NovelToon NovelToon
Rahim Perjanjian

Rahim Perjanjian

Status: tamat
Genre:Tamat / Ibu Pengganti / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama / Keluarga
Popularitas:85.2k
Nilai: 5
Nama Author: LapCuk

"May, kalau nanti kita dewasa, terus aku gak bisa menjadi wanita sempurna. Apa yang bakal kamu lakukan?"

"Hila, dali masih dalam pelut Bunda, kita sudah saling belbagi makanan dan kasih sayang. Jadi ketika nanti kita udah besal, gak ada alasan untuk gak saling belbagi. Aku akan menjadi pelengkap kekulanganmu, Mahila," dengan aksen yang masih cadel, Maysarah menjawab pertanyaan yang diajukan Mahira. Matanya memandang penuh kasih adik kembarnya itu.

Percakapan dua anak kembar yang masih berumur 7 tahun itu benar-benar menjadi kenyataan sekaligus ujian bagi ikatan persaudaraan mereka.

Cobaan kehidupan datang menghampiri salah satu dari mereka, menjadikan dirinya egois layaknya pemeran Antagonis. Lantaran perlakuan manis orang-orang di sekitarnya.

Demi menutupi Luka hatinya yang kian menganga. Maysarah melakukan pengorbanan besar, ia bertekad untuk menepati serta melunasi janji masa kecilnya.

Ayo, ikuti kisahnya...💚

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LapCuk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

RP bab 26

Jangan sungkan-sungkan untuk berkomentar ya♥️

Jika berkenan tolong kirimkan gift-nya💜

Happy reading 💜

...----------------...

"Assalamualaikum... A-dek. Akhirnya setelah tujuh bulan kita ketemu ya, Nak. Kamu mau tahu gak, Dek? hal pertama yang ingin Umi lihat ketika membuka mata, ya kamu, Nak. Umi ingin mencium jari-jarimu yang terbungkus sarung tangan mungil, melihat rona kemerahan di pipimu, menatap bola mata indahmu, tapi...?" Wanita dengan wajah pucat pasi itu tidak dapat meneruskan kalimatnya. Ia mendekap erat permata hatinya.

"Tapi... kenapa, mengapa Dek? Umi ingin melihatmu mengenakan baju cantik yang kemarin kita rajut bersama. Bukan seperti ini, hati Umi sakit, Nak! melihatmu berbalutkan kain kafan, bahkan Adek nggak memberikan kesempatan Umi untuk melihat warna bola matamu. Bangun, Nak! bernafas lah, Sayang."

Maysarah menangis, seluruh badannya bergetar, tangan kanannya memeluk sosok mungil yang sudah terbujur lemas, berbaju-kan kain putih bersih, bertopi-kan ikatan tali di pucuk kepalanya. Susah payah dirinya menggerakkan tangan kirinya yang di gips hampir sampai siku, tidak sedikitpun dihiraukan rasa nyeri pada bekas sayatan kulit perutnya dan rasa sakit pergelangan tangannya akibat engkel bergeser. May memeluk erat bayi yang sudah tidak bernafas itu.

Ibu mana yang tidak sakit hati dan frustasi. Harapannya setelah siuman dari obat bius pasca operasi, dirinya dapat memeluk serta bercengkrama dengan bayinya, menciumi serta memandang rona kemerahan wajah mungilnya.

Namun, kenyataan begitu kejam memupuskan keinginan sederhananya. Bayinya sudah tidak bernyawa, cuma raga yang dapat didekapnya, itupun hanya sebentar. Dirinya hanya diberikan waktu sekejap mata untuk mengatakan kalimat perpisahan.

"Dek... Buka matamu, Nak! Umi ingin mendengar suara tangis mu! Umi ingin mencium aroma wangi minyak telon di tubuhmu, Nak!" May mengguncang tubuh tak berdosa itu, berharap sebuah keajaiban.

Melihat May sudah mulai tak terkendali, laki-laki yang sedari tadi duduk diam di sofa pojokan sembari menatap lekat interaksi wanita yang memeluk erat jasad anaknya, berjalan mendekati ranjang.

"May, berikan si Dedek, padaku. Sudah waktunya Dia dikebumikan!" Ucapnya, tangannya terulur ingin mengambil tubuh kecil sang bayi.

