#SiMujur
Bejo Fajar Santoso, atau Jo, adalah pria berumur 25 tahun yang selama hidupnya selalu diliputi kesialan. Namun, hidup Jo berubah drastis setelah dirinya bertemu dengan Athena Dewi Sarayu, wanita yang disebut-sebut sebagai wanita paling beruntung abad ini. Cantik, kaya, sukses, dan memiliki pacar seorang pengusaha tampan, Tina punya segalanya. Tapi, keberuntungannya lenyap saat nasib sial Jo berpindah kepadanya!
Bagaimana nasib mereka selanjutnya? Dapatkah Tina mengembalikan keberuntungannya, atau akankah Jo akhirnya bisa merasakan keberuntungan seumur hidup? Ikuti kisah mereka disini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HANA ADACHI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. Trik
"Jadi gimana? Udah ada calon suaminya?" tanya Mama seperti seorang polisi yang menginterogasi narapidana.
"Aduh Ma, baru dateng kok tiba-tiba udah nanyain calon suami sih, duduk dulu ngapa?" Tina merayu sang ibu untuk duduk di sofa. "Mama mau dibuatin minum apa?"
"Mama nggak suka berbasa-basi Tina," Mama menatap Tina tajam. "Ngaku sama Mama deh, kamu belum punya calon kan? Oke, kalau gitu, besok Mama akan jadwalin pertemuan kamu sama si Rafli,"
"Jangan dong Ma! A-Aku udah punya kok!" bohong Tina.
"Oh ya?" Alis Mama terangkat sebelah. "Siapa orangnya?"
"Eng..." Tina berpikir keras, lalu saat Jo akhirnya keluar dari dapur sambil membawa segelas kopi, Tina tanpa berpikir panjang langsung menunjuk lelaki itu. "Dia!"
"Eh?" Jo yang tidak tahu menahu dengan apa yang terjadi jelas kebingungan. Sementara itu Tina sudah menggandeng Jo sok mesra.
"Jo, sekali ini aja, tolong kerjasamanya," bisik Tina.
"Oh? Hai ganteng," Mama berdiri dan mendekati Jo. "Nama kamu siapa?"
"Nama saya Jo mbak," Jo tersenyum ramah. "Mbak ini kakaknya Bu Tina ya? Kok mirip banget mukanya?"
Semua wanita yang ada di ruangan itu langsung terkesiap mendengar ucapan Jo.
"Oh My God!" Mama langsung berseru heboh sambil menutup mukanya sendiri. "Memangnya saya kelihatan semuda itu ya? Aduh, nggak sia-sia deh perawatan saya selama ini,"
Mama kemudian memaksa Tina untuk minggir dan gantian menggandeng lengan Jo. "Saya ini mamanya Tina loh,"
"Hah? Yang bener?" Jo terkejut, sama sekali tidak dibuat-buat. Ia memang mengira mamanya Tina adalah kakaknya. "Tapi kok masih kelihatan muda banget?"
"Saya memang punya gen awet muda," Mama terkikik, ia tak bisa menyembunyikan kegembiraannya. "Orang-orang bahkan sering mengira kalau saya masih gadis loh,"
"Bohong tuh," Tina menyeletuk. "Gen awet muda apanya? Ngaku aja kalau Mama operasi plastik,"
"Tina!" Mama mendelik sebal, lalu kembali menoleh ke arah Jo. "Berarti, kalian berdua ini sudah siap menikah ya?'
"Hah? Menikah? Siapa?"
"Ya kamu dan anak saya, si Tina,"
"Hah? Nggak kok," Jo menggelengkan kepalanya cepat.
"Jooo!" Tina jelas murka karena ternyata Jo yang terlalu polos itu (atau saking begonya) tidak bisa diajak bekerjasama. Ia langsung menarik Jo dan berbisik dengan kesal, "Pura-pura aja kenapa sih? Kerjasama dikit dong!"
"Saya takut dosa kalau ngebohongin orang tua Bu,"
"Halah!"
"Tunggu, tunggu," Mama mengernyitkan dahi. "Jadi siapa ini yang berbohong sama Mama? Tina atau Jo?"
Tina memejamkan matanya pasrah. Duh, harus pakai alasan apa nih?
"Eng, jadi sebenarnya ceritanya begini Tante," Yena akhirnya angkat bicara. Ia berbisik pada Mama, "Tina sebenarnya sudah mengajak Mas Jo untuk menikah, tapi... Mas Jo menolak,"
"What?!" Mama terbelalak mendengar penjelasan Yena. "Tina ditolak cowok?! Astaga Tina, malu-maluin nama keluarga aja!" jeritnya heboh.
Tina langsung melayangkan tatapan tajam pada Yena. "Lo ngomong apa sama Mama gue, hah?"
Yena hanya menjawab dengan mengangkat bahu.
