuh menjadi si kecil yang hebat. Kelak aku bisa mempergunakannya sesuai kemauanku. Apapun yang terjadi, aku tak peduli itu. Sejak awal Shea ada hanya untuk itu, saat mati pun aku tak mempermasalahkannya.” ucap pria berumur itu.

Bugh!

Pria itu seolah tak terima ia marah, ia sampai memukul dinding dengan warna putih itu.

“Setidaknya pulihkan kembali tubuh Shea. Aku hanya mau…”

“Bicara tentang Shea…sudah terlalu banyak ia mengkonsumsinya, untuk memulihkan tubuhnya terlalu sangat kecil kemungkinan. Otaknya sudah dikacaukan oleh efek samping dari obat yang dia konsumsi saat ini, dia bisa menciptakan pikiran apapun sampai akhirnya dia memilih mati dengan sendirinya. Lagipula tujuanku hanya Anak emas milik Shea. Sean, hanya Sean yang aku perlukan. Anak yang tak diinginkan oleh Aslan Maverick.” ucap pria berumur itu lalu tertawa dengan puas.

Prang!

Sebuah vas bunga kaca langsung terlempar hingga belingnya berserakan.

“Jangan membuatku semakin marah! Disini kau membuat Shea paling menderita dan aku tak…”

“Ck! Itu kesalahannya, karena ia mau menjadi wanita yang siap hamil Anak dari Aslan Maverick. Sperma langka yang Aslan Maverick miliki sudah sejak awal aku prediksikan akan tumbuh dimanapun, jadi tentang Shea bukan masalah untukku. Ini sudah sesuai dengan alur yang aku mau.” ucapnya lagi.

Hahhhh!

Prang!

Kembali pria itu emosi, ia menatap benci pada pria tua yang terus bicara dengan tenang itu.

“Aku mau kembalikan Shea menjadi semula, aku hanya ingin Shea yang awal!” pekiknya.

Pria tua itu kini mulai terkekeh.

“Entahlah, aku tak bisa mengubah apapun. Aku tak tahu efek samping mengerikan apalagi yang akan terjadi pada Shea, nyatanya Sean sudah cukup besar untuk datang kepadaku. Pergilah!” usirnya.

"Tapi kau menciptakan obat itu!" ucapnya lagi.

"Sudah aku katakan, aku tak tahu selebihnya kerja dari obat yang dikonsumsi Shea. Sekarang pergi dari ruanganku." ucap pria itu lagi.

Hanya tangan terkepal dan juga rahang mengeras yang terlihat di wajah pria tampan itu.

Pria tampan itu terlihat takut kehilangan Shea.

‘Aku bersumpah akan membunuhmu, jika pada akhirnya kau membohongiku! Aku setuju tentang ini sejak awal karena kau berkata bahwa target kematianmu adalah Aslan.’ ucap pria tampan itu membatin.

***

~Mansion Aslan.

Di ruang makan, Shea terlihat mengaduk makanannya. Semakin ia memikirkan sesuatu hal yang hilang maka semakin dadanya terasa sesak.

Ada nama yang tak bisa ia ucapkan mengisi pikirannya.

‘Siapa yang aku rindukan saat ini? Entah kenapa rasanya aku ingin menangis, aku berharap dia memelukku dan mengatakan bahwa dia juga merindukan ku. Tapi siapa dia?’ tanya Shea membatin.

“Sayang.” panggil Aslan membuat Shea mengangkat kepalanya lalu tersenyum.

“Hmm, ya Aslan.” balas Shea dengan senyum khas milik perempuan itu.

“Apa yang sedang kau pikirkan?” tanya Aslan.

Shea menggeleng, sejenak ia diam sebelum akhirnya ia berucap dengan ragu.

“Aku tak tahu Aslan, aneh saja rasanya. Dadaku terasa begitu sesak bahkan pikiranku begitu dipenuhi nama yang bahkan aku lupa. Aku seperti ingin sekali menemuinya, aku juga mencemaskan nya.” ucap Shea.

