Azalea Safira tidak pernah menyangka bahwa ia akan terikat oleh pesona Kevin. Boss arogan, angkuh dan menyebalkan.
Awalnya, hubungan mereka hanya sebatas atasan dan asisten pribadi saja. Tanpa Kevin sadari, ia mulai bergantung pada asisten pribadinya itu.
Kevin pikir, selama bersama dengan Safira setiap hari, itu sudah cukup. Namun, siapa sangka kisahnya tidak berjalan sesuai rencana.
Akankah Kevin berhasil mendapatkan hati Safira? Mengingat sikap Kevin yang selalu seenaknya sendiri padanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meyda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 26
"Kamu menuduhku?" tanya Kevin seraya menunjuk dirinya sendiri.
Ia menggeleng tak percaya, Safira menuduhnya melakukan hal kotor seperti ini.
Anggaplah Kevin brengsek, selama ini dia menyebalkan tapi tidak pernah terpikir dalam benaknya menghancurkan hubungan seseorang dengan cara rendahan begini.
"Ya, kamu!" jawab Safira. "Selama ini, kamu mencintaiku, kamu terobsesi padaku. Bahkan kamu menggunakan cara licik untuk mengikatku di samping kamu. Lalu, kenapa nggak dengan perselingkuhan Ryan?" ucapnya.
Safira menghapus air matanya. Mendongak, menatap Kevin dengan tatapan penuh amarah. Menganggap seakan-akan Kevin adalah musuh terbesarnya.
Jika tuduhannya benar, Safira akan sangat membenci pria itu. Ia memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya sekarang, meski Kevin tidak mengizinkannya sekalipun.
Kevin tak bergeming. Ia tak peduli dengan tuduhan Safira padanya saat ini. Yang terpenting adalah, bagaimana cara melepaskan sesuatu dalam dirinya karena pengaruh obat perang sang.
"Shh... " desis Kevin menggigit bibirnya kuat-kuat hingga berdarah.
Wajah pucat, berkeringat dan juga tubuhnya yang terasa begitu panas. Kevin sudah tidak tahan.
"Kamu nggak punya bukti, Fira," sahut Kevin meraih tangan Safira, menggenggamnya erat. "Pulang, ya. Biar aku antar. Ini sudah malam."
Safira berusaha menepis tangan Kevin. Bukannya terlepas, genggaman itu malah semakin erat.
"Jangan bantah! Aku nggak suka!" Kevin menarik paksa Safira masuk ke dalam mobil. "Duduk dan pakai sabuk pengamanmu dengan benar. Atau aku nggak akan segan-segan mempekosamu di sini!" ancamnya.
Setelah menutup pintu mobil, Kevin berlari menuju bangku kemudi. Melirik Safira yang nampak diam saja lalu mengendarai mobilnya meninggalkan tempat terkutuk itu.
"Mau bawa aku kemana?" tanya Safira.
"Hotel."
"A—apa? Hotel?!" pekiknya.
Mendengar kata hotel, membuat Safira menelan salivanya dengan susah payah. Ia mulau berpikir yang tidak-tidak.
"Mikir apa?" tangan Kevin terangkat, mengusap puncak kepala Safira.
Meski sudah diperlakukan buruk, dituduh merusak hubungannya dengan Ryan, perasaan Kevin pada Safira tetap sama.
Kevin masih mencintainya. Dia akan menunggu sampai Safira membuka hati untuknya.
"Nggak usah pegang-pegang," tolak Safira memalingkan wajah ke jendela.
"Kenapa? Takut luluh dan jatuh cinta padaku, hum?" ucap Kevin dengan senyum tipis dari bibirnya.
Safira salah tingkah. Tiba-tiba saja ia menjadi canggung. Lihat saja pipinya memerah seperti tomat matang.
Entah kenapa berada disamping Kevin, ia merasa nyaman. Merasa diperhatikan, berbeda saat Safira bersama dengan Ryan.
Ryan memang tampan. Namun, tidak sepeka Kevin. Ryan lebih memilih menghabiskan waktu liburan tanpa dirinya. Dia punya prinsip, sebelum menikah dia akan memanfaatkan masa kesendiriannya dengan sepuas hati.
