Dinikahi Dosen Galak

    Aida membulatkan kedua matanya lebar saat melihat suaminya berdiri di koridor rumah sakit sambil menetap ke arahnya.

       Pikirannya melayang jauh. 'Apa mungkin pak Radit melihat Edo nyium gue tadi?'

      Edo masih menatap lelaki itu. "Kamu kesel sama dia?"tanyanya pada Aida yang masih membelakanginya.

       Aida gugup. "Nggak." Gelengnya dengan cepat. "Kamu buru-buru ya? Cepat gih, nanti kamu ditungguin sama ibu kamu."Aida kembali menghadap ke arah Edo.

"Kamu yakin nggak kenal sama lelaki itu? Kok dia kayak merhatiin kita dari tadi? Apa dia yang kenal sama kamu?"selidik Edo.

Aida tersenyum kecil sambil mengusap tengkuknya. "Aku nggak kenal sama dia. Kamu buru-buru kan? Aku mau masuk ke kamar Papi. Di luar dingin."

Edo menggangguk. "Oh, ya udah. nanti aku ke sini lagi setelah urusanku selesai."Edo memang sedang dalam keadaan darurat karena dia kembali mendapatkan telepon dari sang adik tentang warung milik ibunya yang didatangi preman.

"Hati-hati, Do. Semoga urusan Lo cepat selesai,"ucap Aida.

Edo tersenyum. "Makasih doanya,Sayang. Love you."

Melihat Edo sudah pergi, Aida bergegas masuk ke dalam rumah sakit. Ia berjalan tergesa-gesa melewati Raditya yang sedari tadi berdiri mematang.

"Saya ingin bicara!"tahan Raditya memegang lengan Aida erat.

Aida menghentikan langkah kakinya sambil menelan saliva untuk membasahi kerongkongan yang mengering. "Bicara apa, Pak?"

Raditya menghela nafas sesak lalu menarik lengan Aida. Ia tak mengatakan apapun, hanya memeluk istrinya erat.

"Pak lepas!"Aida memberontak.

Bukannya melepas, Raditya justru semakin mendekat tubuh istrinya kemudian mengecup lembut jenjang leher sambil memejamkan kedua mata rapat, menikmati harum lembut istri cantiknya.

"Kita sudah menikah, kenapa kamu masih menemui lelaki lain, hem?"tanya Raditya pelan.

"Pak Radit marah sama saya? Kalau Pak Radit nggak suka, Pak Radit bisa langsung menggugat cerai saya sekarang,"tantang Aida.

Raditya tertawa getir. "Saya nggak marah, saya hanya bertanya sama kamu, apa arti dari pernikahan kita ini? Kenapa kamu membiarkan lelaki lain memelukmu seperti tadi? Bahkan menciummu?"

"Pak Radit pasti sudah tahu jawabannya, pernikahan ini tidak memiliki arti apapun bagi saya, karena saya tidak mencintai bapak dan sampai kapanpun saya tidak akan pernah menerima pernikahan ini,"jawab Aida.

Raditya membuang nafas. "Masih ada 8 minggu lagi, beri saya waktu untuk membuatmu mencintai saya."

Aida melepas pelukannya. "Kalau ternyata dari waktu yang Pak Radit berikan itu saya belum mencintai Bapak, tolong lupakan saya dan ceraikan saya!"

Raditya tersenyum lirih. "Saya akan melepasmu, tapi saya yakin kamu bisa mencintai saya."

Aida mendengus kesal. "Bapak sadar nggak? Kalau Pak Radit itu terlalu terobsesi sama saya? Karena obsesi Pak Radit itu, Pak Radit sampai rela tersakiti seperti ini."

"Terserah apa katamu, yang jelas saya tidak ingin mempermainkan pernikahan kita. Bagi saya, menikah itu hanya terjadi satu kali,"ucap Raditya.

"Pak Radit nyebelin!"kesal Aida menghentakkan kaki lalu pergi meninggalkan Raditya.

Raditya tersenyum lirih lalu mengejar istrinya. "Tunggu!"tahan Raditya memegang lengan Aida.

"Apalagi?"tanya Aida ketus.

"Mending mulai sekarang Pak Radit jauhi saya dan jangan terlalu berharap banyak, karena saya nggak akan pernah mencintai Bapak seperti yang Bapak harapkan selama ini. Saya...."ucapan Aida terhenti saat Raditya mengecup bibir merahnya.

