NovelToon NovelToon
Tanah Bangsawan

Tanah Bangsawan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Murni
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: lunar crimson

Kahisyana jatuh hati pada Carlio seorang bangsawan Belanda dari keluarga Fredinand, seorang penjajah yang menjajah bangsanya ratusan tahun. Kahisyana berusaha mengelak dan meninggalkan cintanya, namun takdir terasa selalu mengembalikannya pada Carlio.

Di samping itu, ia adalah wanita kuat yang selalu berusaha meninggikan derajat wanita, menjadi seorang relawan sebagai guru melawan protes dari pihak penjajah dan pihak bangsanya sendiri. Akankah Kahisyana berhasil atas dirinya dan bangsanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lunar crimson, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

011 — Malang

“Hei, bocah sialan!” teriak Glenio berlari mengejar Carlio yang terburu-buru mengambil mobil, adiknya itu tampak tidak baik-baik saja.

“Aku mau ikut!” Carlio mendelik sinis pada kakaknya yang kini menyerobot kursi di sampingnya, sedangkan ia langsung menancapkan gasnya meninggalkan pekarangan rumah melaju kencang membelah gelapnya pagi.

Mau Giricokro atau siapalah itu, tidak bisa ia menerima Kahis pergi begitu saja darinya ia akan meminta penjelasan dari Kahis yang tiba-tiba pergi. Apa gadis itu kecewa padanya? Carlio berdecak mengacak-ngacak rambutnya frustasi, kenapa lagi harus Malang? Bukan ia tak percaya pada Kahis, tapi tempat itu terkadang membuatnya ragu.

Carlio tiba-tiba membanting setirnya keras hingga membuat Glenio terlonjak dan ia berdecak pada adiknya yang sedang dimabuk asmara pribumi. Ada apa dengan gadis pribumi itu hingga membuat Carlio terpincut?

“Jangan bilang kalian melakukan hal yang tidak-tidak,” serdik Glenio tanpa ditanggapi Carlio. Memang otaknya itu tidak bisa berpikir positif, ia hanya bisa hobi menuding orang.

Entah berapa jarak yang terlampau di antara mereka, sudah sangat jauh karena Kahis pergi tidak lama saat ia terlelap dan dia begitu terlambat bangun, bodoh. Tanpa kejelasan di sudut mana di antara Malang yang menjadi tujuan Kahis? Ia memijat keningnya.

Giricokro? Kekasih gadisnya? Tidak, belum terlambat.

“Kau tau’kan kabar bagaimana Malang sekarang?” Glenio kali ini serius hingga Carlio mau menolehkan wajahnya bertanya ada apa dengan Malang.

“Situasi di sana agak kacau, karena pemberontakan para buruh banyak wanita di sana yang ikut menjadi korban, korban pergundikkan,” ujar Glenio, lelaki di sampingnya itu diam hanya mendengar.

“Lalu untuk apa aku tahu?” tanya Carlio lagi, Glenio memijit kepalanya lelah.

“Sudah kekurangan berita dan tidak bisa berpikir panjang,” cecar Glenio, dirinya tambah panas saat Carlio hanya mengangguk menanggapi.

Carlio menyukai semua hal dari Kahis cara berbicara, berlagak angkuh, cara jalannya, sedikit ceroboh namun dibalik kemandiriannya terkadang gadis itu memiliki kesan polos. Carlio tiba-tiba tersenyum, tak sabar bertemu tapi mengingat nama Giricokro seketika senyumnya itu memudar.

Di sisi lain, dalam tempat yang berbeda Kahis baru menjatuhkan kakinya langsung ke tanah Malang. Satu tangannya menenteng tas besar yang hampir sama besar dengan dirinya, dan di genggamannya yang lain ada dompet kecil yang ia keluarkan, ia juga masih mengenakan topi coklat besar yang menenggelamkan hampir setengah wajahnya.

Srak.

Kahis berpikir sejenak saat dompet kecil bewarna biru pemberian Mbok Nur tidak berada dalam genggamannya, seperti kehilangan sadarnya sebentar ia melihat sekeliling dan pandangannya jatuh pada sosok kecil yang berlari secara gesit dalam jarak yang terlampau jauh.

Kahis berlari mengejarnya, menerjang kerumunan yang menutupi jalannya. Pintar juga anak itu, sengaja memilih akses jalan yang ramai karena badannya yang gesit sedangkan ia harus terhalang oleh tas tenteng yang sewaktu-waktu mendorong terkena orang lain.

“Tunggu, copet!” teriak Kahis namun ia tak sempat menyamakan jarak atau bahkan melangkahkan kaki lebih lebar, anak kecil itu tiba-tiba menghilang.

Kahis sedikit frustasi dengan napas ngos-ngosan, badan muda napas layaknya jompo. Kahis menatap sekeliling lalu menghela napasnya kasar, sepertinya ia harus mengikhlaskan uang terakhirnya itu.

Kahis lagi lagi harus mencoba ikhlas, berjalan gontai karena pegal duduk di bangku tunggu menunggu kereta api yang akan mengantarnya pada waktu yang ditentukan memakan sedikit waktu yang agak lama hingga sedari malam ia baru melaju di gelapnya saat pagi, dengan kereta hingga sampai sekarang mungkin tepatnya sekarang di waktu siang. Pinggulnya terasa kebas dan gepeng, sangat mengganggu ditambah lagi musibah yang seharusnya tidak ia dapat jika lebih berhati-hati.

Sepertinya anak kecil itu memang sangat butuh.

“Dompetmu, Nona.”

Suara itu membuyarkan pikiran Kahis, secara tiba-tiba ia disuguhkan dompet birunya yang kini kembali di hadapannya. Kahis menatap gadis yang sedikit lebih pendek darinya. Ia mengambil dompet biru itu dengan tak percaya.

