NovelToon NovelToon
Soulmate

Soulmate

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Karir / Persahabatan / Romansa / Teman lama bertemu kembali
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: sJuliasih

Saling suka, nyatain perasaan, terus pacaran?! Nyatanya nggak semudah itu.

Buktinya aja Freya, si anak beasiswa. Dan Tara, sang ketos si anak donatur. Mereka cinlok, sama-sama suka, tapi terpaksa harus back street .

Alasannya klasik dan klise. Bokap Tara nggak setuju kalo anaknya itu pacaran, terlebih sama Freya yang beda kasta dengan keluarga mereka.

Hingga Tara pun harus kuliah ke luar negeri dan putus komunikasi sepihak dengan Freya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sJuliasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12

"Serah lo deh." Perlahan, Freya mulai melajukan motor maticnya.

Gadis itu terlihat sedikit gugup dan hampir saja kendaraan roda dua yang mereka naiki terjerembab ke dalam lubang yang menganga di sisi jalan.

"Lo bisa bawa motor nggak sih Frey?" Tara terlihat was-was.

"Ya bisa lah. Lo nyantai aja di belakang." sahut Freya sembari berusaha menyeimbangkan stang motor.

"Mana bisa gue nyantai. Gue aja ngeri liat cara lo bawa motor. Udah sini biar gue aja yang bawa." ujar Tara lagi.

"Lo bisa tenang kan Tar?!" pinta gadis itu tanpa menyadari ada seekor anak kucing yang hendak melintas di depan motornya.

Freya pun menarik rem secara tiba-tiba hingga menimbulkan suara decitan antara aspal dan ban motornya. Dadanya bergemuruh hebat. Bukan karna hampir menabrak anak kucing itu, melainkan karna jaraknya dan Tara kini tak bercelah.

"Tar... Tara... lo... lo bisa munduran dikit nggak?" Freya tergugu tanpa berani menoleh ke belakang.

"Nggak. Gue pengen kayak gini terus. Nyaman banget soalnya bisa sedeket ini sama lo." bisik Tara tepat di telinga kiri gadis itu.

Suara Tara yang khas membuat bulu roma di tengkuk Freya meremang. Ia menelan salivanya secara kasar. Debaran di dadanya juga semakin menggila. Freya takut, ia takut jika perasaannya ke Tara semakin dalam.

"Gimana.... gimana gue bisa bawa motor coba, kalo posisi duduk lo kayak gitu?"

"Pelan-pelan aja Frey. Lebih lama, lebih baik." Tara menimpali seraya menarik ujung bibirnya.

"Tara... gue....."

Ucapan Freya terhenti saat Tara malah melingkarkan kedua tangannya di pinggang ramping gadis itu.

"Buruan Frey. Lo tenang aja gue bakalan aman kok." Tara membuka suara dan terlihat seolah tak ada beban.

'Jantung gue yang nggak aman Tar. Mana lo meluknya erat banget lagi.' gumam Freya dalam hati.

Gadis itu pun kembali melajukan motornya. Sekali ini ia bak sebuah manekin yang sedang membawa motor. Tubuhnya kaku, ia menahan nafas sebisanya.

Walau motornya melaju sangat lambat, Tara tetap menikmatinya. Memang itu keinginannya sedari awal. Bisa menikmati waktu berdua bersama Freya.

"Frey...." panggil Tara pelan.

"Kenapa?!" sahut Freya ketus.

Tara tiba-tiba tertawa. "Nggak papa, gue cuma mau memastikan kalo lo masih bernafas."

"Tara... gue nggak bisa kayak gini."

"Nggak bisa kenapa?!"

"Gue nggak bisa bawa motor sambil lo peluk. Grogi gue!"

Kembali Tara tertawa. Sekali ini tawanya jauh lebih keras.

"Baru juga gue peluk. Gimana kalo sampe gue....."

"Mundur nggak lo? Lo mau gue turunin di tengah jalan?!" ancam Freya.

Sambil terkekeh pelan, Tara pun melepas rangkulan tangannya dari pinggang Freya.

"Gemes banget gue sama lo." gumam Tara seraya mencubit kedua pipi Freya pelan.

Rona semu mulai terlihat di kedua pipi gadis itu. Untungnya Tara berada di belakang, hingga ia tak bisa melihat wajah Freya yang tengah salah tingkah.

Andai Tara melihatnya, mungkin ia akan kembali menertawai wajah Freya yang hampir menyerupai kepiting rebus itu.

Tanpa terasa, mereka pun akhirnya tiba di kompleks perumahan. Freya menghentikan motornya tepat di depan sebuah rumah minimalis modern bercat putih dengan kombinasi abu-abu.

Tara bergegas turun dan langsung mengambil sekantong plastik putih berisi baju milik pelanggan bunda Freya yang berada di gantungan motor. Ia tak sungkan walau harus sedikit membungkuk di hadapan gadis itu.

"Biar gue aja Tar." Freya menarik plastik putih itu dari tangan Tara.

"Santai Frey." jawab Tara, lalu melangkah masuk ke area perkarangan rumah yang tak memiliki pagar itu. Sementara Freya memilih menunggu di motor. Membiarkan Tara melakukannya seorang diri.

Tara segera menekan tombol bel yang terpasang di dekat pintu. "Permisi." lelaki yang masih mengenakan seragam sekolah itu sedikit berteriak.

Tak lama keluar seorang wanita berusia 40-an. "Cari siapa ya?" tanyanya heran merasa asing dengan wajah Tara.

