NovelToon NovelToon
Revenge Ends In Love

Revenge Ends In Love

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta setelah menikah / One Night Stand / Selingkuh / Cinta Terlarang / Cerai
Popularitas:28.4k
Nilai: 4.9
Nama Author: farala

Oleh orang tuaku, aku di jadikan sebagai pelunas utang dan menikahkan ku dengan seorang pria kaya. Tidak ada cinta di antara kami. Suatu malam, tanpa sengaja, aku melakukan one night stand dengan bos ku hingga aku harus mengakhiri rumah tangga ku yang masih berumur jagung.
Ternyata, kejadian malam itu adalah jebakan. Jebakan balas dendam yang membuatku terluka dan trauma.
Lima tahun berlalu, aku bertemu lagi dengannya, bertemu dengan pria yang malam itu membuatku tak berdaya karena sentuhannya. Pria yang sangat aku benci dan ingin aku lupakan.
Tapi pertemuan itu kembali membuatku terseret oleh pesonanya.
Mampukah aku tetap membenci atau justru aku malah jatuh cinta padanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 26 : Keberanian Heidi

" Mati aku."

Heidi duduk di bangku taman di bawah pohon nan rindang sembari menarik rambutnya dengan kuat. " Ahhh,,,aku pasti sudah gila."

Dia terus merutuki kesalahannya yang baru saja memaki Gerrard. " Ku yakin, besok barang barang ku sudah di luar semua. Berani sekali aku membantahnya. Heidi... Heidi..." Ujarnya frustasi.

" Emi,,bantu aku." Heidi menatap lurus ke depan, tubuhnya lunglai tak bertenaga.

Sementara Gerrard tak bisa berbuat banyak, ia masih berada di restoran mengaduk sup yang entah kapan akan dia masukkan ke dalam mulutnya. Nafsu makannya menguar. Jujur ia sangat lapar, tapi makanan selezat apapun yang di sajikan ketika moodnya memburuk tetap tidak bisa membuatnya berselera.

" Keras kepala." Kata Gerrard.

" Apa tuan mengancamnya?" Tanya Arthur penasaran.

" Sedikit."

Arthur menghela nafas panjang. " Sifat nona Heidi sangat mirip dengan nona Emilia. Beberapa kali aku pernah bertemu dengannya saat aku mengunjungi cabang Munich."

" Lalu aku harus bagaimana?"

" Tidak ada tuan. Sekeras apapun usaha tuan untuk mengulik informasi darinya, dia tetap akan bungkam."

Gerrard frustasi. " Baiklah, kalau begitu ganti strategi. Selidiki Heidi."

" Baik tuan, tapi sebelum itu, saya punya informasi penting tentang nona Emilia."

" Apa itu?"

" Setelah bercerai, nona Emilia kembali ke rumah orang tuanya. Namun hal tak terduga terjadi. Tuan Smith mengusir putri satu satunya dan menghapusnya dari daftar keluarga."

Gerrard terdiam. Tiba tiba saja jantungnya terasa di tusuk ribuan pisau.

Apakah dia merasa bersalah? Kemungkinan besar iya.

Cukup lama dia tak mengeluarkan satu kata pun hingga akhirnya Arthur lah yang mengurai kesunyian tersebut.

" Sebaiknya kita pulang tuan."

Tak ada respon.

" Tuan.." Arthur sampai harus memberikan sedikit sentuhan di lengan Gerrard.

" Ya..."

" Sudah waktunya kita kembali ke Amsterdam. Masih banyak pekerjaan yang harus tuan selesaikan."

" Baiklah."

*

*

Heidi tiba di apartemennya. Setelah urung uringan sepanjang hari, dia mulai berpikir untuk menghubungi Emilia.

" Aku yakin dia sudah tiba di Edam. Sebaiknya aku menelponnya."

Heidi mengambil ponselnya dan menghubungi Emilia.

Namun dia mulai khawatir, karena sudah beberapa kali dia coba, tapi tetap tidak berhasil.

" Apa yang terjadi? Tidak biasanya dia seperti ini." Heidi terus mencoba menghubungi Emilia, namun hasilnya tetaplah sama.

" Aku telpon Bibi Helen dulu." Lanjutnya.

Untuk beberapa saat, Heidi menatap jendela kamarnya. Malam yang gelap tanpa cahaya bulan membuat hatinya ikut menjadi gelap. Jawaban bibi Helen lima menit lalu membuatnya semakin khawatir. " Dia belum tiba di sini. Bibi juga sudah menunggunya. Mungkin dia memperpanjang masa liburannya di London. Jangan berpikiran negatif. Bibi yakin temanmu akan baik baik saja."

" Masalahnya, dia tidak mengangkat telponnya, kan aku bisa mengetahui di mana ia sekarang jika komunikasi kami tidak terputus." Gumam Heidi frustasi.

Heidi bertambah gelisah, puluhan pesan dia kirim tapi tak kunjung mendapatkan balasan, Dia berjalan mondar mandir sembari menggigit kuku kukunya.

