Suami Kedua Untuk Istriku

      Reisya yang kabur dari Evrard kembali ke rumah Stanley. Ia naik taksi kesana. Baru saja turun dari taxi, ia melihat mobil mertuanya hendak berangkat ke kantor. Dan mobil itu langsung berhenti.

    " Reisya!! " Panggil Nancy , mama mertuanya. Sean pun juga keluar dari mobil tersebut.

    " Sayang... Akhirnya kau pulang.." Nancy langsung  memeluk menantunya itu. Ia menyambut kedatangannya dengan baik.

     " Kalau ada masalah itu di bicarakan baik baik jangan asal pulang ke rumah orang tuamu, Reisya. Jangan membuat kami malu " kata Sean tegas.

     " Maaf " ucap Reisya sambil menunduk.

    " Stanley ada di kamar , kau temuilah dia... Bicara baik baik dengannya ya.. Kami ada meeting sebentar lagi. Nanti kami akan pulang dan makan siang bersama kalian. Dan ingat kalian sudah harus baikan " ucap Nancy.

    " I..iya Ma.."

    " Jaga kondisi kesehatan dan jangan banyak pikiran. Kau mengandung cucu kami " kata Sean pula.

    ' Deg '

.

.

'  Lagi lagi... Masalah cucu.. seandainya saja aku tak berbohong.. ini tidak mungkin terjadi... Tapi jika aku tidak hamil , mereka tak akan sebaik ini padaku...

Semoga aku bisa cepat hamil.. walaupun itu anak bule itu...' 

.

.

     Reisya mengangguk.  Sean dan Nancy pun segera berangkat ke kantor. Dan Reisya pun masuk ke rumah itu. Satpam dan beberapa pelayan menyambutnya dengan ramah. Namun tidak dengan Asti , pelayan satu itu menatap sinis padanya.

     " Sudah bagus minggat , kenapa balik lagi..pulang saja ke tempat asalmu sana... Orang Tuan Stanley juga kemarin bawa pulang temen ceweknya..." Ucap Asti sengit padanya.

.

.

.

' pembantu satu ini , kalau di biarkan lama lama ngelunjak.. 

Sepertinya aku harus tegas menunjukkan padanya..'

.

.

" Sepertinya kau tidak sadar diri ya siapa dirimu itu , Asti...kau itu cuma pembantu. PEMBANTU!! Dan aku di sini adalah Nyonya.  Aku majikanmu " kata Reisya penuh penekanan.

" Kau bukan orang yang menggajiku...jadi gak usah sok ya " Asti justru berani melawan.

" Aku bisa memecatmu "

" Huh mimpi..."sahut Asti.

" Mau kubuktikan sekarang juga?" tanya Reisya sambil menunjukkan layar hp nya pada Asti. " Dengan satu tombol ini saja aku bisa menendangmu keluar dari tempat ini sekarang juga.." nomor kontak Nancy ia tunjukkan di sana.

" Sialan !! " Umpat Asti seraya pergi meninggalkan Reisya begitu saja  .

" Huh " Reisya tersenyum sinis. Ia benar benar puas kali ini bisa membungkam pembantu satu yang mau ngelunjak itu.

" Bravo..... Si paling nyonya ini memang keren sekali.." Suara Stanley terdengar. Reisya menoleh pada Stanley yang menuruni tangga dan melangkah menghampirinya.

" Stanley..."

" Apa kau yakin kau akan terus menjadi nyonya di rumah ini , Reisya? " tanya Stanley.

" Tentu saja. Aku sudah melakukan semua yang kau mau , Stanley " jawab Reisya.

" Jadi kau sudah memberikan tubuhmu pada bule itu ya. Kau benar benar jalang murahan. Mudah sekali memberikan selangkanganmu pada pria asing yang baru kau temui.. Bitch !! " Maki Stanley  merendahkan Reisya.

" Jangan lupa , Stanley.. Kau yang menyuruhku. Kau yang menikahkanku dengannya. Kau pula yang meninggalkan aku disana '' Reisya pun melawan. Ia tak mau di pandang rendah oleh Stanley karena ia hanya menuruti perintah Stanley.

" Cih.. Aku heran apa memang seperti ini kelakuan seorang anak pengacara jujur? "

" Jangan bawa bawa Papaku. " Reisya tak suka jika Papanya di bawa bawa ke dalam urusan mereka.

