Saga, Kira Dan Luna adalah tiga bersaudara yang bisa melihat hantu. satu persatu arwah datang untuk meminta pertolongan. Kematian kedua orang tua yang misteriuspun masih menjadi misteri Dan mereka berusaha mengungkapkan siapa dalang di balik pembunuhan kedua orang tuanya. Dapatkah Saga, Kira Dan Luna mengungkap siapa dalang do balik pembunuhan Itu Dan dapatkan mereka menyelesaikan semua maslah para arwah gentayangan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kirei39, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Saudara Kembar Bab 5
Kira memacu motornya menuju rumah sakit Rajasa. Entah kenapa naluri menuntun nya untuk menemui Pak Doni yang seepertinya sedang kesulitan.
Pak Doni memang di kenal Dosen Killer, namun Kira tau jika sebenarnya Pak Doni orang yang sangat baik. Kira pun merasa terpanggil untuk mencari tau tentanga keadaan istri Dosennya itu.
Kira menemui resepsionis, dan menanyakan dimana istri Pak Doni di rawat.
"Maaf, tidak ada yang namanya Pak Doni di rawat disini. " jawab Resepsionis.
"Bukan Pak Doni, tapi istrinya. "
"Namanya? "
Kira kebingungan karena dia tak tau nak istri Pak Doni. Dalam kebingungan tiba tiba Kira seperti mendengar seseorang berbisik padanya.
"Mira."
Kira celingukan, melihat ke kanan dan ke kiri namun tak ada siapapun di dekatnya.
Setelah beberapa saat berpikir akhirnya Kira memberanikan diri untuk memberi tahu nama tadi pada resepsionis.
"Mira pratama, namanya Mira. " ucap Kira karena nama Pak Doni adalah Doni Pratama.
Resepsionis pun mencari dan menemukan nama tersebut.
"Oh dia ada di ruang ICU, silahkan lewat sana. " Resepsionis menunjukan arah kesebelah kiri dan Kira pun pergi kesana.
Ruangan paling ujung, Kira menemukan ruang ICU dan ternyata Pak Doni baru saja keluar dari sana.
"Pak! " Kira berlari ke arah Doni.
"Kira? Sedang apa disini? " tanya Pak Doni yang merasa aneh melihat Kira ada dirumah sakit.
Terlihat mata Pak Doni sembab karena habis menangis. Walaupun sudah berumur, Pak Doni tetap manusia biasa yang akan bersedih saat orang yang dia sayangi terluka.
"Anda baik baik saja, Pak? " tanya Kira "Saya mendengar berita tentang Istri Anda tdi, maka Saya langsung . "
Pak Doni tersenyum haru "Terima kasih, Kira. Kamu sudah peduli sama Bapak. " ucapnya sambil menepuk pundak Kira.
"Apa yang terjadi, Pak? " tanya Kira.
"Maaf bukan maksud Saya... "
"Tidak apa apa Kira. Saya tidak akan menyembunyikan apapun., " Pak Doni duduk dengan sangat lesu.
"Entah apa yang terjadi dengan istriku, setelah kepergian anak kami dia jadi sering bersedih dan melamun. " pak Doni mulai bercerita.
"Setiap hari hanya meratapi kepergian anak kami, walaupun masih ada kembarannya, tapi dia sama sekali kurang peduli" Pak Doni memijat pelipisnya menandakan kalau beban nya sangat berat.
"Tapi Aku sama sekali tak pernah berpikir kalau ia akan melakukan hal seperti ini. " kesedihan kembali terlihat di wajah Pak Doni.
"Padahal aku selalu menguatkan dia, tapi kenapa dia tega melakukan ini. Arwah anak kami pun pasti tak akan senang jika Ibunya melakukan hal tangan menyakiti diri sendiri. " Pak Doni menahan tangis.
"Maaf Pak, Saya jadi harus mengingatkan Bapa tentang hal yang menyakitkan. " Kira sungguh tak menduga jika beban Dosennya itu sungguh berat, terbalik dengan kegarangan yang sering dia perlihatkan di kampus.
"Kira, terimakasih. Kamu mau kemari untuk menjenguk istriku. "
"Samas ama, Pak. Apa Saya boleh melihat Istri Bapak? " tanya Kira.
