TRANSMIGRASI
Yah.. Mungkin itu nama yang cocok untuk situasi Carra saat ini yang tiba-tiba saja terbangun di dunia antah berantah dengan dirinya yang memasuki raga seorang gadis cantik bermata biru pekat sepakat lautan dalam yang menghanyutkan.
Entah bagaimana dirinya bisa masuk ke dalam raga gadis yang Carra ketahui bernama Carla Ransiska Atmaja ini, nama yang hampir mirip dengan namanya.
Dibalik kejadian yang tak masuk akal ini, ada sebuah misteri yang membuat Carra mau tak mau harus mengungkap tuntas misteri itu. Agar dirinya bisa kembali ke raganya seperti semula. Itu adalah kunci satu-satunya yang akan mengantarkan Carra kembali ke raganya.
Baru belajar menulis! Maaf kalau gak sesuai ekspetasi, mohon jangan terlalu berharap!
#Cover by pinterest
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iiyn_blue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 30
"Hah sialan! berani-beraninya Calvino mencium gue!" Carra menatap langit-langit kamarnya, tangannya menyentuh bibirnya, dia jadi teringat dirinya dulu, ciuman pertamanya di ambil oleh seseorang yang sangat dia cintai hingga saat ini, namun orang itu sudah pergi meninggalkan dirinya, Carra sangat merindukan 'dia' cinta pertamanya.
Kepergian orang yang sangat dicintai Carra bertepatan dengan kepergian kedua orang tuanya, Carra yang pada saat itu terpuruk karena mendengar kecelakaan yang menimpa kedua orang tuanya menjadi lebih terpuruk lagi ketika orang yang dicintainya juga ikut pergi meninggalkan dirinya.
Beruntung pada saat itu ada sahabatnya yang mau menemani Carra saat dalam keadaan titik terendah dalam hidupnya, sampai akhirnya Carra pun mulai bangkit kembali untuk melajutkan hidupnya, dan mengurus pekerjaan kantor besar ayahnya.
Carra memejamkan matanya sejenak, dia jadi rindu dengan sahabatnya yang cerewet itu, kira-kira bagaimana kabarnya sekarang ya.
"Lo pasti rindu gue ya haha" Carra tertawa lemah sambil membayangkan raut wajah kesal sahabatnya.
Tiba-tiba si setan muncul. "Hihi.. cie yang lagi dilanda rindu" Carra membuka matanya melihat kearah si setan yang berada di samping kasurnya.
"Dih sok tau lo Tan" Carra memandang langit-langit kamarnya lagi.
"Bukan sok tau tapi emang tau, lo lagi merindukan seseorang kan?"
Carra melirik si setan sekilas. "Haha iya Tan, gue lagi rindu seseorang, gue juga pengen pulang ke dunia asli gue" Carra tertawa lemah. Si setan menatap Carra penuh arti, tatapannya tidak bisa di jelaskan.
"Hihi.. makanya cepetan ungkap misteri yang ada di sini, jadi lo bisa secepatnya pulang ke dunia lo" Carra mendengus mendengar ucapan si setan.
"Misteri misteri! pasti gara-gara lo nih gue terjebak disini! huh"
"Itu namanya takdir"
"Cih ngelak aja" Carra berdecih. Si setan terkikik lalu setelah itu si setan langsung menghilang dari sana. Sepergian si setan Carra memilih untuk langsung tertidur.
Keesokan harinya.
Di sekolah ujian hari kedua pun di mulai. Hari ini mapel nya adalah matematika dan juga Sejarah, semua murid sangat fokus dalam menjalankan ujiannya, sampai tiba saatnya untuk istirahat semua murid langsung berhamburan keluar kelas untuk pergi ke kantin atau ke perpustakaan bagi siswa yang ingin belajar lagi untuk mapel berikutnya.
Carra dan Terra memilih langsung ke kantin untuk mengisi perut mereka yang sudah kelaparan. Mereka memilih duduk di tempat biasa yang berada di sebelah jendela yang langsung mengarah ke arah lapangan.
"Car, nanti setelah ujian selesai kita ke pantai yok, jalan-jalan refresh otak" Usul Terra.
Carra menghentikan makannya, melihat kearah Terra, namun Carra terdiam sebentar sebelum akhirnya Carra mengangguk mengiyakan ajakan Terra ke pantai.
"Boleh. Mau sekalian nyewa penginapan?"
"Iya dong! sekalian barbequean kita"
"Oke" Setuju Carra.
"Widih mau barbequean dimana kalian?" Tanya Bailen. Tiba-tiba Arka dkk muncul dan ikut duduk bersama di meja mereka berdua.
"Apaan sih lo! pengen tahu aja urusan orang!" Sewot Terra.
"Lah emang lo orang?" Ujar Bailen sinis, Terra melototkan matanya kesal kearah Bailen.
"Lo!"
"Apa! gue kenapa!" Tantang Bailen.
"Muka lo kek anj!" Bailen melototkan matanya kesal.
"Sialan lo!" Bailen dan Terra saling melemparkan tatapan membunuh satu sama lain.
"Pfft ahaha.. kek anj gak tuh" Valo tertawa ngakak meledek Bailen.