Raditya mendesah, menikmati bibir manis istri cantiknya yang tadi disentuh oleh bibir lelaki lain.

Aida memasrahkan bibirnya di lumat habis oleh sang suami. Entah mengapa, kecupan Raditya sangat berbeda dengan Edo tadi, bukan hanya dari Raditya yang sepertinya sudah ahli berciuman, tetapi ada perasaan aneh yang tak bisa dijelaskan.

"Kamu tahu alasan kenapa saya menciummu?" Raditya tersenyum lalu memegang dagu istrinya, menegakkan kepala aqidah agar menatapnya. "Karena kita sudah memiliki hubungan yang sah, tidak ada rasa takut lagi di hatimu dan kamu tahu kalau sebenarnya kamu harus melayani suamimu. Perlahan nalurimu sebagai seorang istri mulai tumbuh dengan sendirinya."

Aida membalas tatapan Raditya.

"Aku memaafkanmu kali ini, tapi tidak untuk berikutnya. Tolong jangan rusak pernikahan kita dengan perselingkuhan. Kalaupun kita harus berpisah, kita akan berpisah secara baik-baik, bukan karena penghianatan. Hanya wanita murahan yang bisa melakukan itu, aku yakin kamu wanita baik-baik yang bisa menjaga harkat martabatmu sebagai seorang istri."

"Beri saya waktu 8 Minggu, seperti perjanjian awal, hem."Raditya menegakkan tubuhnya. "Setelah itu saya akan menjauh darimu, kalau memang kamu belum bisa mencintai saya."

Aida menatap suaminya lekat. "Selama 8 minggu itu, tolong jangan khianati pernikahan kita,"pinta Raditya. "Bagaimana?"

"Iya." angguk Aida pelan lalu melangkah menuju kamar ayahnya.

Raditya masuk ke kamar dengan senyuman lebar terlukis di wajah tampannya, menyembunyikan perasaan yang sebenarnya.

...****************...

Aida dan Raditya kembali beraktivitas setelah semalaman mereka tidur di rumah sakit.

Seperti biasa, Aida dan Raditya pergi ke kampus sendiri-sendiri. Aida naik motor matic sedangkan Raditya naik mobil pribadinya.

Raditya sampai lebih dulu dan sudah memberikan materi pelajaran, sedangkan Aida belum juga sampai.

"Mampus, pasti pak Radit marah sama Aida. Telat 5 menit aja dia bisa ngamuk,"gumam Cantika merasa cemas memikirkan nasib sahabatnya. "Duh, Aida ke mana sih?"Cantika tak berhenti menggerakkan kedua kakinya karena panik.

Beberapa kali Raditya menatap pintu kemudian melihat jam tangan.

Tak! Tak! Tak!

Suara langkah kaki terdengar, Raditya menatap wanita cantik yang berlari tergesa-gesa memasuki kelas.

"Maaf Pak saya terlambat, saya siap dihukum,"ucap Aida berdiri di depan Aditya sambil menundukkan kepala.

"Duduk, nanti saya ulang materi pelajaran yang Saya sudah sampaikan,"perintah Raditya menuju kursi di sebelah Cantika.

Aida mengangkat kepalanya menatap sang suami. "Saya nggak dihukum, Pak?"

Raditya menggeleng. "Mau saya hukum? Tapi di rumah,"candanya pelan.

Aida memajukan bibirnya lalu berjalan menuju kursi.

Semua mahasiswa dan mahasiswi terhadap karena tidak seperti biasanya Pak Radit bersikap seperti itu pada Aida.

"Lanjutkan pelajarannya! Saya akan mengulang materi yang baru saja saya sampaikan pada kalian, karena teman kalian terlambat dan tidak sempat menyimak," seru Raditya.

"Kayak ada yang janggal,"gumam Cantika.

Aida hanya diam kemudian mengeluarkan bukunya. Ia duduk tegak ke depan, menyimak penjelasan Raditya.

Cantika melirik sahabatnya. "Gue mau nanyak dong,Da."

"Tanya apa?" Aida tak menoleh sama sekali.

"Ada hubungan apa Lo sama Pak Radit?"

Deg!

Aida langsung menatap sahabatnya. "Maksud Lo?" Ia membulatkan kedua mata lebar.