" Huh.. tentu kau malu kan .. yang kau  lakukan itu sangat rendah "

" Stanley.. tak bisakah kita melupakan semua ini dan meneruskan rumah tangga kita dengan damai. Aku akan hamil dan melahirkan cucu untuk orang tuamu.. kita kembalikan keutuhan rumah tangga kita lagi " pinta Reisya yang tak ingin mereka bertengkar lagi.

" Rumah tangga kita memang akan tetap seperti ini , Reisya. Tapi aku sudah tidak sudi menyentuhmu lagi " tekas Stanley.

" Stanley....maafkan aku..."

" Jangan harap !! Kau akan merasakan pembalasan dariku atas semua yang kau lakukan padaku.. Sakit hati, penghinaan , penjara, kau harus merasakan yang lebih sakit dari itu " kata Stanley .

" Permisi , Tuan Stanley. Di depan ada pria asing yang mencari Non Reisya " ucap seorang pelayan.

' Deg '

Reisya tersentak. Pasti orang yang di maksud pelayannya itu adalah  Evrard.

" Berani juga kau bawa pria itu kemari " kata Stanley.

" Tidak , Stanley. Berani sumpah, aku sudah meninggalkannya.  Aku saja kabur darinya "  ucap Reisya.

"  Apa k\*\*\*\*l  dari  bule itu tak bisa memuaskanmu sampai kau kabur?" Ledek Stanley.

" Aku memilihmu. Aku cuma mencintaimu "

Stanley tersenyum simpul. Ia kemudian keluar menemui bule itu dan Reisya masuk ke kamarnya . Ia tak ingin menemui Evrard sama sekali. Ia hanya ingin rumah tangganya dengan Stanley kembali rukun.

Sedikit penasaran , Reisya mengintip Stanley dan Evrard  dari balik jendela kamarnya  . Dari kejauhan ia melihat Stanley dan Evrard berbicara.  Entah apa yang mereka bicarakan, yang jelas Evrard nampak marah dan sempat menarik krah Stanley. Namun para penjaganya segera memegangi Evrard dan menyeretnya keluar dari rumahnya.

.

.

.

.

.

\*\*\*\* \*\*\*\*\*\*\*

.

.

.

Sesuai janji, Nancy dan Sean kembali saat makan siang untuk makan siang bersama Reisya dan Stanley.

" Bulan madu? " tanya Reisya saat kedua mertuanya memberikan dua buah tiket pesawat ke Bali pada mereka .

" Iya...Itu untuk bulan madu kalian..... Kan sejak menikah kalian belum pernah sekalipun berbulan madu. Hotel juga sudah Mama boking selama 1 minggu. Dan ini uang saku untuk kalian , ini untuk Stanley dan ini untukmu Reisya. Dan jatah belanja bulanan mu sudah Mama transfer ke rekeningmu..." ucap Nancy.

Mama Stanley memang selalu memberikan jatah bulanan pada Reisya karena Stanley  belum bekerja. Dan jumlah nya pun sangat banyak mengingat keduanya adalah pengusaha sukses.

" Papa ingin sepulang dari Bali kalian sudah berbaikan. Kalian harus rukun seperti sebelumnya. Kalian lakukanlah ini demi anak kalian..." kata Sean pula.

Sesaat Stanley  terdiam dan menatap Reisya dengan sinis. Tatapan nya begitu menusuk ke relung hati .

" Lalu bagaimana dengan sekolah Stanley ? " tanya Reisya

"Jangan khawatir.. Stanley bisa home schooling. Kalian di pastikan lulus tahun ini dan bisa kuliah tahun depan. Kalian hanya cukup belajar untuk pengetahuan, masalah lulus dan nilai semua sudah beres " terang Sean.

.

.

'Kekuatan uang hebat sekali... Sering bolos bahkan tak sekolah pun bisa lulus... Hebat sekali...' Batin Reisya.

.

.

" Kalian fokus saja untuk cucu kami... Stanley , banyakin pupuknya biar anakmu sehat oke.."  imbuh Nancy.

Reisya menunduk malu dengan muka meronanya. Sedang Stanley cuma makan saja.  Cuek .

.

.

.

.

.

.

Stanley dan Reisya pun akhirnya berangkat menuju ke bandara dengan di antar sopir pribadi mereka. Sean dan Nancy tak  bisa mengantar karena harus mengurus perusahaan.

Sepanjang perjalanan Stanley dan Reisya saling terdiam.  Stanley sibuk main dengan ponselnya sedang  Reisya hanya diam saja sambil melihat  pemandangan di luar mobil yang kini tengah melaju.

.

.

