Dari kecil hidupku sudah ku abdikan pada keluarga yang mengangkatku sebagai anak, aku adalah anak panti yang tanpa nasab, ibuku dulu seorang budak dan dia di bunuh oleh seseorang entah siapa setelah menitipkan aku di panti asuhan. Sejak umur 10 tahun seorang donatur mengadopsiku, dia adalah tuan Samer dan Ibu Luci, mereka mengangkat ku sebagai pancingan agar mempunyai anak, dan benar saja setelah satu tahun aku bersama mereka mereka mempunyai seorang anak perempuan. Tuan Samer memintaku untuk selalu melindungi anak kandungnya, hingga suatu ketika terjadi bencana dalam keluarga tuan Samer, anak dari tuan Samer memanipulasi dokumen dari sebuah perusahaan besar di negara ini. Pemilik perusahaan geram dan itulah awal kisah baru ku. Aku di tuntut oleh Nyonya Lusi menggantikan anaknya sebagai tawanan seorang yang kejam pemilik perusahaan tersebut. Diriku di sekap dan di kurung dalam penjara, entah apa yang akan ku dapatkan. Benci, dendam atau cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cty S'lalu Ctya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Asiyah Vs Tom
🌸🌸🌸
POV (Asiyah)
Langkah kaki ku terhenti disaat melihat seorang yang sangat ku rindukan. Mata ku menyapu ke segala penjuru arah, ternyata Bu Lena mengajak ku untuk menemui seorang yang sangat berharga dalam hidup ku.
"Ammah.." lirih ku melihat ammah yang sedang terbaring di brankar rumah sakit. Tak ada jawaban hanya tetesan air mata nya yang tak kunjung reda.
"Nona Asi, beberapa bulan terakhir ini umi selalu melamun, kadang beliau menangis sendiri sampai jatuh sakit, Abah bilang umi merindukan anda nona, umi selalu memikirkan nasib anda" ujar seorang wanita yang seumuran dengan ku.
"Maaf kan Asi ammah,," lirih ku memegang tangan ammah, jujur melihat ammah ada sedikit kebahagiaan dalam diriku tapi kebahagiaan itu seakan Lingsir dikala mendapati ammah yang tubuh nya rapuh dan tak berdaya. Ammah hanya mengangguk dan memegang tangan ini dengan erat.
"Umi, sekarang umi makan ya!" bujuk wanita itu pada ammah. Aku menatap pada wanita itu.
"Ammah, ammah makan ya, biar Asi suapin!" bujuk ku, dan anggukan lemah yang di berikan ammah, wanita itu memberikan nampan yang berisi makanan pada ku. Dengan telaten diri ini menyuapi ammah, meski tak banyak tapi aku bersyukur ammah bersedia makan. Tak berapa lama ada perawat masuk untuk memberi obat, selesai minum obat ammah harus istirahat.
Klek..
Pintu ruang inap terbuka, menampilkan Bu Lena juga tuan Gio.
"Maaf nona, waktunya kita pulang" ujar tuan Gio sangat sopan. Aku mengangguk.
"ammah, Asi pulang dulu, ammah cepat sembuh ya! jangan khawatirkan Asi, Asi baik-baik saja, mereka juga tidak jahat seperti yang ammah pikir. Ammah jaga diri ammah baik-baik ya!" lirih lembut Asiyah. Ammah mengangguk.
"Ammah istirahat ya, assalamualaikum" terlihat ammah menjawab salam dengan lirih.
Kita semua keluar begitu juga dengan wanita itu mengantar kami sampai di depan pintu.
"Mbak, terima kasih, karena sudah bersedia menjenguk umi" kata nya terlihat sangat tulus.
"Nama ku Safa, istri dari mas Faiz" ujar nya memperkenalkan diri.
"Asiyah" balas ku mengulurkan tangan. Safa menyambut uluran tangan ini dengan baik.
"Ya, aku sudah tahu semua tentang mbak Asiyah karena Abah sudah cerita banyak tentang mbak" ungkapnya.
"Mari nona!" seru tuan Gio agar segera bergegas pulang. Tak ada kata apa pun diri ini hanya mengangguk mengikuti langkah kaki tuan Gio dan Bu Lena.
"Kami permisi dulu!" dengan lembut Bu Lena pamit pada Safa dan ku lihat Bu Lena memberikan amplop pada Safa.
Tuan Gio membimbing langkah menuju mobil Limosin yang kami pakai tadi. Jujur saja setiap mata memandang kami dengan pandangan yang seakan takjub bagaimana tidak, jarang sekali seseorang yang memiliki mobil tersebut jika bukan kelas bangsawan dan kolongmrat di negara ini.