Jam sudah menunjuk di angka sebelas malam, itu berarti sudah lebih dari seratus delapan puluh menit ia mencoba menelpon Emilia.

" Jangan membuatku berpikiran yang aneh aneh Emi,, aku sangat khawatir padamu." Gumamnya masih berjalan kesana dan kemari.

Heidi bingung harus bertanya ke siapa mengenai Emilia. Jelas, karena selain dirinya, tidak ada orang lain yang dekat dengan sahabatnya itu.

Sempat terlintas di pikirannya untuk menemui Ludwig, namun urung dia lakukan. Dia selalu menganggap jika semua pria yang berada di sekitar Emilia punya hati yang busuk.

Pagi menyingsing, sinar mentari sudah terlihat dari balik jendela di lantai dua puluh apartemen. Harusnya kegiatan pagi itu sudah di lakukan, tapi Heidi masih betah berada di atas tempat tidur.

Bukan tidur seperti yang biasa di lakukan semua orang, tapi dia hanya duduk melamun dengan lingkaran hitam di bawah matanya.

Ya, semalam Heidi tak bisa tidur, padahal sejam lagi ia harus berangkat ke kantor. Terlalu banyak yang dia pikirkan termasuk menghilangnya Emilia. Ponsel Heidi sampai kehabisan daya karena sepanjang malam tak berhenti menghubungi Emilia.

Heidi menghela nafas panjang dan bangkit dari tempat tidur, masuk ke kamar mandi lalu bersiap untuk berangkat bekerja. Namun sekelebat ingatan pahit kembali terbayang di mana dengan lantang nya dia memaki Gerrard.

" Tamat sudah riwayatku." Gumamnya lalu menjatuhkan tubuhnya di sofa panjang.

" Sebaiknya ku buat surat pengunduran diri saja. Harga diriku akan tercoreng jika tuan Gerrard yang langsung memecat ku."

*

*

Terlihat tak bertenaga, Heidi melangkahkan kakinya melewati lobby Quantum Mayors menuju ke ruangannya. Bayang bayang kursi dan mejanya yang sudah tidak berada di tempat terus memenuhi isi kepalanya.

Heidi tiba di depan sebuah pintu yang selalu menyambut kedatangannya setiap hari. Lama ia berdiri menatap gagang pintu tersebut, antara ingin membuka atau tidak usah sekalian.

Tapi itu tidak berlangsung lama, karena rekan kerja Heidi sudah berdatangan dan membuka pintu itu lebar lebar.

Heidi perlahan melangkah masuk. Semua tenang dan damai, tidak ada yang berubah, sama seperti kemarin ia meninggalkan tempat kerjanya tersebut.

" Benarkah dia tidak membuang mejaku? Akh, mungkin dia melakukannya dengan cara yang berbeda." Ucapnya sembari menyimpan tasnya di atas meja.

Beberapa saat dia bisa bernafas lega, namun panggilan finance manager nya membuyarkan kelegaannya.

" Iya Bu." Kata Heidi begitu ia berdiri di depan ibu Yolanda.

" Direktur memanggilmu."

Jleb...

" Sudah ku duga." Batinnya gelisah.

" Baik Bu." Heidi keluar dengan perasaan campur aduk.

" Ya,, seperti inilah dia membuatku berhenti." Gumamnya sambil terus melangkahkan kaki ke ruangan direktur.

Heidi mengetuk pintu.

" Masuk."

Pintu terbuka. Tampak lah oleh Heidi wajah tampan nan dingin pak direktur yang baru di lihatnya siang kemarin.

" Selamat pagi pak Arthur."

" Pagi. Silahkan duduk."

Heidi mengikuti perintah Arthur. Semalam, Arthur tidak ikut ke Amsterdam bersama Gerrard, dia harus menyelesaikan beberapa berkas yang harus segera di kirim ke kantor pusat. Arthur memang asisten Gerrard, meski dia jarang ada di kantor, namun dialah direktur sebenarnya QM Munich sejak beberapa tahun lalu.

Heidi duduk tepat di hadapan Arthur hanya berbatas meja kerja sang direktur.

" Aku sudah berbicara dengan Bu Yolan tentang data keuangan perusahaan, namun aku butuh yang lebih spesifik. Dan ku pikir kau bisa menjelaskannya padaku. Setelah nona, maksudku Emilia berhenti, kau menggantikan posisinya kan?"

" Iya pak."

" Bagus, kau bisa memaparkan nya sekarang padaku."

Heidi mulai bercuap cuap di depan Arthur, meski tangannya gemetar karena takut salah, namun dia sangat lancar memberikan narasi keuangan perusahaan secara tepat dan akurat.

" Terima kasih, kau boleh pergi."

" Baik pak." Heidi berbalik, namun baru beberapa langkah, ia kembali memijakkan kakinya di depan meja Arthur.

" Ada lagi?" Tanya Arthur mengerutkan kening.

