"Apa anda sudah gila..? kenapa anda lakukan ini kepadaku..?"
Pertanyaan yang dibarengi dengan lelehan air mata, keluar dari rongga suara wanita cantik Yara Berker. Netra yang digenangi cairan bening itu, nampak berkilat kemarahan terhunus kearah lelaki tampan yang tengah terduduk dikursi kepemimpinannya.
"Mungkin...!" jawab Asker Meltin, sang CEO pemilik gedung pencakar langit termegah, Meltin Grup.
"Pilihan ada ditanganmu, kaulah penentu masa depanmu sendiri." sambung Asker Meltin membalasan tatapan sang bawahan yang berdiri gemetar dengan tangan terkepal didepan sana.
---------
Alih alih mendapatkan harapan yang ia gantungkan kala melamar pekerjaan diperusahaan terbesar dan termasyur dibeberapa belahan dunia, Yara Berker malah harus menelan kesakitan yang ia dapat dari atasannya sendiri.
Kepahitan kala harus mengorbankan hati dan cintanya, demi menjaga nama baiknya dan orang orang terkasih.
Pilihan yang keduanya sulit mau tak mau harus diambil olehnya.
Inilah kisahnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Datu Zahra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Fakta yang sesungguhnya
Hari hari berlalu, akhirnya kini Altair dan para sahabat telah mengetahui kebenaran dibalik terjadinya tragedi penjebakan Yara yang dilakukan Asker.
Reha yang mengunjungi rumah Yara guna mengantarkan pakaian yang akan dikenakan oleh ayah, ibu dan Yama. Menggunakan kesempatan itu untuk mengorek cerita dari Yara.
Awalnya Yara masih menutupi, tapi pada akhirnya wanita itu bercerita juga setelah Reha mengatakan jika ia sudah tahu masalah dibalik Yara memilih Asker.
Reha pun langsung memberi kabar kepada para sahabatnya dan menceritakan sesuai dengan yang dikatakan Yara.
Dari sejak kapan Asker mulai menyukai Yara, hingga alasan Asker tidak memiliki teman wanita satu pun, juga dari foto foto Yara yang diambil dengan diam diam. Semua kegiatan yang Yara lakukan selama delapan tahun ini, selalu dibawah pengawasan Asker.
"Aku memang selalu merasa ada yang mengikuti jika aku dan Yara berpergian, tapi karena aku melihat orang orang itu adalah orang yang selalu berbeda, jadi aku mengabaikan perasaanku." kata Altair.
"Berati memang Asker membayar orang untuk bergantian dalam menguntit. Yah wajar saja, dia kan banyak uang..?" timpal Alara.
"Sebegitunya dia mencintai Yara sampai melakukan hal gila dan tidak memikirkan bagaimana perasaan Yara juga perasaan orang lain. Disini bukan Altair saja yang terluka, orangtua Yara juga, Yama apalagi." balas Sherin.
"Kalau orangtuamu bagaimana Al..?" tanya Erdana.
"Orangtuaku sudah pasti kecewa, apalagi ibuku yang sangat menyayangi Yara. Mereka juga berfikir kalau ada sesuatu yang salah dengan keputusan Yara, karena mereka sangat mengenal bagaimana sifat Yara."
"Liam dan Erdem akan kemari, mereka ingin berbicara denganmu Al..!" beritahu Sherin yang sejak tadi bertukar pesan dengan Liam.
"Aku sangat sedih melihat Yara, dia bener benar tertekan. Mau serapat apa Yara menyembunyikan kesakitannya tetap nyata terlihat." ucap Lemah Reha.
"Iya kamu benar Reha, aku yang setiap hari bertemu dengan Yara juga bisa melihat itu. Walau Yara bisa tertawa dengan candaanku, tapi itu semua tidak bisa menutupi kepahitannya." sahut Sherin.
Altair menarik nafas dalam dalam lalu membuangnya, menyandarkan punggung disandaran sofa lalu kepalanya menengadah, menatap langit langit ruangan itu.
Para sahabat yang melihatnya, langsung terdiam sembari menatap nanar. Andai mereka memiliki harta serta kekuasaan sama seperti keluarga Meltin, sudah pasti akan membawa Yara kembali kepada mereka, terutama untuk Altair.
Tapi apalah daya, sekuat apapun mereka berusaha menyelamatkan Yara dari pernikahan yang tidak dingini. Semuanya sia sia belaka, karena ada video yang mereka tidak ketahui, jika Asker sudah menghancurkannya.
Tok tok tok
Suara pintu diketuk, membuyarkan lamuan kelima orang itu. Alara pun membuka pintu, lalu mempersilahkan tamu mereka masuk Liam dan Erdem.
