Berpacaran selama 5 tahun. Hingga mereka memutuskan untuk menikah. Satu hari setelah hari pernikahannya suaminya mulai berubah dan bahkan tidak pernah menyentuh istrinya karena alasan capek. Setiap hari di paksa untuk memahami, dan mengerti semuanya. Hingga akhirnya sang istri berusaha mencari tahu apa alasan di balik perubahan sikap suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kavhyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terbongkar
Saat pulang di rumah. Dian merasa legah karena suaminya masih tidur. Dia langsung membersihkan dirinya dan tidur.
KeEsokan harinya Dian mengajak Tiara bermain di depan rumah. Sedangkan Ansel lagi sibuk bekerja. Dian termenung memikirkan kejadian tadik malam. Dan mengingat perkataan Riana. Tapi dia yakin pasti bisa menanganinya. Dian yang terus terdiam membuat Tiara hampir jatuh dan kejedot pot bunga. Ansel yang melihat itu berlari dengan cepat dan menggendong Tiara.
"Kamu tidak papa sayang?" Tanya Ansel. Dian pun seketika sadar.
"Kamu kenapa? Tiara hampir saja jatuh. Bagaimana seandainya kalau aku tidak datang." Ucap Ansel dengan sedikit emosi.
"Maaf sayang." Ucap Dian merasa bersalah. Ansel pun duduk dekat dengan Dian.
"Sebenarnya kamu kenapa sayang? Aku liat kamu banyak pikiran. Cerita sama aku." Ucap Ansel yang langsung memeluk Dian.
"Aku hanya takut meninggalkan kalian semua. Bagaimana kalau penyakitku tidak bisa di sembuhkan." Ucap Dian dengan berbohong dan pura-pura sedih.
"Kamu jangan khawatir. Tetap berpikiran positif. Aku yakin kamu bisa sembuh sayang. Kita akan terus berusaha dan berdoa." Ucap Ansel. Dian pun mengangguk.
"Sebentar kita ke dokter ya. Aku udah ada janji sama dokter Ilham." Ucap Ansel. Dia adalah teman Ansel. Dian pun merasa takut akan hal itu. Bagaimana kalau Ansel tahu kalau semua kebohongannya? Pikirnyanya.
"Ngak usah sayang. Aku juga udah di tangani dokter perempuan. Dokter Stevani." Ucap Dian dan berusaha meyakinkan Ansel. Ansel pun mengangguk setuju.
"Ayo kita masuk. Sebentar lagi Mama Papa datang." Ucap Ansel membawa Tiara. Dian pun mengangguk.
...****************...
Sedangkan di tempat lain Tania akhir-akhir ini tidak bisa tidur semenjak suaminya kembali ke Australia. Perasaan rindu dan ada sesuatu yang tidak bisa di ungkapkan. Padahal Kenzi selalu menelponnya setiap jam dan mereka sering Video call.
"Nia." Panggil Mama Hani.
"Iya Mah. Mama masuk aja. Ngak di kunci kok." Ucapnya Tania dari dalam kamar.
Ceklek.....
Mama Hani pun menghampiri Tania yang masih di kasur.
"Kamu kenapa sayang? Mama liat kamu tidak pernah semangat semenjak Kenzi pergi." Ucap Mama Hani.
"Nia tidak bisa jauh dari Kenzi mah. Mungkin pengaruh hamil. Dan entah kenapa banyak hal yang menganggu pikiran Nia." Ucap Tania. Mama Hani pun tersenyum.
"Itu cuman kamu yang berlebihan. Kamu ingat apa kata dokter? Dokter bilang kamu tidak boleh stres sayang. Karena itu akan berpengaruh sama kehamilan kamu. Dengan kamu yang seperti ini terus menerus, apakah Kenzi juga akan tenang bekerja di sana? Apakah dia tidak kepikiran juga? Dia pasti tidak akan fokus bekerja sayang." Nasehat Mama Hani. Tania pun mengangguk mengerti. Semua yang di katakan Mamanya Adalah benar. Tidak baik jika dia terus-terusan seperti ini. Tania pun langsung memeluk Mama Hani.
"Makasih Mah." Ucap Tania. Mama Hani membalas pelukan putrinya.
"Sama-sama sayang." Ucap Mama Hani.
"Sekarang kamu turun. Dan kita sarapan ya. Kalau kamu bosan ada Abang kamu di bawah. Dia akan nemenin kamu." Sambung Mama Hani. Tania pun mengangguk tersenyum.