Sesampainya di bandara , Reisya  terkejut sekali karena Evrard ada di sana. Juga dengan sebuah tas koper seperti hendak bepergian.

" Stanley ...." Reisya langsung protes pada Stanley  yang nampak biasa saja saat melihat Evrard di sana.

" Kau harus hamil Reisya. Bukankah kau tak ingin mengecewakan orang tua ku?  Kau tak ingin kita bercerai kan...Dia yang akan memberimu pupuk untuk anakmu....Aku ingin memastikan kau benar benar hamil dan melahirkan cucu untuk orang tuaku ." Ucap Stanley lugas, jelas dan pedas.

" Stanley , aku tidak mau lagi " tolak Reisya.

" LAKUKAN ATAU CERAI " Stanley memberi pilihan yang tak bisa di pilihnya.  Semua tetap saja merugikan diri Reisya.

Reisya shock mendengarnya. Ternyata Stanley tak berubah sama sekali. Ia sudah mengeraskan hatinya. Ia membutakan mata hatinya dan mengabaikan perasaannya. Bahkan membuang jauh nalarnya hanya untuk membalas dendam padanya.

" Ini keterlaluan Stanley..." ucap Reisya dengan bibir bergetar. " Kau gila... Benar benar gila! Bisa bisanya kau menyuruhku untuk bercinta dengan pria asing ini lagi.. aku istrimu Stanley...dimana hatimu !! " Reisya benar benar tak tahan lagi dengan sikap Stanley.

" Tidak usah sok play victim lah. Apa yang sudah kau lakukan padaku.. ingat ingat kembali semuanya .. Ini masih kurang , Reisya. Aku masih belum puas membalasmu. Kau pernah tidak merasakan tidur di penjara dengan para kriminal itu?... Kau pernah tidur di lantai dingin tanpa alas hah?.. jangan lupa kau sudah mempermalukanku di sekolah , mencoreng nama baik orang tuaku .. ini belum setimpal tau.." Stanley pun turut kesal mengingat semua hal buruk yang dulu di alaminya karena Reisya.

Evrard yang melihat keduanya ribut hanya diam saja. Ia pun sangat kecewa pada Reisya. Setelah dibuat senang dan bahagia ke atas awan ia di jatuhkan dengan keras pada kenyataan , Stanley adalah suami sah Reisya. Pernikahannya kemarin dengan Reisya hanya sah secara agama. Stanley pun mengatakan ia cuma memanfaatkan dirinya untuk membuat Reisya hamil.

Marah , kesal dan kecewa membuat ia kemarin ingin menghajar Stanley di rumahnya. Ia yang nekat mencari Reisya yang kabur sampai  ke rumah Stanley justru harus menerima kenyataan pahit itu. Anak buah Stanley dengan cepat mengusirnya.

Namun tiba tiba tadi malam Stanley mengirim pesan padanya.

' Kau masih ingin bersama Reisya tidak? Aku beri kau waktu seminggu lagi untuk bersamanya . Pastikan dia  hamil . Kalau kau tidak mau , aku akan mencarikan laki laki lain untuknya '

" Gila . Dia benar benar gila... " Evrard pun sampai berpikir jika yang di lakukan oleh Stanley itu sangat gila.

Suami mana yang menyuruh pria lain untuk menikahi istrinya dan menyuruh menghamilinya pula. Ia yang penganut monogami sangat menentang poligami , ini malah poliandri. Sangat sulit di terimanya.

Namun jika ia tak bersedia , istri sirinya itu akan di berikan pada laki laki lain. Itu lebih tak bisa di terima nya lagi. Sehingga iapun menyanggupinya.

' OK '

.

.

.

.

.

Stanley , Evrard dan Reisya akhirnya berangkat bertiga ke Bali. Evrard duduk bersama Reisya. Sedang Stanley sedikit jauh . Stanley sengaja menukar kursinya dan membiarkan Reisya bersama Evrard. Stanley benar benar malas berada di dekat Reisya.

Di sepanjang perjalanan itu , Stanley memakai headphone dan mengalihkan pandangan ke luar melihat gumpalan awan dari jendela kacanya. Evrard diam sambil mengutak atik laptopnya untuk menyibukkan diri. Ia nampak serius memakai kaca mata pelindung radiasi komputernya. Dan Reisya cuma menangis sesenggukan saja.

Reisya berkali kali mengusap air matanya. Ia sampai tak peduli , beberapa penumpang lain memperhatikannya dengan pandangan aneh. Dan saat pramugari menanyainya pun ia tak mau menjawab.