Aslan yang mendengar itu langsung emosi, ia berusaha keras menahan gejolak amarahnya.

Apa yang Shea bicarakan? Bukankah sudah pasti bahwa kini yang Shea pikirkan adalah Matthew? Aslan berusaha untuk tidak emosi di hadapan Shea.

Tangan Aslan terulur, ia mengusap lembut puncak kepala Shea.

“Aku disini.” ucap Aslan.

“Aku tahu itu Aslan, dan itulah yang membuatku merasa aneh. Kau ada disini, tapi pikiran lain terus membuatku merasa seperti akan gila. Aku merindukannya tapi aku tak tahu dan…”

“Shea.” ucap Aslan membuat Shea berhenti bicara.

“Lihat aku! Kau hanya memikirkan hal yang tak penting saja sayang, lupakan itu dan makanlah.” ucap Aslan.

Tatapan tajam yang Aslan berikan membuat Shea mengangguk dengan pelan.

Semakin Shea mencoba berpikir maka semakin rindu dia dengan sosok yang ada dalam pikirannya.

*****

Sore itu.

Jane dan Sean dijemput oleh Digo.

Tampaknya Sean tidur dalam pangkuan Jane. Mereka sudah berada di dalam mobil untuk menuju ke rumah sakit.

“Sebenarnya apa yang terjadi Digo?” tanya Jane.

Digo segera menceritakan segalanya bahkan tentang perihal hilangnya Shea yang tiba-tiba.

Tangan Jane terkepal usai mendengarkan seluruh cerita Digo.

“Apa maksudmu kalau Shea pergi setelah pagi?” tanya Jane.

“Saya tidak terlalu tahu untuk itu Nona, karena saya datang setelah pagi hari.” ucap Digo.

Jane semakin yakin kalau yang membawa Shea adalah Aslan.

‘Sialan! Aku akan benar-benar akan menghajar pria gila itu!’ ucap Jane membatin.

Jane sungguh emosi, ia tak terima kalau Shea jatuh ke tangan Aslan lagi.

“Digo.” ucap Jane.

“Ya, Nona.” balas Digo.

“Aku mau kau jaga Sean untukku malam ini.” ucap Jane.

“Baik Nona.” balas Digo patuh.

_________

Waktu terus berjalan hingga akhirnya malam tiba.

Jane menatap Matthew yang dipenuhi dengan banyak alat di tubuhnya. Tak bohong kalau Jane sungguh terkejut dan cemas.

“Matt, kenapa kau bisa begini?” tanya Jane menatap wajah Matthew.

Jane tak menyangka dengan semua yang terjadi, tangan Jane mengusap lengan Matthew.

“Cepatlah sadar, kembalilah. Shea membutuhkanmu.” ucap Jane.

Jane menghela nafas pelan. Jane berusaha untuk tenang, ia usap air matanya yang baru saja terjatuh.

“Kumohon Matt, bangun dan sadar. Bantu Shea dan jangan hanya diam di sini saja. Matt ingat, Shea Istrimu. Bagaimanapun, kau harus disisinya, jangan tinggalkan Shea dan juga Sean.” ucap Jane sekali lagi.

Menatap Matthew betah dalam keadaan seperti itu membuat Jane mundur, bagaimanapun Jane harus cepat mendapatkan Shea agar Sean tak cemas tentang Mommy nya yang tak kunjung bertemu dengannya.

_o00o_

Hingga malam itu…

Di sisi lain.

Aslan masuk ke kamarnya, Shea ada di dalam sana tengah berdiri di depan balkon kamar. Sepertinya perempuan itu melamun dalam keheningan.

“Sayang, apa yang kau lakukan disana? Kemarilah, aku ingin tidur sambil memelukmu.” ucap Aslan dengan nada yang begitu lembut.