"Tidak! Jangan sekali-kali kamu memisahkan kami!!" Raungnya mengeratkan dekapan.

Muntaz melirik Esti, mengode wanita berwajah sembab itu. Esti yang paham langsung bergegas. Menekan tombol panggil darurat, lalu mendekati sang Nona. Merangkul kuat pundak May, tangan kanannya mencengkram lengan majikannya. Muntaz segera melepaskan jalinan jemari Maysarah yang membelit si bayi. Setelah berhasil, dirinya mundur satu langkah.

"Kembalikan Anakku! Tolong jangan ambil dia!! Aku belum menyusui-nya. Dia harus minum Asi, supaya kebal daya tahan tubuhnya. Cepat bawa kesini Bayi-ku!!" Teriaknya histeris, mencoba menggapai diri Muntaz, mengambil kembali sang anak. Jarum infus terlepas dari lengannya. Suara tangisan pilu memenuhi ruangan perawatan kelas VVIP itu.

Esti sungguh tak tega melihat penderitaan sang Nona. Dirinya juga tak kuasa memberikan kata-kata penghiburan, yang bisa dilakukannnya hanya memeluk tubuh rapuh yang tengah memberontak itu. Tidak juga dirasakannya pukulan Maysarah pada punggungnya. rasa sakit ini tidak seberapa jika dibandingkan kesakitan Nona-nya atas kepergian sang anak.

Muntaz tidak sanggup melihat wajah kalut serta derita Maysarah, ia memalingkan wajahnya menatap arah lain. Hatinya juga tak kalah sakit atas kehilangan si buah hati. berkali-kali diciuminya wajah pucat sang putri yang sudah tidak lagi bernyawa.

Satu orang dokter dan perawat masuk keruang rawat May. Melihat keadaan pasien yang tidak baik-baik saja secara fisik maupun mental, dirinya bertindak cekatan, mengambil satu Vial berisi obat penenang dan Spuit dalam baki yang dibawah oleh seorang suster. Kemudian menyuntikkan cairan itu kelengan Maysarah.

Tak lama kemudian reaksi obat sudah terlihat dari gerakan tangan May yang melemah, dan matanya sudah sayu. Wanita yang baru saja berganti status menjadi seorang ibu itu perlahan-lahan menutup matanya, tidak lagi memukuli bodyguardnya.

"Tolong jaga Maysarah! jangan tinggalkan dia barang sedetikpun!" Muntaz meminta Esti untuk selalu didekat May. mendapat anggukan dari wanita itu, lantas Muntaz bergegas keluar ruangan, sambil membopong sang putri untuk dibawah pulang kerumah utama Rahardian, supaya bisa segera dimakamkan.

Selepas kepergian Muntaz, tubuh Esti meluruh ke lantai. Dirinya meraung, menangis sesenggukan. Wanita yang biasanya selalu datar dan sekuat karang itu, kini terlihat sangat tidak berdaya.

"Esti..."

"Bu, Daniah! Nona... Nona, Bu!" Tak sanggup dirinya berkata-kata.

Daniah menubruk tubuh Esti, mereka saling berpelukan dalam tangis tidak berkesudahan. Entah bagaimana kedepannya nanti menghadapi Maysarah yang saat ini berada dititik terendahnya.

               ***

Sebelumnya

"Maaf... Operasinya gagal. Kami hanya bisa menyelamatkan salah satu dari mereka."

Sagara mencengkram kuat jas yang dikenakan sang dokter. "Apa maksud dari perkataanmu itu, Dokter?" Desisnya tajam.

"Nona Maysarah mengalami, Intrauterine fetal death (IUFD) atau stillbirth. Bayinya sudah meninggal dua jam lamanya, sebelum dirinya sampai rumah sakit. Terlambatnya penanganan dan pecahnya air ketuban serta pendarahan, membuat si Janin tidak dapat bertahan." Jelas sang dokter berusaha menjaga nada suaranya tetap tenang.

"Saat ini Nona Maysarah belum sadar dari efek obat bius. Sedang berada di (Recovery Room), dan diobservasi selama 2 jam. Setelahnya baru akan kami pindahkan keruang perawatan." Imbuhnya lagi.