“Terima kasih, Nona,” ujar Kahis tersenyum girang namun senyum Kahis tidak bertahan lama saat anak kecil yang mengambil dompetnya tadi bersembunyi di balik badan gadis di hadapannya.

“Lain kali kau tidak boleh seperti itu,” desis gadis itu mengancam anak kecil yang melirik Kahis takut-takut.

Gadis itu terlihat berpakaian dengan seadanya, agak kotor dan kurang terurus begitupun anak kecil yang ingusnya terus mengalir dari hidung.

Kahis segera membuka dompetnya, mengambil lembaran-lembaran uang terakhir yang ia miliki dan menyisakan selembar hanya cukup untuk ongkosnya bolak-balik. Gadis itu terkesiap dan menolak, “Tidak, aku tidak bisa menerimanya,”

“Mengapa?” tanyq Kahis keheranan, gadis itu kini menatapnya sedikit terganggu.

“Apa tampaknya saya dan adik saya pengemis?” tanya gadis itu dengan nada yang rendah, Kahis langsung terkesiap dan menggelengkan kepalanya kuat.

“Tidak, bukan begitu-“ sanggah Kahis namun ucapannya terhenti saat gadis itu menarik tangan kecil adiknya menjauh, melangkahkan kakinya pergi dari hadapan Kahis.

Kahis memijat keningnya, bukan maksud ia berkata seperti itu … ia kira gadis itu lebih membutuhkan uang daripada dirinya. Ah, sialan! Lagi-lagi ia berbuat ceroboh dan sepanjang ia melangkahkan kakinya ia merutuki dirinya sendiri, menyalahkan kebodohannya.

Apa Carlio kini sedan mencarinya? Apa Mbok Nur mengatakan hal yang terjadi? Kahis menggelengkan kepalanya. Ia hampir sampai pada tujuannya ke rumah Mas Giricokro, tak seharusnya ia berpikir untuk berbalik arah.

Terhitung Kahis telah lama tidak berkunjung ke Malang, ke rumah keluarga Giricokro bisa terhitung oleh jari hanya beberapa kali. Tak disangka, Mas Giri yang dulu ia ingat selalu iseng padanya kini mempunyai tanggung jawab besar.

Mas Giri sedari dulu hingga sekarang tidak pernah berubah, memang sifatnya sedikit menjengkelkan tetapi Mas Giri selalu menjadi guru utama Kahis. Segala hal yang tidak ia tahu di sekolah, ia mendapatkan hal itu dari kakaknya. Bercerita dengan rasi bintang, mitologi yang ada di dunia, sampai-sampai melontarkan pertanyaan mengapa Icarus terbang tinggi ke matahari?

Ia rindu dengan Aily, anak kecil yang baru berumur dua tahun mirip persis pembawaannya dengan Giricokro. Begitu pintar, cerewet dan hobi melanggar larangan.

Kahis menghirup udara khas Malang, tempat yang tak pernah ia pikirkan untuk menjadi tujuan pelarian. Semuanya terjadi begitu cepat, ia lagi-lagi tak menyangka dan menggelengkan kepalanya.

Kahis meremat jemarinya kuat-kuat, sejujurnya ia rindu ayahnya dan Ibunya Kinarsih. Mengingat hal itu, Kahis ingin segera cepat sampai ke tempat Mas Giricokro dan menanyakan kabar, berharap saja Mamasnya itu akan menjelaskan panjang lebar layaknya ketika mengajarinya rumus aljabar hingga pada akhirnya, Kahis kena getok karena terus bertanya.

Untungnya rumah Mas Giri tidak jauh, ia bisa menempuh dengan bermodalkan berjalan kaki mungkin sekitar dua jam jika Kahis berjalan pelan-pelan santai.

1
Arlingga Ve Mustafa🇮🇩🇹🇷
hadir,,,, semangaat ea,,, 💪💪
Yi Yid
siapa ini? carlio kh
Zizi
smngt kak up nya🌹🌹
lunariesse van der hourver: terima kasih semangat juga 💗💗💗
total 1 replies
hazelsgn
p
Ikhsan
bagus kak,keren
Ikhsan: sama sama kak
lunariesse van der hourver: terimakasih
total 2 replies
Bilqies
gak kurang sih cuma udah kewajiban kamu sebagai orang tua untuk membesarkan dan membiayai anaknya
Bilqies
1 kata egois
sama aja jual anaknya untuk kepentingan dia yang tak mau jadi gelandangan
Mhila izuna
mampir thor
si ciprut
dua dulu😁
si ciprut
saya sih bukan mau mencela atau bagaimana. cuma untuk sesi bab awal lebih baik fokus pada tokoh utama dulu. entah itu perkenalan dari tokoh protagonis. dari segi pendidikan atau visual ataupun yg lainnya. fokus itu dulu. baru bab selanjutnya adalah jalan cerita kisah yg akan disampaikan.
maaf saya juga orang baru di dunia novel. tapi itu semua pernah saya alami dan juga ditegur oleh auditor NT. dan untuk 'kata' lebih baik 1000- 1200 kata, agar bisa mencakup cerita di satu bab.
tetap semangat kak. semoga sukses🤗
lunariesse van der hourver: baiklaaa terima kasih krisarnya kakk
total 1 replies
Yiab Yoje
thorrr
lunariesse van der hourver: apaaaa
total 1 replies
husnia wahidah
prolognya bagus bgt, heran
lunariesse van der hourver: makasih ya sengku
total 1 replies
husnia wahidah
kapan up nya thor? seru banget baru kali ini nemu cerita kaya gini
lunariesse van der hourver: ditunggu ya seng
total 1 replies
Legiyan Lyn
keren
niara kahishaa
mantap bgt thor
hazelsgn
hehe
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!