NovelToon NovelToon
Trap Of Destiny

Trap Of Destiny

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Spiritual / Iblis / Peramal
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Dian Dipa Pratiwi

Terima atau tidak, mau tak mau manusia harus menerima kenyataan itu. Bahwa mereka terlahir dengan apa adanya mereka saat ini. Sayangnya manusia tak bisa memilih akan dilahirkan dalam bentuk seperti apa. Kalau bisa memilih, mungkin semua orang berlomba-lomba memilih versi terbaiknya sebelum lahir ke dunia.

Terkadang hal istimewa yang Tuhan beri ke kita justru dianggap hal aneh dan tidak normal bagi manusia lain. Mereka berhak untuk berkomentar dan kita juga berhak memutuskan. Mencintai diri sendiri dengan segala hal istimewa yang Tuhan tuangkan dalam diri kita adalah suatu apresiasi serta wujud syukur kepada sang pencipta.

Sama seperti Nara, yang sudah sejak lama menerima kenyataan hidupnya. Sudah sejak dua tahun lalu ia menerima panggilan spiritual di dalam hidupnya, namun baru ia putuskan untuk menerimanya tahun lalu. Semua hal perlu proses. Termasuk peralihan kehidupan menuju hidup yang tak pernah ia jalani sebelumnya.

Sudah setahun terakhir ia menjadi ahli pembaca tarot.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dian Dipa Pratiwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ancaman Baru

Pencapaian hebat mereka malam ini bukanlah sesuatu yang mudah untuk diraih jika tanpa dukungan dari setiap orang. Beruntungnya mereka yang berada di sini adalah orang yang saling mendukung satu sama lain.

Untuk merayakan kemenangan mereka malam ini, Ibu Nara berinisiatif untuk memasak beberapa menu makanan. Lagi pula mereka juga belum makan malam sejak tadi. Jadi anggap saja kalau ini adalah perayaan kecil-kecilan atas pencapaian mereka. Sebuah bentuk apresiasi dari orang tua kepada anaknya.

Wanita itu menyiapkan sup rumput laut dengan nasi hangat serta beberapa lauk lainnya. sup rumput laut dikenal bagus untuk memulihkan energi karena kaya akan nutrisi. Nara dan Baron pasti sudah menguras banyak energi untuk melakukan ritual pengusiran malam ini. Terutama Nara, ia hampir tak bisa kembali ke dalam raganya. Jadi, sup rumput laut adalah makanan yang terbaik.

Sebenarnya Baron ingin membantu wanita itu untuk menyiapkan makanan. Atau hanya sekedar untuk menata alat makan di atas meja, namun Ibu Nara tak membiarkannya. Ia melarang Baron untuk membantunya. Selagi ia bisa melakukan semuanya sendiri, ia tak mau merepotkan orang lain.

“Baiklah, makan malamnya sudah siap. Ayo makan!” ajak wanita itu dengan bersemangat.

“Maaf sudah merepotkanmu kali ini,” ujar Baron.

“Tidak perlu sungkan. Kau sudah ku anggap seperti anak sendiri,” balasnya.

Mereka lalu mengambil piring dan mangkoknya masing-masing. mengambil makanan sesuai dengan porsinya, agar tidak terbuang dengan sia-sia. Meski Ibu Nara meminta mereka untuk makan dalam porsi yang banyak. Namun, jujur saja selera makan Nara sedang menurun kali ini. Tidak seperti biasanya. Ia bahkan tak merasa bersemangat untuk melakukan apa pun.

Keluarga kecil itu makan dengan khidmat di tengah-tengah ruangan. Menikmati setiap hidangan yang tersedia. Sesekali berbincang mengenai hal-hal ringan. Sesekali juga tertawa kecil. Berbagi cerita di meja makan, sambil disinari oleh seberkas cahaya dari lampu pijar ternyata tidak seburuk itu. Ini adalah pertama kalinya Nara merasakan kehangatan dari sebuah keluarga.

“Ambil ini,” ucap Baron lalu meletakkan seiris daging asap di atas piring Nara.

“Kau belom mencobanya tadi. Sangat enak,”ujarnya.

“Makanlah!” perintah pria itu.

Nara yang penasaran lantas menjejalkan potongan daging sapi iris itu ke mulutnya. Ternyata memang cukup enak. Tapi masakan Ibu Nara memang tak perah gagal. Ia selalu membuat makanan dengan cita rasa yang enak. Nara mengakui itu setelah hidup bertahun-tahun dengannya.

“Bagaimana? Enak kan?” tanya pria itu.

“Hm…” jawab Nara sambil menggangguk-anggukkan kepalanya.

Ia kini setuju dengan pria itu. Mereka mengakui hal yang sama.

“Kau harus makan lebih banyak agar lekas pulih,” gumam Baron sambil melahap makannya.