Shea memutar tubuhnya, ia menatap Aslan.

Shea tak tahu apa yang Aslan lakukan, tapi tadi Aslan pamit dengan alasan pekerjaan.

“Aslan aku…”

Tiba-tiba Shea langsung memegangi kepalanya, rasanya sakit sekali padahal baru saja ia mau melangkahkan kakinya ke arah Aslan.

Melihat hal itu Aslan langsung cemas, ia langsung mendekati Shea lalu menarik Shea dalam pelukannya.

“Tenanglah, jangan mencoba untuk mengingat apapun Shea.” ucap Aslan.

Hanya perlu beberapa detik saja tubuh Shea mendorong kasar Aslan yang memeluknya.

Tatapan Shea kembali seperti semula, ia membenci Aslan.

‘Aku begini lagi. Aku melupakan tentang Putraku lagi, aku juga lupa tentang Matthew namun aku malah mengingat pria ini.’ ucap Shea membantin.

Tatapan Shea berkilat penuh amarah.

Aslan menatap heran Shea yang kembali seperti semula.

“Sayang  ada apa? Kenapa kau…”

“Diamlah! Tutup mulutmu Aslan!” ucap Shea dengan tegas.

Air mata Shea sudah menggenang dimatanya.

Shea bersiap akan pergi tapi tangannya malah dicekal oleh Aslan.

“SHEA?! Apa kau mempermainkanku?!” marah Aslan membentak.

Tiba-tiba saja Aslan merasa tak terima, ia berpikir bahwa saat ini Shea tengah mempermainkannya tanpa tahu kenyataan apa yang sebenarnya terjadi.

Shea berdecih muak, ia berusaha dengan kuat agar nama Putranya terus melekat dalam pikirannya.

“Menjauh dariku Aslan!” ucap Shea dengan tatapan tajam.

“Apa-apaan kau Shea? Baru saja kita berbaikan dan tiba-tiba kau kembali lagi seperti ini.” ucap Aslan.

Shea menarik tangannya dari Aslan.

“Pakai otakmu dengan benar Aslan, apa mungkin aku akan baik-baik saja setelah semuanya terjadi? Apa kau sudah lupa? Kau yang menyerah, kau yang tak menepati janji, kau yang melarikan diri karena tak punya nyali! Apa aku salah? Aku hanya membebaskan diriku darimu, aku benar-benar muak berhubungan denganmu Aslan!” ucap Shea.

Hingga akhirnya, Aslan meneriaki Shea dengan keras.

“KAU HANYA TAK MENGERTI TENTANGKU SHEA?! SEMUA INI ADALAH YANG TERBAIK BUAT KITA BERDUA! PADA NYATANYA AKU HANYA INGIN KAU SAJA DIHIDUPKU, BUKAN ANAK!” Teriak Aslan membuat Shea mundur perlahan.

Ucapan Aslan tak pernah berubah ssejak dulu, Aslan memang tak menginginkan Anak sama sekali.

Aslan menghela nafasnya saat menyadari ucapannya terlalu keras pada Shea.

“Aku hanya ingin kau, hanya ingin kau saja Shea. Kita tak perlu memiliki Anak untuk bahagia, kau dan aku hidup dalam hubungan yang baik sudah sangat cukup untukku. Lalu jika kelak kita mati, maka kita harus mati bersama.” ucap Aslan.

Shea masih menatap Aslan dengan berani.

“Kau membenci kehamilanku di masa lalu?” tanya Shea.

“Hm, ya!” balas Aslan tanpa ragu.

“Aku membenci kehamilanmu, karena calon bayi itulah yang membuat hubungan kita hancur.” lanjut Aslan.

Shea menggeleng dengan cepat.

“Kaulah yang membuat hubungan kita berakhir Aslan! Aku benar-benar sangat membencimu.” ucap Shea.