"Iya Mah." Ucap Tania.
...****************...
Sedangkan di tempat lain dia merasa cemas karena seseorang mengirimkan video 21+ nya dengan Jack. Dia sadari tadik sibuk modar mandir membuat Ansel merasa ada yang tidak beres dengan Dian.
Mama Rita, Mama Novi, Papa Gamor dan Papa Tian datang. Ansel pun tersenyum dan menghampiri mereka begitupun dengan Dian.
"Mama apa kabar?" Tanya Dian yang ingin memeluk Mamanya.
Plak....
Plak...
Plak...
Bertubi-tubi tamparan dari Mama Rita. Membuat Ansel kaget.
"Mama kenapa nampar Dian?" Tanya Ansel. Melihat Mama Rita yang sedang tidak baik-baik saja membuat Ansel bertanya-tanya. Bukan cuman Mama Rita tapi kedua orangtuanya juga.
"Jangan berani-berani menyentuhku. Kamu bukan anakku Dian. Kamu sudah membuat keluarga kita malu." Ucap Mama Rita dengan emosi. Dian pun masih bingung apa yang sebenarnya terjadi.
"Apa kesalahan Dian Mah?" Tanya Dian. Mama Rita pun menunjukkan Video yang sudah viral di media sosial. Dan bukan cuman malu tapi semua kesepakatan bisnis keluarganya sudah di batalkan dan tidak ada yang mau bekerja sama lagi.
Dian dan Ansel pun mematung melihat itu. Ternyata Dian selama ini tidak seperti apa yang terlihat.
"Hikss...Hikss..Hikss... Maafin Dian Mah. Dian benar-benar menyesal Mah."
"Sudah cukup! Aku ngak mau mendengar penjelasan apapun lagi!" Bentak Mama Nata. Sedangkan Mama Novi dan Papa Gamor menangis sakit, kecewa.Dia sudah menganggap Dian sebagai putrinya sendiri tapi apa yang di lakukannya? Mereka merasa gagal menjadi orangtua. Sedangkan Papa Tian entahlah bagaimana cara mengatakannya. Dia seorang ayah dan cinta pertama anak perempuanmya. Anak kesayangannya dan satu-satunya perempuan di keluarga mereka. Dia sangat malu dengan perbuatan putrinya. Dia menyalahkan dirinya karena terlalu sibuk bekerja.
Plak...
Ansel menampar Dian. Ansel sudah tersulut emosi dan memarahi Dian habis-habisan dan menghinanya. Sedangkan Dian tertunduk yang terus menangis.
"Ternyata kamu seorang jalang. Atau jangan-jangan Tiara bukan anak aku?!" Tanya Ansel marah . Dian hanya terdiam dan terus mengelak kalau Tiara adalah anaknya.
"Tiara anak kita hiks..hiks..hiks." Ucap Dian menangis. Namun Ansel tidak peduli. Bagaimanapun dia harus melakukan tes DNA.
"Ka,' sebelum melanjutkan ucapannya
Namun tiba-tiba Papa Tian memegang jantungnya dan pingsang.
"Papa, bangun Pah." Ucap Ansel. Dian pun langsung mendekat ke arah Papanya dan merasa sangat khawatir. Namun Mama Rita melarang Dian mendekat.
"Ini gara-gara kamu! Pergi dari sini! Aku tidak ingin melihat wajahmu lagi!" Ucap Mama Rita.
Semua orang langsung membawa Papa Tian ke rumah sakit. Sedangkan Dian hanya duduk dan menangis di sana.
Tidak butuh waktu lama mereka sampai dan langsung di tangani oleh dokter.
"Tolong lakukan yang terbaik untuk suami saya dok hiks..hiks..hiks..." Ucap Mama Rita yang dari tadik menangis. Ansel dan Mama Novi berusaha menenangkannya. Dokter hanya mengangguk.
"Bapak ibu silahkan tunggu di luar." Ucap Dokter. Semua pun mengangguk.
Sekitar 15 menit dokter keluar.
"Bagaimana keadaannya dok?" Tanya Papa Gamor.
"Maaf. Kami sudah berusaha sebaik mungkin, tapi pasien tidak bisa di selamatkan. Dia terkena serangan jantung." Ucap Dokter. Semua menangis mendengar kabar duka ini termasuk Mama Rita yang sangat histeris. Dia masih belum bisa menerimah kepergian suaminya.
Ansel
Wiliam