"Aduh, aduh, Tina anakku, sini sayang," Mama menarik Tina untuk menjauh dari Jo. "Kamu itu harusnya belajar sama Mama. Mama ini waktu muda ada sekitar dua puluh cowok yang ngelamar, nggak kaya kamu! Masa dapetin satu cowok aja nggak bisa!"
"Mama... Jo ini beda. Dia itu terlalu polos sampai bego. Tina udah nyoba berbagai cara, tapi nggak berhasil," Tina akhirnya curhat kepada mamanya.
"Makanya kamu pakai trik dong," ucap Mama. "Sekarang Mama tanya, kamu beneran mau menjadikan Jo suami kamu?"
Tina mengangguk ragu. "Kenapa? Mama nggak merestui kami?"
"Siapa bilang? Mama merestui kok! Jo anaknya ganteng, baik, dan sopan. Kalau kamu nggak mau, Mama malah mau menjadikan dia brondong Mama! Hihihi!"
"Mama!" Tina berseru kesal.
"Iya, iya, Mama bercanda doang, astaga.. Bisa disambit papamu si Jo kalau Mama beneran menjadikannya brondong. Gini loh, kalau kamu serius mau menikah sama dia, Mama akan bantu kamu mendapatkannya,"
Kening Tina berkerut. "Serius? Emang gimana caranya? Aku sudah melakukan berbagai cara, tapi tetep gagal tuh,"
"Kamu kurang pinter sih," Mama tersenyum mengejek, kemudian ia melambaikan tangan pada Jo yang masih berdiri jauh dari mereka. "Jo, kesini! Tante mau bicara!"
Jo pun berjalan menghampiri mereka dengan ragu.
"Duduk sini sayang," Mama menepuk tempat kosong di sebelahnya, Jo pun menurut dan duduk di samping Mama.
"Sebenarnya, ada satu hal yang ingin Tante sampaikan ke kalian semua," mimik wajah Mama tiba-tiba berubah menjadi sedih. Tina dan Yena hanya bisa terbengong-bengong. Apa yang sedang direncanakan wanita ini?
"Jo, Tante sudah lama mengidap penyakit kronis," Mama pura-pura mengusap air matanya yang tidak ada sama sekali. Tina dan Yena sontak saling berpandangan.
Kelihatan banget bohongnya!
"Kata dokter, waktu Tante sudah tidak lama lagi. Harapan Tante adalah supaya bisa melihat Tina, anak Tante satu-satunya menikah dengan laki-laki yang baik," Mama kemudian menggenggam tangan Jo erat-erat. "Setelah bertemu kamu hari ini, Tante yakin kamu adalah laki-laki yang tepat untuk Tina. Jadi Jo, bisakah kamu membantu mewujudkan harapan terakhir Tante? Tante mohon menikahlah dengan anak Tante,"
Tina menghela napas panjang. Astaga Mama, manusia mana yang akan percaya dengan ucapan Mama? Dilihat sekilas pun Mama kelihatan sehat wal afiat! Sebego-begonya Jo, dia pasti tidak akan percaya! Kecuali kalau dia memang super bego! Batinnya di dalam hati. Meski begitu, Tina juga merasa penasaran dengan reaksi Jo.
Ruangan besar itu seketika menjadi hening karena mereka semua menanti jawaban dari Jo. Sementara itu, Jo masih terdiam sambil menundukkan kepalanya dalam-dalam.
"Jo?" Mama menangkup wajah Jo dengan kedua tangan, lalu mengangkatnya. Alangkah terkejutnya semua orang saat melihat wajah Jo sudah penuh dengan air mata.
"Astaga! Jo, kamu nangis?"
"Huhuhuhuhu, kasihan Tante!" Jo memeluk Mama erat-erat. "Kalau ini memang harapan terakhir Tante! Saya akan mengabulkannya! Saya mau menikah dengan Bu Tina!"
Tina dan Yena sontak ternganga. Dia percaya?!
"Jo, lo serius?" tanya Tina dengan mata membelalak, masih belum bisa percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.
"Bu Tina," Jo menoleh dengan mata berkaca-kaca, "saya memang nggak mengerti banyak hal, tapi kalau ini bisa membuat Tante bahagia di sisa hidupnya, saya akan melakukannya."
Mama menahan senyum kemenangannya. "Terima kasih, Jo. Kamu anak yang baik." Mama memeluk Jo sekali lagi dan mengedipkan sebelah matanya pada Tina.
Tina berdiri terpaku, masih terdiam dan mencoba memproses apa yang baru saja terjadi.
"Kenapa gue bisa lupa kalau dia itu memang super bego ya?" Tina menepuk jidatnya sendiri.
cemburu boleh tapi jgn gitu juga kali pakai ngaku hamidun segala 😩
wkwk, Tina manas-manasin siti🤭🤭
Selamat membaca bab 28 gaes😘😘
Kasih semangat buat Jo mau ketemu Papa camer😚
Sudahkah kalian ikutan stres seperti Mbak Tina Toon? 🤭🤭