Setelah mengatakan hal itu, tampak Shea pergi dari kamar itu.

Langkah kakinya terhenti saat Aron menghalang Shea.

“Menyingkir!” ucap Shea.

Aslan yang melihat hal itu memberi kode agar Aron membiarkan Shea pergi.

Aron mengerti, ia menjauh dari hadapan Shea.

Aslan mulai melangkah, ia biarkan Shea pergi walau saat ini Aslan masih tak paham dengan apa yang terjadi pada Shea.

“Tuan, apa Tuan tak ingin menghentikan Nyonya Shea?” tanya Aron.

“Biarkan saja. Yang lebih penting kali ini untukku adalah sesuatu hal mengenai Shea, aku rasa ada hal yang aneh padanya. Tiba-tiba saja dia hanya mengingat masa lalu kami, lalu kini Shea kembali mengingat segalanya. Bantu aku cari tahu semuanya Aron.” ucap Aslan.

“Baiklah Tuan.” balas Aron patuh.

Aslan mengepalkan tangannya, matanya masih menatap sisa kepergian Shea.

‘Apa yang terjadi padamu Shea?’ ucap Aslan membatin.

****

Nafas Shea memburu, kepalanya benar-benar terasa sakit.

“Sean, Sean, Sean. Putraku, aku sangat menyayanginya.” ucap Shea beberapa kali menyebut nama Sean.

Shea tak peduli bahkan saat langkahnya sudah menyusuri kota yang ramai.

“Sean, Sean…” ucap Shea dengan air mata yang terus mengalir.

Bruk!

Baru saja Shea menabrak tubuh kokoh seseorang.

Tubuh Shea tersungkur, ia berusaha fokus mengingat nama Sean. Bahkan pikiran Shea hanya mengingat dimana wajah Sean tersenyum padanya.

Air mata Shea berjatuhan, senyumnya terukir mengingat setiap momen kebersamaannya dengan Sean.

“Kau melupakan obatmu.” ucap seseorang dengan topi.

Shea langsung mendongakkan kepalanya menatap seorang pria berjongkok yang berada di hadapan Shea.

“Matt?” tanya Shea.

Tatapan Shea tak bisa melihat dengan jelas siapa sosok itu.

Pria itu diam, ia mengulurkan sebotol obat milik Shea. Bagaimana mungkin Matthew sudah sadar sedangkan sangat jelas saat ini Matthew masih terbaring lemas dan dinyatakan koma.

“Matthew?” sekali lagi Shea berucap.

“Minumlah obatmu Shea, kau akan melupakan segalanya lagi jika kau tak meminum obat ini. Bukankah kau harus mengingat semua yang terjadi dalam hidupmu hm?” lanjut pria itu.

Sebutir obat masuk ke mulut Shea oleh tangan pria itu, bahkan ia memberikan Shea sebotol air minum.

“Matthew, hanya Matthew yang akan bisa menjagamu. Bergantunglah padanya.” bisik pria itu tepat di samping telinga Shea.

Perlahan Shea mengantuk, tubuhnya langsung masuk dalam pelukan pria itu.

“Sean, Mommy merindukanmu.” ucap Shea sebelum akhirnya Shea tertidur dalam gendongan pria itu.

Shea merebahkan kepalanya di dada bidang pria itu.

‘Ini wangi parfum Matthew, aku mengenalnya.’ ucap Shea membatin disisa kesadarannya.

Bersambung…

1
Bandar Jayalampung
aku jd bingung . klo Mathew anaknya athur artinya shie sodara kandung sama matew ya 🙏
Bandar Jayalampung
smga shea slmt
Bandar Jayalampung
hRusnya kalian sadar she hanya untuk aslan
Lee Mba Young
lanjutt
Epijaya
pasti mommy Aslan yg memintak penjahat td utk mencelakankan Shea dgn memfitnah Aslan.
muna aprilia
lanjut
LISA
Aq mampir Kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!