Digondol Jin

“Hmmm.. ya sudah jangan sekarang.” gumam Pungki di dalam sambil terus berjalan untuk mengambilkan makanan buat orang tua Andein dan orang tua Ndaru. Pungki yang belum tahu wujud demit bocil itu khawatir jika wujud demit bocil itu menyeramkan dan jika dia belum siap dan kaget kalau pingsan, semakin keluarga Andien tidak akan percaya pada dirinya.

Setelah mengambilkan makanan Pungki kembali duduk dan melanjutkan doanya.. sesaat terasa ada beban lagi di atas paha nya..

“Jangan tidur, bantu aku agar cuaca di bandara tujuan membaik dan pesawat bisa segera diberangkatkan.” Gumam Pungki di dalam hati sambil menunduk..

“Okey Kakak.. Kakak lanjut aja doa nya.. aku akan membuat arah angin berubah dan membuat awan awan gelap pekat itu menjauh dan hujan badai berpindah ke samudra raya yang jauh di sana.. ha... ha... ha... ha... ha... ha... ha.... ha... ...ha... ... ...ha... .... ... ha... ... ... ...ha... ... ... ” suara anak kecil sambil tertawa renyah dan suara tawanya semakin lama semakin menjauh. Dan Pungki pun tidak lagi merasakan ada beban di pahanya.

“Suara tawa nya semakin menjauh apa demit bocil itu pergi.” Gumam Pungki di dalam hati.

“Siapa sebenarnya dia.” Gumam Pungki lagi di dalam hati. Dia sebenarnya masih penasaran siapa demit bocil yang mengikuti dirinya.

Pungki terus melanjutkan doanya.. sedangkan kabar dari Ndaru, mereka bertiga masih menunggu hasil CT scan organ organ penting Syahrul.

Waktu pun terus berlalu di saat para penumpang sudah selesai makan siang.. tiba tiba terdengar suara pengumuman jika pesawat yang mereka tunggu tunggu sudah boarding..

“Tan sudah boarding pesawat.” Ucap Rico yang duduk di samping Mamanya Andien.

“Iya, aku juga sudah dengar.” Ucap Mamanya Andien sambil bersiap siap untuk bangkit berdiri.

Keluarga Andein dan orang tua Ndaru pun cepat cepat bangkit berdiri mereka akan melangkah menuju ke pintu boarding .

Ningrum tampak bingung sebab Pungki masih duduk tenang dengan mata terpejam..

“Pung, kamu tidur apa khusuk berdoa hingga tidak mendengar pengumuman pesawat sudah boarding.” Ucap Ningrum yang sudah bangkit berdiri sambil menoleh ke arah Pungki.

“Iya Ning aku dengar.” Jawab Pungki sambil membuka kedua matanya.

“Demit bocil ke mana ya? Kalau aku masuk ke dalam pesawat dia bingung tidak ya?” gumam Pungki di dalam hati lagi sambil bangkit berdiri..

Di saat Pungki melangkahkan kaki berjalan di belakang Ningrum. Pungki sangat kaget karena di punggung nya tiba tiba terasa ada beban...

“Apa demit bocil itu sudah datang dan sekarang nempel di punggung ku.” Gumam Pungki di dalam hati sambil terus melangkah..

“Hh... hhh.. hhh... iya Kakak, aku capek banget.. hhh...hhh...” suara lirih seorang anak di belakang Pungki dan terdengar suara nafas anak kecil itu.

“Hmmm hebat juga ni bocil..” gumam Pungki lagi di dalam hati.. Dan tidak ada lagi suara bisikan anak kecil tetapi punggung Pungki masih terasa ada beban seberat dua puluh lima kilogram.

“Dia sekarang nemplok di punggung ku.” Gumam Pungki di dalam hati lagi sambil terus berjalan.

“He Ehmmm.” Suara lirih bocah kecil di punggung Pungki dengan suara imut dan manja.. Pungki tersenyum dan Hati Pungki pun sedikit lega karena terbukti demit bocil yang mengikuti dirinya bisa membantu, meskipun masih bocil tetapi terbukti punya tenaga luar biasa. Bisa menghantam mobil hingga pindah jalur dan mobil tetap mulus. Dan kini bisa mengubah arah angin.