" Mm,,, mengenai permasalahan kemarin, ku pikir tuan Gerrard akan memecat ku pak. Namun, sebelum itu terjadi, mungkin lebih baik jika saya mengundurkan diri saja."

Heidi meletakkan suran pengunduran dirinya di atas meja.

" Apa ini?"

" Surat pengunduran diri pak."

" Untuk apa?"

" Sesuai yang saya katakan tadi, saya sudah sangat lancang berbicara kasar pada tuan Gerrard. Dan saya tidak layak untuk bekerja di sini lagi." Ujarnya tertunduk. Terus terang, dia juga bingung jika benar benar di berhentikan dari QM. Pasalnya, tidak ada perusahaan yang sekelas dengan perusahaan Gerrard yang memberikan salary sangat besar pada karyawan nya.

" Maksudku, untuk apa surat ini?" Arthur mengambil surat tersebut. " Apa kinerjamu tidak bagus atau kau menggelapkan uang perusahaan?"

" Tidak pak. Sumpah, selama saya bekerja, saya selalu melakukan yang terbaik yang saya bisa. Dan menggelapkan uang perusahaan? Aku mana berani melakukannya." Tuturnya sembari mengangkat kedua tangannya.

" Lalu ini?" Arthur merujuk pada surat pengunduran diri Heidi.

Heidi terdiam.

" Nona Heidi, kau pikir QM perusahaan kaleng-kaleng?"

Heidi menggeleng dengan cepat.

" Tuan Gerrard tidak mencampur adukkan urusan pribadi dan urusan perusahaan. Jadi kalau kamu merasa ada masalah dengan tuan Gerrard, temui beliau langsung."

" Jadi, aku tidak jadi di pecat pak?" Ujarnya sumringah.

" Kalau kau mau, aku bisa memproses nya, apalagi surat ini sudah ada di tanganku." Heidi melangkah cepat ke samping Arthur, merampas surat pengunduran dirinya yang masih berada di tangan direkturnya itu.

" Terima kasih pak, saya berjanji akan meningkatkan kinerja dan loyalitas saya, kalau begitu saya permisi."

Heidi membungkuk lalu setengah berlari meninggalkan Arthur.

" Wanita unik." Gumam Arthur menarik kedua sudut bibirnya meski sangat tipis, bahkan jika di lihat sekilas tidak ada yang tau kalau dia sedang tersenyum.

...****************...

1
putri anggiamurni
kak lama banget update novel yg ini? sedih rasanya, padahal yg novel Zara hampir tiap hari update lo.. huhuhu

btw, semangat nulisnya dan sehat selalu /Kiss//Kiss/
Eva Wahyuni
semangat Thor 💪💪💪.. Akhir nya yang ditunggu up juga 😄..
semoga Gerrad bisa terus melindungi Emilia dari bahaya..
Sidieq Kamarga
Duh Thor kemana aja atuh lama ditengoooook lagi tengooook lagi eh akhirnya muncul juga 🥰🥰🥰🥰🥰. Wyn sepertinya belum puas karena belum bisa menaklukan Emillia, jadi dia selalu berusaha agar dapat dekat bankam enaklukan Emillia !!!
SasSya
klo dalangnya lagi2 wyn
maka dia benar-benar monster
yellya
emi,jgn lngsng nerima gerard ya,biar dia usaha yg keras dulu buat dapetin kamu lagi 😏😏😏😏
dwi fenny
up thor
dwi fenny
bagus willy...
Sidieq Kamarga
Halaaaah Willy tahu Geral sedang sakit hati dan fisiknya, eeeh dibilang suaminya Emillia mati, makin sakit dong hatinya !!!
SasSya
jawabannya lebih sarkas Will
mati! 😃😁
yellya
jleb ga tuh gerard 💔💔💔
Bunda Wati
alur cerita yang apik ,seperti ikut di dlm cerita kyk lihat film...
SasSya
sengajakah ini mobil mau menabrak Emy🤔
selama wyn blm di kasih syok terapi hidup Emy tidak akan tenang kayanya
kabar Ludwig gimana zaaa
Sidieq Kamarga
Akhirnya Othor up date, Itu siapa yang mau mencelakai Emilia ? Gerald yang terkena imbasnya !
Okta Kartika
Luar biasa
SasSya
mom Daisy lebih pintar dan bijak gerr
enak sajaaaa
susah2 bujuk Emy untuk tinggal bersama, rencana baru di mulai malah mau di recokin...
yellya
gerard kurang usaha nih, pepet trs emi nya 😁😁
Hilda Yanti
lanjut author, please
Sidieq Kamarga
Benar juga untuk Emilia jangan terjebak dengan masa lalu, hadapi dengan lapang dada, kemudian biarkan semua berlalu tanpa harus tertekan karenanya. Sakit hati itu akan selalu ada, tapi jangan dikuasai oleh rasa sakit itu !!
Yeni Bagonk
Bagus banget alur ceritanya.
Novie Achadini
maua nyumpahin gerard mati
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!