Karena setelah menikah, istrinya pasti akan sangat mengekangnya.
"Tuh kan. Pasti kamu sedang memikirkan pria tampan yang ada di sebelahmu ini. Ngaku aja," kata Kevin menggoda Safira.
"Aku lagi nggak mood bercanda," ketus Safira menyembunyikan wajahnya.
Jika Kevin tahu pipinya memerah karena ucapannya, bosnya itu pasti semakin besar kepala.
"Terserahlah." Kevin mengangkat bahunya acuh seraya menatap lurus ke depan. Secepatnya, ia harus sampai ke apartemen sebelum menyerang Safira di dalam mobil.
Beruntung, Bunga hanya memasukkan sedikit obat perang sang. Jadi, Kevin bisa menahannya meski dengan susah payah.
•••
"Buat apa kita ke apartemen kak Fira? Aku maunya pulang, Kak." Kiara mencebik sebal.
Setelah cukup lama berdebat di klub tadi, Ryan memutuskan untuk mengantar pulang calon adik iparnya itu. Bagaimanapun juga Ryan tidak tega melihatnya naik taksi sendirian.
"Udahlah, lebih baik kamu diam kalau kamu nggak mau aku sumpal bibirmu yang berisik seperti petasan itu!" kesal Ryan.
Selama perjalanan ke apartemen Safira, adik iparnya ini terus saja mengoceh seperti burung beo. Telinga Ryan sampai sakit mendengarnya.
"Terserah aku. Bibir ya bibir aku. Kenapa kakak yang repot?" Kiara melipat kedua tangan dan bersandar di dinding. Ia menjejakkan kakinya di lantai seperti anak kecil minta balon.
Ryan mendekati Kiara, meletakkan kedua tangan disisi kanan kiri tubuh gadis itu. Hingga membuat Kiasa kesusahan bergerak.
"Kakak mau apa, hah?! Jangan macam-macam kalau nggak aku bakalan teriak!" Kiara takut Ryan akan melakukannya lagi. Menciumnya.
Ryan menyeringai dengan tatapan tertuju pada bibir Kiara yang sialnya membuatnya ingin mencicipinya lagi.
"Ada apa denganku? Ingat Ryan, dia calon adik iparmu!" gumam Ryan dalam hati.
Ryan mengikis jarak. Menyatukan hidung mereka. "Mau aku kembalikan ciuman pertamamu?"
"Memangnya bisa?" Kiara mengedipkan matanya polos. Dilihat dari dekat seperti ini, Ryan tak kalah tampan dadi Bram.
"Hmm. Mau mencobanya?"
Kiara mengangguk. "Gimana caranya?"
Ryan menarik pelan dagu Kiara lalu melabuhkan kecupan dibibirnya. Yang sontak membuat kedua bola mata Kiara membulat sempurna.
"Sudah aku kembalikan," kata Ryan menjauhkan wajahnya.
Gadis itu mematung.
Bisa-bisanya yang Ryan lakukan disebut mengembalikan ciuman pertama? Tidak! Dia pasti sedang mencari kesempatan dalam kesempitan.
"Ryan, Kiara?" gumam Safira. Membuat keduanya menoleh bersamaan dengan tubuh menegang.
Tanpa mereka tahu, apa yang mereka lakukan beberapa saat lalu, Safira melihatnya dengan jelas.
"Sayang? Kamu sudah pulang?" Ryan mendorong Kiara.
Kemudian menghampiri Safira dan memeluknya erat.
"Maafkan aku. Kumohon. Ini hanya salah paham," ucap Ryan.
Safira tak bergeming. Ia memilih mengabaikan Ryan dan berjalan menghampiri Kiara—adiknya.
"Calon suami kakak benar. Ini hanya salah paham. Dia mencoba mengembalikan ciuman pertamaku dan—"
Plak!
"Safira!" teriak Kevin dan Ryan bersamaan.
kok udah end aja????????
tetap semangat jangan patah semangat!! 🤗