"Maaf!" lirih ku pada Bu Lena juga tuan Gio.
"Maaf untuk apa nona?" tanya tuan Gio menimpali.
"Maaf mungkin karena ku anda berdua akan terkena masalah" lanjut ku merasa bersalah.
"Untuk itu tolong jangan memancing kemarahan tuan Tom" seru Bu Lena. Aku hanya mengangguk, karena mereka sudah dengan begitu baik mempertemukan ku dengan ammah disaat tuan Tom tidak ada dan mungkin dengan sepengetahuan dari tuan Tom.
"Terima kasih.." mungkin ucapan itu tak sebanding dengan apa yang mereka rela lakukan pada ku.
Dua jam perjalanan kita sudah sampai di mension milik keluarga Dirgantara. Seperti biasa ART menyambut kedatangan kami dengan berbaris sopan. Bu Lena menyuruh para ART untuk segera bergegas kembali ke paviliun karena pekerjaan mereka sudah beres semua.
"Sebaiknya kamu istirahat selesai makan malam nanti, karena pekerjaan rumah sudah di selesaikan mereka" tutur Bu Lena pada ku.
"Baik Bu.. Terima kasih" jawab ku. Para ART dan bu Lena berangsur kembali ke paviliun. Dan kini diri ku sendiri di dalam rumah megah ini. Ada sedikit rasa yang kurang entah kenapa mata ini malah menatap ke arah dimana kamar tuan Tom berada.
"Ada apa dengan ku, harusnya aku merasa senang tanpa kehadiran nya disini, tapi kenapa aku merasa hampa"
🌸🌸🌸
🌻🌻🌻
POV (Tom)
Di dalam mension yang megah ini, harusnya aku bahagia karena bisa berkumpul dengan keluarga besar ku. Dulu hari-hari seperti ini yang selalu ku rindukan, melihat tawa ceria kak Yasmin yang tak pernah ku lihat setelah kejadian naas yang terjadi dalam keluargaku puluhan tahun lalu. Melihat mama yang tidak lagi sibuk dengan dunia bisnisnya dan kini tinggal menikmati masa tuanya yang menantikan cucu ke duanya, bahkan mungkin akan menanti sang cicit. Memang dulu aku sangat berharap jika Afriel akan membuka hatinya untuk ku, dan semua yang dulu ku harapkan seolah kini terjadi. Tuhan apa yang engkau rencanakan pada hamba? engkau memberikan semua yang ku pinta dulu, tapi engkau juga yang membuat perasaan ini menjadi gamang. Tak tahu kenapa pikiran ku selalu tertuju pada seorang wanita bercadar yang saat ini ku sekap di rumah dengan dalih sebagai tawanan.
Jujur aku merasa sangat bersalah mendapati tentang kenyataan bahwa dia tidak bersalah, dia hanya sebagai tumbal dari serakahnya hidup seseorang yang dia anggap keluarga. Bodohnya aku yang baru mengerti di saat sebuah hukuman sudah ku jatuhkan pada nya. Apalagi mengingat perlakuanku yang tak manusiawi terhadapnya membuatku terus dirundung rasa bersalah. Kata maaf mungkin tidak pernah akan ku dapatkan dari nya, tapi janji ku pasti akan menebus apa yang telah ku lakukan pada nya. Aku terlalu munafik di sisi lain ku ingin sekali melepaskan nya, tapi entah kenapa pikiran ini tak ingin dia pergi dari ku. Jujur sekali aku ingin melihat nya bahagia, tapi kenapa aku selalu takut jika dia menjauh dari ku.
'Perasaan apa ini?'
Aku pernah merasakan sayang pada seorang wanita, dan itu bisa ku sebut dengan perasaan cinta. Tapi, kenapa perasaan ku ini pada nya tak menentu. Perasaan apa ini tuhan? di bilang benci, memang aku dulu sangat benci, benciku karena sebuah salah paham sampai menjadi benci yang mendalam, aku mengira benciku ini karena mendapati dia yang seperti wanita muslimah ternyata kelakuan nya lebih munafik. Tapi disaat mengetahui tentang sebuah kenyataan hati ku tertampar, puing-puing tentang perlakuan yang ku buat pada nya membuatku sadar dan betapa kejamnya diriku. Memang aku terkenal dengan lelaki yang kejam, tapi kekejaman yang ku lakukan selama ini karena sebuah hukuman untuk seorang penghianat. Tuhan memang aku akui jika diri ini sang pendosa. Apakah tak ada kata ampun untuk diri ini dapatkan.
"God help me to get forgiveness from him"
🌻🌻🌻