Durasi makan malam mereka sedikit lebih lama dari biasanya. Paling lama Nara hanya menghabiskan waktu sekitar lima belas menit jika makan sendiri dengan serius. Begitu pula dengan Baron. Namun kali ini sedikit berbeda. Sudah hampir satu jam mereka duduk melingkar di meja makan, namun makanannya masih belum habis. Ibu Nara berpesan untuk tidka menyisakan makanannya. Karena bisa basi jika masih disimpan untuk esok hari.

“Ibu tidak mau melihat makannya tersisa sedikit pun,” pertegas wanita itu sekali lagi.

Sementara itu di sisi lain Nara tampak memamerkan wajah cemberutnya. Menunjukkan rasa protes secara tidak tertulis pada ibunya. Menandakan jika ia sudah tidak sanggup untuk makan lebih banyak lagi. Dengan perasaan berat hati, ia terpaksa haru menghabiskan sisa makanan yang ada di meja. Jauh lebih baik seperti itu daripada mendengarkan ibunya mengomel sepanjang hari.

Setelah selesai dan merasa cukup, mereka lekas membersihkan meja untuk pergi tidur. Sekarang sudah cukup larut malam. Jarum jam di salah satu sisi ruangan menunjukkan pukul dua belas malam. Sekarang sudah tengah malam lewat beberapa menit.

‘Aaa!!!’

Mendadak Nara berteriak dengan histeris. Suaranya cukup untuk mengejutkan semua orang yang berada di ruangan ini. Ditambah dengan suasana tengah malam yang hening, membuat suara teriakan Nara terasa semakin nyaring.

Gadis itu terpaku di depan tangga dengan napas terengah. Ia sama sekali tak bisa mengalihkan pandangannya dari tempat itu.

“Apa yang terjadi?!” tanya Baron.

“Ada apa?” sambung Ibu Nara dengan pertanyaan yang kurang lebih sama.

Mereka tak menunggu jawaban dari gadis itu, karena ppada nyatanya jawaban yang mereka cari sudah ada di depan matanya. Sulit untuk dipercaya memang, tapi ini benar adanya. Segala hal mistis dan supranatural memang selalu terjadi secara ajaib, sehingga manusia menganggapnya sebagai sesuatu yang terjadi di luar nalar.

Baron dan Ibu Nara juga terlihat sama terkejutnya dengan Nara. Namun mereka tidak sampai berteriak. Lagi pula siapa yang tidak akan teriak secara refleks jika mendapati jejak kaki hewan di sepanjang tangga. Ukurannya tidak terlalu besar memang. Tapi cukup untuk menakuti seisi ruangan ini.

“Aku takut,” rengek gadis itu pada Baron.

Kini tempat satu-satunya untuk berlindung adalah pria itu. Tidak ada orang lain dengan kemampuan spiritual yang selevel dengan Baron di sekitar sini. Apalagi sudah malam. Nara bahkan tak mengenal dukun yang tinggal di sekitar tempat tinggalnya.

“Ini pasti bukan jejak kaki hiena,” ucap Baron dengan yakin.

“Hiena itu sudah mati. Mustahil untuk bangkit lagi,” sambungnya.

“Tapi bagaimana jika itu benar-benar terjadi? Bagaimana jika benar ia bangkit?” tanya Nara menuntut.

“Tidak, kau harus gunakan logikamu,” balas pria itu dengan tenang.

“Perhatikan ukuran jejak kakinya!” perintah Baron.

Mendengar kalimat tersebut Nara lantas mengalihkan pandangannya. Mengamati jejak kaki di depan mereka sekali lagi. Namun kali ini dengan sedikit lebih cermat.

“Ukuran kaki hiena tak sekecil itu. Kau sudah melihat ukuran tubuhnya yang terbilang jauh lebih besar dari pada hiena biasa,” jelas Baron.

“Lalu jejak kaki apa itu?” tanya Nara sekali lagi.

Nara terus berpikir dengan liar. Mengumpulkan segala kemungkinan terburuk di dalam kepalanya. Selain sulit untuk mengingat, ia juga sulit untuk mengontrol emosi dan isi kepalanya sendiri.

Memangnya jejak kaki siapa lagi yang memiliki ukuran sekecil itu. Jika dilihat-lihat ukurannya hampir sama dengan ukuran jejak kaki anjing. Tapi sejak kapan Nara dan keluarganya memelihara anjing. Mereka bahkan tak mendapati anjing yang berkeliaran di sekitar rumah ini sejak tadi. Kalau benar ada anjing liar yang tak sengaja masuk ke sini, seharusnya sudah diketahui sejak tadi. Tak mungkin ia tak menggonggong atau minal mondar-mandir di hadapan para manusia ini. Nara mengambil kesimpulan jika itu bukan jejak kaki hewan biasa.

“Apa yang harus kita lakukan sekarang?” tanya Nara.

Sebenarnya ia sudah terlalu lelah untuk melakukan ritual lagi. Namun jika tidak maka mereka tak akan tidur dengan tenang malam ini.

1
Ernawati Ningsih
Ceritanya bagus banget. Mengangkat sudut pandang peramal dan juga kepercayaan akan takdir. Terus ada bahas soal ritual-ritual gitu. Seru banget
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!