Bailen melirik sinis Valo. "Temen Bangk* lo Val"
"Dan lo" Bailen menunjuk muka Terra. "Lo buta ya? gak liat muka gue yang tampan ini! bisa-bisanya lo ngatain gue anj!, gak pernah liat muka orang ganteng ya begitu, iri dengki!" Ujar Bailen membanggakan dirinya sendiri.
"Huek.. najis! muka pas-pasan begitu dibilang ganteng, yang ada orang mual liat lo!"
"Lo! bener-bener lo ya! awas lo" Bailen menunjuk muka Terra, dia kesel sekali sama betina satu ini, suka sekali nyari ribut dengannya heran!.
"Apa! gue gak takut sama lo, sini lo betumbuk kita" Terra menggelung lengan seragamnya ke atas seakan menantang Bailen untuk melawannya.
Bailen yang melihat Terra menantangnya dibuat kesal setengah mati, dia ingin berdiri melawan Terra namun lengannya ditarik oleh Adrisna.
Sret!.
"Sudah lah Len, ngalah sama cewek, malu anjir!, masa lo mau lawan cewek, cemen amat!" Adrisna tidak habis pikir dengan mereka berdua, pasti ada aja yang membuat mereka ribut.
"Lo gak liat dia duluan yang mulai anjir" Bailen menoleh kearah Valo sambil menunjuk Terra.
Terra menepis jari telunjuk Bailen yang mengarah kearahnya. "Lo duluan ya anj yang tiba-tiba nyeletuk" Ujar Terra tak mau kalah.
"Cih dasar betina gak mau disalahkan" Sinis Bailen.
"Nyenye"
Mereka terus berdebat, sampai membuat semua orang yang ada di meja itu dibuat pusing melihat kelakuan mereka berdua, kecuali Arka dan Black yang tidak memperdulikan perdebatan antara Terra dan Bailen, mereka berdua malah sedang memperhatikan Carra yang sedang meminum es teh nya itu.
"Setelah ujian selesai mau kemana hem?" Tanya Arka sambil tangannya memegang tangan Carra, posisi Arka saat ini duduk berhadapan dengan Carra sedangkan di sebelah Arka ada Black.
Black memandang dingin tautan tangan Arka dengan Carra, dia tidak suka tangan Arka menyentuh tangan Carra, dia ingin marah, dia ingin memisahkan tangan Arka dari Carra, tapi dia gak mau membuat keributan disini, jadi Black memilih untuk tetap diam, walaupun hatinya panas melihat itu semua.
Carra tersentak kaget saat Arka memegang tangannya. "Gue sama Terra niatnya mau ke pantai nanti, nyewa penginapan juga di sana" Carra melepaskan tangannya dari genggaman tangan Arka. Dia masih was-was jika sewaktu-waktu ketahuan Calvino jika dia berdekatan dengan Arka lagi, yah walaupun saat ini Calvino sedang di ruang guru, jadi aman-aman saja kalau dia berdekatan dengan Arka.
Bagaimana Carra bisa tahu kalau Calvino dipanggil guru? tentu saja karena Calvino sebelumnya telah mengabarinya lewat chat.
"Gue ikut kalau begitu!" Ucap Arka tak ingin di tolak. Carra menikkan sebelah alisnya menatap Arka yang sepertinya ingin sekali ikut itu, dia jadi teringat saat mereka habis pulang dari Danau waktu itu, di tengah perjalanan Arka meminta nomor Carra, dan sejak saat itu Arka sesekali akan mengirimkannya pesan kepadanya, entah itu menanyakan dirinya sedang apa, atau sekedar basa-basi menanyainya sudah makan atau belum dan semacamnya. Beruntung Calvino tidak mengetahui itu semua, jika ketahuan sudah pasti Calvino akan menyuruhnya menghapus nomor Arka, seperti saat dia menyuruhnya menghapus nomor Black.
"Setuju! kalau bos ikut, kita juga ikut ya gak?" Bailen menoleh kearah teman-temannya.
"Iya. Gue juga setuju" Timpal Abino.
"Nanti biar Valo saja yang mencari penginapannya" Usul Adrisna.
"Yoi nanti gue yang cariin" Valo mengangguk setuju. Black yang mendengar ucapan para temannya yang ingin ikut dengan Terra dan Carra dalam diamnya pun menyetujui usul dari mereka.
Terra yang melihat mereka semua ingin ikut pergi ke pantai menatap tak senang kearah mereka semua. "Gak boleh! gue sama Carra cuman pengen pergi berdua! gak mau diganggu sama kalian, iya kan Car" Terra menoleh kearah Carra, mengkodenya untuk menolak permintaan dari mereka semua yang ingin ikut ke pantai bersama.
Carra melihat kearah Terra yang meminta bantuan kepadanya, namun Carra terdiam sebentar sebelum menjawabnya, dan saat akan menjawab ucapan Terra dia urungkan karena Arka sudah berucap terlebih dahulu.
"Gue gak butuh ijin lo!" Arka menatap datar Terra, ucapannya penuh penekanan tanda bahwa Terra tidak bisa melarang mereka semua untuk ikut pergi ke pantai bersama mereka berdua.