Area Dewasa
Lanjutan dari kisah Kimy dan Satria dengan berbagai kekocakannya.
Diharapkan baca seasons pertama yang menguras air mata karena cekikikan sebelum mampir ke sini.
Kelanjutan tentang cerita Satria-Kimy, tapi didominasi kisah cinta Thomas yang berupaya meraih cinta dari seorang janda cantik bernama Amora.
Akankah Thomas mampu menaklukkan hati Janda Cantik sekelas Amora??
Ataukah dia akan berpindah haluan meraih hati diriku?? 🤭
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berbincang Mesra
Thomas meminta izin kepada Dina untuk mengajak Amora berkeliling. Sekadar melepas rindu yang hampir sebulan ini menyelimuti keduanya.
"Mau kemana, Mas?" tanya Amora saat melihat hanya sebuah motor matic ada di hadapan mereka.
"Keliling aja, kamu belum pernah ke sini sebelumnya kan? Ada banyak pantai cantik yang harusnya kamu liat kalau ke sini. "
Amora mengangguk. Sebetulnya dia tak peduli kemana Thomas akan membawanya pergi, karena saat ini yang Amora inginkan hanya ingin terus berdekatan dengan pria itu. Pria slengean yang berhasil mengganggu kerja otaknya. Ah, jika tidak malu Amora ingin sekali meminta Thomas untuk kembali memeluknya seperti kemarin. Sadar Amora, sadar!
Keduanya mulai berkendara, di bawah langit biru dengan awan putih yang seperti gulali kapas yang menggerombol di atas langit yang masih minim polusi itu.
"Peluk napa, berasa jadi kang ojek aku duduk jauh-jauhan!" Thomas menarik paksa sebelah tangan Amora agar melingkar di pinggangnya.
"Malu tau," keluh Amora, meski hatinya begitu riang. Ini yang ia inginkan sedari tadi, memeluk punggung lebar Thomas dari belakang, berbagi kehangatan dengan dirinya.
Thomas yang terus memegang sebelah tangannya dengan sesekali mengelus mesra kulit tangannya yang lembut, membuat Amora terus tersenyum di balik punggung dirinya.
30 menit berkendara akhirnya mereka berhenti di sebuah pantai berpasir putih yang begitu indah, panorama indahnya pantai yang tersaji mampu membuat Amora terpaku saking kagumnya, gradasi warna yang sangat memanjakan mata, biru putih dan hijau. Karena pantai yang mereka datangi itu dikelilingi oleh pepohonan besar dan rindang.
Amora seperti menemukan surga yang tersembunyi di sana. Bahkan tanpa sadar dia langsung berlari dengan riang ke arah pantai, membiarkan kakinya menyapa air laut yang masih terasa dingin, setelah sebelumnya melepaskan sandalnya terlebih dahulu.
"Kamu suka?" tanya Thomas saat bergabung bersama Amora.
"Banget. Cantik banget tau, sejuk lagi udara." Amora terus bermain dengan buih yang menyapa kakinya.
"Cantik lah, kayak kamu!"
"Ih apaan sih?" Amora bersemu.
Keduanya pun ber jalan-jalan di bibir pantai menceritakan apa yang telah keduanya lewati setelah satu bulan tak berjumpa, dengan sesekali bermain kejar-kejaran dengan ombak yang tak pernah mereka jumpai di kota sana.
Melupakan segala penat dari segala aktivitas yang selalu menyita waktu mereka, melepas kerinduan dengan menyusuri pantai yang indah itu dengan menyelaraskan langkah mereka membuat kesan romantis bagi keduanya.
Ah, cinta. Begitu manis saat suka meyapa, dan begitu pahit saat duka menerpa.
"Ini kali ya yang di sebut Bucin." Tiba-tiba saja Thomas terkekeh geli sambil memandang gadis cantik yang terus ia rangkul erat.
"Apa?" tanya Amora bingung.
"Iya, Bucin. Yang biasa orang sebut kalau liat orang yang terlalu lebay mengekspresikan perasaannya. Kayak aku sekarang," jawabnya dengan senyum yang terus terpancar.
"Maksudnya gimana sih?"
Thomas mengajak Amora duduk di atas batang pohon yang sepertinya sudah lama tumbang, karena tanpa terasa langkah kaki mereka sudah cukup jauh dari tempat mereka turun tadi.
"Kamu tau gak, kemaren lusa aku baru aja pulang dari London, belasan jam di udara akhirnya sampe juga di Jakarta. Kebayang gak, aku yang masih jetlag harus ngerjain tugas kantor dari atasan laknat yang seenaknya aja ngasih kerjaan. Ya, meski cuma sekedar baca surat laporan dan nandatangani dua dokumen, tapi kalau badan lagi kurang istirahat kerjaan gitu aja cukup bikin pusing." Amora terlihat mengangguk, menyetujui semua ucapannya. "Awalnya aku mau langsung ke sini. Tapi ternyata pas nyampe apartemen ada yang menggoda aku di kamar—"
Mata Amora langsung membelalak, senyum yang selalu terbit dari bibirnya tenggelam begitu saja dengan cepat. "Nge. Go. Da?" Dengan wajah anehnya dia bertanya.
"Kasur, Neng, kasur. Gak usah diliatin muka cemburunya gitu juga kali!" Thomas menjawil cuping hidung kecil Amora dengan gemas. "Niatnya balik ke apartemen cuma mau naro koper sama barang-barang aku, terus langsung packing buat dibawa ke sini, eh tiba-tiba pas liat kasur mata ngajakin bobo."