"Bayinya berjenis kelamin perempuan. Dan sudah boleh dibawah pulang atau dimandikan terlebih dahulu juga diperkenankan." Ucapnya hati-hati, dokter memberanikan diri menepuk lengan Sagara.

"Sekali lagi saya mewakili tim dokter, meminta maaf dan mengucapkan belasungkawa yang sedalam-dalamnya!" Sedikit dia membungkuk, lalu menggeser tubuhnya, memberikan jalan bagi seorang perawat yang mendorong box bayi.

"Nak..." Hira menangis histeris, menggendong tubuh anaknya yang diselimuti kain lembut. Senja dan Bintang merangkul Mahira, berusaha menguatkan wanita itu di saat mereka juga sangat kehilangan.

"Saya akan pulang mengurus persiapan penguburannya!" Agam bersuara, menawarkan diri.

"Bersama saja kita pulang, sekalian membawa jenazah bayinya." Sela Sagara, tanpa memikirkan anak sulungnya juga berhak atas cucunya itu.

"Kalian pulanglah dulu. Saya dan si Dedek, akan menunggu Maysarah sadar terlebih dahulu. Dia berhak mengucapkan selamat tinggal kepada anak yang sudah dikandungnya selama tujuh bulan." Putus Muntaz secara mutlak.

"Tapi..."

"Gak ada tapi-tapi, Mahira!" Ujarnya tegas, dengan sorot mata tajam. Muntaz mengambil alih tubuh anaknya dari gendongan ibu kandungnya.

"Saya akan memandikan dia di sini, sambil menunggu May siuman." Muntaz berlalu begitu saja, melewati mereka yang tidak bisa berbuat apa-apa selain menerima keputusan laki-laki yang tengah dalam keadaan penuh amarah dan dendam itu.

***

"Bayi-ku, Mi... tolong! jangan bawa Dia... beri kesempatan untuk ku merawatnya. Kalau tidak, maka aku akan menyusulnya...,"

~ Bersambung ~

Jangan lupa klik permintaan update ya ♥️

1
Tanz>⁠.⁠<
gak kerasa Udah end aja. gak ada niatan mau lanjut kehidupan may sama Muntaz apa Thor 😭😭
Tanz>⁠.⁠<
semoga kalian bahagia ya dengan tempat tinggal yang baru. ingat Muntaz jaga baik baik istri berhati malaikat mu itu
Tanz>⁠.⁠<
seperti rumah ku dulu. nyaman banget walau terlihat sederhana 🤗
Tanz>⁠.⁠<
kok aku mewek ya baca nya 😭
Tanz>⁠.⁠<
siappppp /Scream/
Tanz>⁠.⁠<
demi kesembuhan may, senja. tolong mengerti lah
Tanz>⁠.⁠<
ayo taz semangat /Determined//Determined/
Tanz>⁠.⁠<
apa alasan mu untuk bohong, Dania?.
Tanz>⁠.⁠<
pabrik mu may
Tanz>⁠.⁠<
semoga aja sifat nya juga kembar 😆
Tanz>⁠.⁠<
kasian juga liat Hira 🥺

semoga may cepat sadar 🤲🏻
Tanz>⁠.⁠<
turut berduka dan bersuka cita Hira 😌
Tanz>⁠.⁠<
Dania bisa aja nih 🤭
Tanz>⁠.⁠<
suka kesel kalo lagi ada kecelakaan, malah sibuk nge videoin nge foto foto. bukan nya ngebantu, malah mencari kesempatan dalam kesempitan 😤
Tanz>⁠.⁠<
plz aku ngakak bagian ini, sakit perut ku ngetawain ini aja 🤣🤣🤣🤣
Tanz>⁠.⁠<
heisss kenapa gak sekali kubur suami mu senja. biar sekalian, gak repot repot lagi nanti /Facepalm/
Jumli
mawar-mawar untuk maysarah. kenapa harus secepat ini berakhir.
Jumli
lah.... kok tamat😭
secepat ini kak😭😭😭
Jumli
di bagian ini aku tidak bisa menahan tangis🥺
walau kesal sama saga, tapi setidaknya dia menyesal🥲
Tanz>⁠.⁠<
terus kan Dania buat keluarga satu ini kena mental 😆
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!