Saling berkenalan, lalu mengobrol ringan guna mengakrabkan hubungan, sebelum Liam dan Erdem berbicara dengan Altair dengan disaksikan oleh Sherin, Alara, Reha dan Erdana.
"Sebelumnya aku dan Erdem meminta maaf kepadamu Al, kami sudah sebisa mungkin untuk mencegah ini terjadi, aku juga sudah meminta dan mencari video itu, tapi entah disimpan dimana oleh Asker. Maaf Al..!" ucap tulus dan jujur Liam.
"Terimakasih karena sudah mau membantuku, semuanya bukan kesalahan kalian. Ini terjadi diluar kuasa kita, aku sudah mengikhlaskan semuanya, bukan karena aku menyerah atau tidak mencintai Yara lagi. Tapi aku tidak mau semakin menyakiti Yara, sudah cukup beban yang harus dia fikirkan dan tanggung sendirian."
"Iya kamu benar Al, aku juga sangat ingin marah. Tapi setiap kali melihat Yara, aku abaikan kemarahanku. Karena selalu kalau aku dan Liam menasehati Asker pasti berujung dengan perkelahian dan imbasnya Asker semakin mengekang Yara.
"Jadi yang membuat wajah Asker selalu babak belur itu kalian..?" tanya Sherin yang hampir setiap hari melihat ada memar diwajah Asker. Terlebih setelah kejadian dimalam penjebakan dan dimalam Yara mengakhiri hubungan dengan Altair.
Liam dan Erdem terkekeh, seraya menggaruk kepalanya kikuk. Dan itu mengundang gelak tawa dari kelima sahabat Yara.
Disaat mereka semua kembali membicarakan perihal Asker dan Yara, kedua orang yang tengah diperbincangkan sekarang sedang disibukan oleh kedatangan sanak saudara Asker dari luar negeri.
Kini mansion yang biasanya nampak sedikit lengang, telah berubah layaknya pasar malam. Sangat ramai dengan kekehan, tangisan, teriakan, para anak anak dan balita juga bayi. Ya, keluarga Meltin adalah keluarga besar, maka tak heran jika Asker memiliki banyak adik sepupu dan juga keponakan.
Ayah Asker adalah anak tertua dari enam bersaudara, dan juga yang paling kaya raya dari adik adiknya. Bahkan adik adik ayah Asker, semua bekerja diperusahaannya dengan posisi sebagai pimpinan. Tapi satu yang menjadi kekalahan ayah Asker dari adik adiknya, pria paruhbaya itu hanya memiliki satu putra saja.
"Na na na..!" timang Yara kebayi perempuan berumur enam bulan yang nampak cantik, gembul dan menggemaskan.
Sang bayi pun mengeluarkan suara suara lucu khas bayi seusianya. Yara semakin bersemangat saja menimang bayi perempuan itu.
Orangtua Asker yang melihat tersenyum bahagia. Yara terlihat semakin istimewa dimata mereka. Apa lagi Asker, hatinya menghangat melihat wanita yang ia cintai itu menimang bayi dengan luesnya. Impiannya untuk segera memiliki banyak anak, langsung berputar putar dikepala.
"Ah, pasti menyenangkan sekali nanti kalau kita punya banyak anak sayang." gumam Asker sepelan mungkin dengan bibir tersenyum Lebar.
Dihampirinya Yara, lalu dirapatkan tubuh tingginya kepada Yara dari bagian belakang. Tangan kirinya melingkar kepinggang Yara, sementara tangan kanannya terulur menyentuh pipi gembul anak dari adik sepupunya itu.
"Lucu ya..? cantik sekali." tanya Yara dengan tetap melihat wajah bayi itu.
"Iya, cantik dan lucu." jawab Asker lalu mengecup pucuk kepala Yara "nanti anak anak kita akan jauh lebih cantik, tampan dan lucu lagi."
Senyum Yara sedikit memudar mendengar ucapan Asker itu. Entah rasanya sangat enggan sekali jika mengingat ia akan mengandung benih dari pria yang tidak ia cintai. Tapi beruntung otak waras Yara masih lah berfungsi, dan hatinya juga masih sangat bersih.
Sekuat apapun Yara menolak, ini sudah menjadi takdirnya. Yara tidak boleh menentang akan kuasa Tuhan, karena ia sangat tahu itu adalah dosa besar. Yara juga tidak boleh mengabaikan akan tanggung jawab dan kewajiban sebagai seorang istri nanti, maka sekuat hati Yara akan menerima dan menjalani takdirnya dengan ikhlas.
Sebenernya lbh suka yara sama altair..
Asker kyk psikopat iih serem..
Pliss thor endingnya balik sama altair aja,,
Atau klo ttp sama asker, ilangin tuh psikopatnya, serem & nyebelin bgt 🤣