"Tentu saja, tapi hanya di luar saja. Tidak boleh masuk karena jangan terlalu di ganggu. " jawab Doni.
"Ya, tidak apa. "
Pak Doni mengajak Kira melihat dari balik pintu kaca saja. Kira sungguh prihatin melihat Istri Pak Doni yang memakai beberapa selang dan alat medis untuk membantu pemulihannya karenas satu ini Istri Pak Doni masih koma.
Saat Kira akan balik badan, matanya menangkap seseorang yang berdiri di samping Istri Pak Doni.
Lho siapa dia? Tadi tak ada. Bukannya Pak Doni bilang....
Tiba tiba sosok itu menatap ke arah Kira, wajahnya terlihat pucat dan asap perlahan keluar dari tubuhnya.
Apa itu anak Pak Doni yang sudah tiada? Gumam Kira dalam hati.
****
Luna baru saja keluar dari sekolah saat di depan gerbang ternyata Zayyan sudah menunggunya.
"Luna! " panggil Zayyan.
"Zayyan? " Luna terkejut dengan kedatangan Zayyan.
"Cie.. Cie.. Ada yang jemput. "
"Suit.. Suit.. " teman sekelas Luna menggodanya karena di jemput Zayyan.
"Ish apa, sih. "
"Kau sedang apa disini? " tanya Luna.
"Aku? Tentu saja menjemputmu. Ayo pulang sama sama. " ajak Zayyan dengan senyuman malaikatnya.
"Tapi... " Luna agak ragu menerima ajakan Zayyan.
"Kenapa? " tanya Zayyan.
"Aku akan pulang bersama Ryu. " jawab Luna sambil tersenyum kaku.
"Ryu? " raut wajah Zayyan berubah kesal.
"Luna! " salah satu teman Luna memanggilnya.
"Ryu bilang dia minta maaf tidak bisa pulang sama sama. Soalnya dia disuruh guru untuk membantu memeriksa tugas. " jelasnya.
"Apa? Ah ita tidak apa apa. " Luna bingung, mau tidak mau dia harus menerima ajakan Zayyan.
"Ayo! " Zayyan terlihat senang karena akhirnya pulang bersama Luna.
Saat dalam perjalanan, tak sengaja Luna bertemu dengan Kira yang pulang lebih cepat dari kampus.
Kira menghentikan motornya dan mendekati Luna.
"Luna, baru pulang? " tanya nya.
"Kakak! " Luna terlihat senang Kira menghampirinya karena dari tadi dia sungguh tak nyaman berjalan bersama Zayyan yang hanya menatapnya terus tanpa mengatakan apapun.
"Ayo sama sama. " ajak Kira.
"Ah Iya, " Luna menjawab dengan penuh semangat.
"Zayyan maaf, ya. Aku pulang duluan sama Kak Kira." Katanya pada Zayyan.
"Ya." Zayyan menjawab dengan singkat.
Luna tak peduli jika Zayyan kesal atau tidak, yang penting sekarang dia bisa pulang secepatnya.
Luna pun naik ke atas motor, dengan cepat Kira memacu motornya meninggalkan Zayyan dengan wajah datarnya.
"Siapa tadi? Pacarmu? " tanya Kira.
"Enak aja, bukan lah. " Luna terdengar kesal.
"Lalu? "
"Teman baru, tapi aku tidak nyaman sama dia. Dari tadi hanya menatapku saja sambil senyum senyum, aneh kan, Kak?! " Bibir Luna manyun.
Kira hanya tertawa melihat adiknya yang kesal namun Kira menyadari jika teman baru Luna ternyata mirip dengan sosok misterius di samping Istri Pak Doni tadi.
Sementara itu di kamar Zayyan.
Banyak Foto Luna menempel di dindingnya. Zayyan memegang Foto Luna yang cukup besar sambil menatapnya.
"Kenapa kau meninggalkanku? Kau tau aku menyukaimu? " dia berbicara sambil menatap foto Luna di tangannya.
"Aku tidak suka jika orang yang aku sayangi lebih memilih orang lain" raut wajahnya berubah ganas.
"" Jika aku tidak bisa memilikimu, maka tak ada siapapun yang boleh memilikimu. Ahahahahaha.. " Zayyan tertawa keras seperti orang tidak waras.