"Saya cuma mau mengantarkan ini tante." tukas Tara seraya menyerahkan baju sang pemilik rumah.

Wanita itu langsung meraih kantong plastik putih dari tangan Tara. Ia pun membuka dan melihat isi di dalamnya. "Oh iya, terimakasih ya. Saya... saya nggak nyangka loh kalo jeng Tari punya anak cowok seganteng kamu." ucap wanita itu sambil tersenyum genit.

Tara pun membalas senyum wanita itu walau terkesan di buat-buat. Tanpa banyak berbasa-basi, ia akhirnya memilih pamit dari hadapan wanita berambut blonde itu. "Kalo begitu, saya permisi ya tante."

Wanita itu mengangguk seraya menatap lekat wajah Tara. Tampaknya ia juga tertarik akan pesona yang di pancarkan Tara. "Sekali lagi terimakasih ya ganteng. Lain kali kamu aja ya yang mengantarkan baju tante."

Tara hanya tersenyum kaku. Kemudian bergegas pergi dari hadapan wanita tersebut. Freya yang menyaksikan itu dari atas motor hanya terkekeh pelan.

"Ayo Frey." ajak Tara.

"Buru-buru banget lo." sahut Freya dan segera melajukan motornya meninggalkan kompleks perumahan itu.

"Lo kenapa malah diem di motor sih? Bukannya temeni gue nganter baju pelanggan bunda lo." Tara protes. Ia kesal mengingat wanita tadi tanpa malu bermain mata dengannya.

"Lah kan lo sendiri yang mau."

"Tapi kan... minimal lo ikut gitu sama gue. Sumpah Frey, trauma gue. Nggak mau lagi gue berurusan sama pelanggan bunda lo yang modelan kayak gitu." Tara bergidik ngeri.

Freya tertawa pelan. "Tante Mirna masih single kok Tar."

"Terus urusannya sama gue apa? Nggak peduli gue sama tuh orang." Tampaknya Tara benar-benar trauma.

Langit yang tadinya masih menyisakan berkas cahaya jingga, kini berubah dan tampak menghitam. Freya tak takut jika harus berjalan di gelapnya malam. Ada Tara, yang saat ini bersamanya.

Saat melintasi jalan pulang, keduanya lebih banyak diam. Seolah ingin menikmati kebersamaan mereka sejenak.

Di dekat Freya, membuat Tara merasakan kedamaian yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Pun Tara merasakan kehangatan walau angin malam mulai menusuk kulitnya.

Tara tersenyum lebar, kini ia bisa mencium aroma rambut Freya yang manis dengan sepuasnya. Apapun yang ada pada gadis itu, Tara menyukainya tanpa terkecuali.

Jalanan yang tak terlalu ramai membuat motor Freya tiba di rumahnya tepat pukul tujuh lewat lima belas menit. Mengetahui anak gadisnya sudah kembali, sang bunda segera membukakan pintu.

"Aduh nak Tara kenapa repot-repot sih ikut nganterin baju? Mana rumah pelanggan tante lumayan jauh lagi." Tari merasa tak enak.

"Nggak papa kok tante." Tara tersenyum lebar.

"Kamu kan Frey yang maksa?!" terka Tari.

"Enggak kok bun, Tara sendiri yang mau. Lagian dia juga seneng abis ketemu sama tante Mirna." sahut Freya yang langsung mendapat tatapan tajam dari Tara.

"Kenapa lo?!" balas Freya tak kalah sinis menatap Tara.

"Freya.." tegur sang bunda. "Kamu nggak boleh kayak gitu."

"Ayo nak Tara kita makan malam dulu." ajak Tari.

"Hm... kayaknya Tara langsung pulang aja deh tan. Takut di cariin sama mama." tolak Tara dengan sopan.

"Ck... si paling anak mama." Freya berdecih pelan.

"Yaudah, kamu hati-hati ya. Terimakasih juga ya nak Tara udah mau menemani Freya." sambung Tari.

Tara mengangguk. "Iya tante. Kalo gitu saya pamit ya tan." ucapnya sambil mencium tangan bunda Freya dengan takzim.

"Iya nak Tara. Yaudah tante tinggal ke dalam ya." Tari seolah paham isi kepala kedua anak remaja itu.

"Silahkan tante." jawabnya girang.

Tari pun masuk ke dalam rumah. Menyisakan hanya Freya dan Tara yang masih berdiri di depan teras.

"Gue.... gue pulang ya Frey." ujar Tara dengan berat hati.

"Iya. Hati-hati. Jangan balap lo!" pesan gadis itu.

Tara menarik senyum simpul di wajahnya. "Thanks ya lo udah perhatian sama gue." sahutnya seraya mengelus kepala Freya dengan lembut.

"Seharusnya gue yang bilang makasih sama lo. Lo... lo udah mau nemeni gue tadi."

"Gue seneng kok bisa nemeni lo. Yaudah gue balik ya. Lo istirahat. Jangan belajar lagi. Kasian tuh otak lo di paksa buat mikir terus."

Freya mengangguk pelan.

Tara pun menghampiri motornya yang sejak tadi terparkir di halaman rumah Freya. Ia memakai helm full facenya, lalu menghidupkan mesin motornya.

Sekali lagi Tara berpamitan, sebelum akhirnya benar-benar berlalu dari hadapan Freya.

***

1
korokoro
kaget banget Tara, jangan nakal main cubit pipi aja/Scowl/
Julia H: namanya juga modus kak🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!