Pungki pun terus berjalan untuk masuk ke dalam pesawat. Di saat Pungki sudah duduk di dalam pesawat, kembali di paha nya terasa ada beban seberat dua puluh lima kilogram.. Pungki diam saja dan dia pun kembali melanjutkan doanya di dalam hati...

Pesawat pun lepas landas dengan sempurna...

Setelah pesawat mengudara hampir dua jam lamanya, pesawat pun berhasil mendarat di bandara tujuan.. tampak kini cuaca bandara itu cerah berawan yang aman untuk penerbangan.

Mobil mini bus hotel telah menjemput rombongan keluarga Andien dan keluarga Hasto. Mobil pun terus melaju menuju ke hotel tempat mereka menginap. Hotel yang sama dengan saat rombongan Pak Hasto dulu menginap waktu mencari Dewa anaknya.

Mobil terus melaju dengan kecepatan sedang...

Sementara penumpang yang lain sibuk dengan hand phone tetapi Pungki duduk di dalam mobil dengan tenang, di pangkuannya kembali terasa ada beban seberat dua puluh lima kilo gram. Sejak tadi dia tidak mendengarkan suara anak kecil di telinganya.

Meskipun hatinya lega ada demit bocil yang siap membantu tetapi tetap saja ada rasa khawatir di hati Pungki untuk memasuki kerajaan jin tanpa ada Syahrul apa lagi keluarga Andien tidak percaya pada dirinya.

“Ning bagaimana kabar Syahrul?” tanya Mamanya Andien yang duduk di samping Bu Hasto.

“Nanti malam mereka bertiga akan menyusul ke sini. Aku sudah tanya pada mantuku.” Saut Bu Hasto yang sudah menghubungi Fatima.

“Iya Tan, Dokter belum bisa mengetahui penyakit Mas Syahrul. Jadi Mas Syahrul diizinkan melakukan perjalanan jauh, katanya bisa dilanjut konsultasi daring.” Ucap Ningrum dengan suara agak keras.

“Syukur alhamdulillah....” gumam semua penumpang termasuk Pungki, dia pun juga bahagia jika Syahrul bisa ikut menyusul nanti malam. Pungki juga akan bercerita tentang demit bocil yang terus mengikuti dirinya dan sudah dua kali membantu dirinya.

Mobil terus melaju, AC mobil dengan suhu yang pas di tubuh dan suara musik lagu lagu klasik yang mengalun dengan volume kecil membuat penumpang semakin nyaman dan tenang hatinya.. demit Bocil pun mungkin juga tertidur nyenyak di dalam pangkuan Pungki, karena telinga Pungki tidak lagi mendengar suaranya apalagi suara tawanya... Dan Pungki masih terus memanjatkan doa di dalam hati....

Sementara itu di lain tempat di istana kerajaan jin di danau di puncak suatu gunung yang besar...

Sang Ibunda Ratu semakin murka karena cuaca di atas pulau itu menjadi cerah...

“Kurang ajar mereka tetap bisa ke sini.” Ucap Ibunda Ratu dengan nada sangat kesal.

“Bagaimana bisa Ibu, bukannya Ibu sudah membuat cuaca jelek di sini.” Ucap Pangeran Dewa Anum semakin sedih dan khawatir hatinya karena pernikahannya terancam gagal lagi.

“Apa Eyang Pikulun membantu mereka Ibu? Kita laporkan saja Eyang Pikulun pada Sang Raja junjungan dia. Bukannya Ibu kenal baik dengan Raja Jin di hutan rimba raya di pulau Jawa itu.” Ucap Pangeran Dewa Anum sambil menatap Sang Ibunda Ratu yang wajahnya tampak kalut.

“Bukan, bukan Eyang Pikulun dan bukan juga perbuatan manusia, tapi aku tidak bisa melihat siapa yang sudah melakukan itu.” Ucap Sang Ibunda Ratu dengan geram...

“Tapi tenang saja Putraku, saat mereka masuk ke dalam daerah kekuasaanku Eyang Pikulun pun atau Raja Raja Jin di jawa itu tidak akan bisa membantu manusia manusia itu.. Itu sudah menjadi kesepakatan kita para jin penguasa.” Ucap Sang Ibunda Ratu sambil tersenyum penuh harap akan tetap bisa menikahkan Sang Putra Mahkota dengan gadis pilihan hatinya....

.....