Senyum Amora terbit kembali, seperti mentari selepas hujan, begitu menghangatkan. "Kamu bisa gak sih ngomongnya biasa aja, gak usah bikin orang tegang?"
"Emang sengaja, pengen liat aja muka jealous kamu kayak gimana." Thomas malah nyengir tanpa dosa. "Meski nyeremin muka kamu tetep cantik." Rayuan gombal yang sebenarnya Amora rindukan.
"Ckk, berenti ngegombal sih!" Ternyata mulut dan hatinya tak seirama.
"Aku kira kamu suka digombalin, ternyata gak suka, gelay."
"Ih, kamu tuh nyebelin tau."
"Tapi ngangenin."
Amora tak berkutik, karena kenyataan apa yang Thomas ucapkan itu benar, bahkan kemarin dengan bodohnya Amora seperti orang yang kehilangan akal sehatnya langsung menghamburkan tubuhnya terlebih dahulu ke dalam pelukan Thomas. Sial.
"Lusa Mommy aku pulang dari London, and sebelum balik ke Jogja, aku mau ngenalin kamu ke dia. Biar pas pulang dia udah tau seserahan apa yang pantes dibawa buat kamu."
Thomas, Thomas, sepertinya dia tak akan pernah akan berhenti menggoda gadis cantik itu. Baginya rona merah di wajah Amora adalah moodbooster bagi dirinya.
Amora terdiam, dia seperti orang yang baru ingat sesuatu yang terlupakan.
Bertemu dengan mommy Thomas?
Apa iya, dia sudah siap bertemu calon mommy mertuanya itu?
Apa mommy Thomas akan langsung menyukai dirinya?
Apa mommy Thomas tahu jika dia adalah seorang janda?
Apa Thomas sudah cerita itu?
Apa....
Entah mengapa dirinya langsung berkecil hati, statusnya yang berpredikat janda membuat dirinya tak percaya diri.
"Kenapa?" Thomas langsung bisa menangkap ada yang tidak beres dengan wanitanya itu.
"Gak apa-apa. Aku cuma sedikit insecure aja, mau ketemu mommy kamu. Aku takut dia kecewa dengan status aku yang—"
"Jamu yang bikin aku keramas kalau pagi," potong Thomas.
"Jamu?"
"Janda muda anak Pak Hardi yang cantiknya bukan kaleng-kaleng." Seperti itulah Thomas menguatkan rasa percaya diri Amora.
"Kamu tuh. Ih. Nyebelin tau!"
Thomas menghembuskan napasnya perlahan, menatap kedua bola mata Amora secara langsung. Berusaha menyelami isi hati gadis berwajah cantik di hadapan matanya. "Mommy aku tuh perempuan baik, bahkan menurut aku sebaik Ibu kamu."
"Ibu baik?" Pertanyaan Amora seperti membantah secara tidak langsung apa yang Thomas katakan.
"Dia juga pernah gagal sama Daddy aku, dia juga perempuan baik, penyayang, ya meski cerewetnya gak ketulungan, apalagi kalau aku telat ngasih uang jajan bulanan, udah deh langsung datang surat peringatan ke WA aku." Thomas mulai menceritakan bagaimana ibunya.
"Kamu anak baik ya ternyata." Amora tak menyangka jika dibalik jiwa urakan pria di sampingnya itu terselip sifat penyayang dan seorang pria yang bertanggungjawab.
"Calon suami yang baik juga, pastinya."
"Tetep ya, narsis."
"Pede aja dulu jadi orang mah, emang kamu dikit-dikit insecure, dikit-dikit insecure," ejek Thomas.
"Tapi serius loh, baru kali ini aku ngerasa gak pede dengan kualitas diri aku sendiri, biasanya aku gak pernah peduli dengan pendapat orang lain, kalau cocok lanjut, gak cocok tinggalin, gitu aja aku ngejalin hubungan dari dulu."
"Terus sekarang kenapa kamu gampang insecure? Apa kualitas diri kamu semakin menurun?"
Amora mengedikkan bahunya dengan memandang lurus pada hamparan laut di hadapan mereka. "Kayaknya aku mulai ngerasa gak pedean waktu aku tau bahwa aku ternyata gak bisa jadi istri yang baik untuk pria yang aku sayang, bahkan sampe perceraian itu tiba, aku gak berenti nyalahin diri aku. Dan aku takut—"
"Tenang, sekarang kamu udah nemuin dada yang tepat."
"Maksudnya?" Amora bahkan sampai mengerutkan keningnya.
"Karena aku yakin, kamu adalah tulang rusuk aku yang hilang."
"Gombaaaaallll!" Wajah Amora kembali hangat, bahkan telinganya terasa panas setelah mendengar ucapan Thomas.
...Segini dulu, yang penting up, sekedar ngurangin rasa rindu para Encumers aja sama gue, eh ThoRa (Thomas-Amora) maksudnya....
...Gak usah melotot!!!...
mirip bersin nya🤣🤣🤣🤣🤣🤣
ampe berair mata ku ya Allah gustiiiiiiii 😄😄😄.
bingung mau nulis apa ketawa dari awal ampe ahir udah cukup 😄😄.
si bumil mode kalem 😅😅.
baca doa makanya kalau mau bobo onta 😄😄.