S 5
Tak hanya mengalah dan memendam perasaan, dia juga rela bertanggung jawab atas kesalahan fatal yang dilakukan adiknya hanya demi menjaga perasaan wanita yang dia cintai dalam diam.
(Mohon baca setiap kali update! Jangan menumpuk bab, jangan lompat baca apalagi boom like. Retensi bergantung dari konsisten pembaca.🙏🙏🙏)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25. MELAYANI ABANG DENGAN CARA YANG LAIN
"Kenapa?" Tanya Azka sembari menarik dagu istrinya yang nampak melamun. Kedua tangannya bergerak memasangkan dasi, namun netranya tak fokus pada kegiatannya.
"Lagi mikirin apa sih? Tanya Azka lagi.
"Bosan, Bang." Jawab Kinan, ia menatap dalam kedua mata suaminya.
"Bosan?" Azka menautkan kedua alis tebalnya. Rasanya ia sudah berusaha memenuhi semua kebutuhan istrinya itu, lalu apa gerangan yang membuatnya merasa bosan.
"Aku bosan sama sekali gak ada kegiatan. Mama selalu melarang ini dan itu, Abang tahu sendiri aku tuh paling gak bisa kalau hanya duduk diam." Setelah beberapa bulan merasa terkekang dengan peraturan sang mama mertua, akhirnya ia mengungkapkan juga pada suaminya. Ia tahu mama Flora begitu mencemaskan dirinya, tapi ia merasa itu terlalu berlebihan.
Azka terkekeh, "Itu karena Mama sayang sama kamu dan calon anak kita." Ucapnya sembari mengelus perut Kinan. "Mama gak mau kamu kelelahan."
"Justru aku lelah cuma rebahan dan rebahan terus," Kinan memanyunkan bibirnya, wajahnya berubah sendu. "Sebagai istri yang tidak bisa melayani Abang di atas ranjang, aku ingin melayani Abang dengan cara yang lain. Aku ingin seperti istri istri yang lainnya, yang memasak untuk suami mereka. Tapi jangankan masak, baru mau ke dapur aja udah di cegat sama Mama."
Mendengar penuturan istrinya, Azka tersenyum simpul. Ia menangkup wajah istrinya, tatapan mereka bertemu. Tak ada lagi kecanggungan diantara keduanya.
"Mau masak untuk aku tanpa dicegah Mama?"
Kinan tersenyum masam, itu tidak mungkin bisa. Walau dia mengendap ke dapur, mama Flora pasti akan langsung tahu. Seolah telah memasang penyadap ditubuhnya sehingga mama Flora bisa tahu apa yang hendak ia lakukan.
"Di rumah Ibu. Di sana gak ada yang akan melarang kamu. Kamu bebas mau masak apa aja untuk aku, gimana?" Usul Azka.
Kinan langsung tersenyum lebar, kenapa dia tidak kepikiran ke situ. "Kapan kita ke rumah Ibu?" Tanyanya antusias.
"Sore ini, setelah aku pulang dari kantor kita langsung ke rumah Ibu. Jadi kamu bisa masak untuk makan malam nanti, khusus buat aku."
Dengan bersemangat, Kinan menyelesaikan memasang dasi suaminya. Setelah itu mereka berdua gegas menuju ruang makan, semuanya sudah berkumpul termasuk Raka dan Alesha yang telah diperbolehkan pulang dari rumah sakit kemarin siang. Namun, belum ada yang memulai makan karena menunggu mereka berdua.
Kinan menarik kursi untuk suaminya, setelah Azka duduk ia langsung menyajikan makanan. Hal tersebut tak lepas dari perhatian Alesha. Dengan perut yang sudah membuncit, Kinan masih bisa bergerak gesit tidak seperti dirinya yang usia kandungan masih muda tapi tidak boleh banyak bergerak. Itu semua akibat sehabis jatuh dari tangga.
Semuanya pun memulai sarapan, tak ada obrolan hanya suara sendok yang beradu dengan piring terdengar.
"Ma, Pa, nanti malam aku dan Kinan akan menginap di rumah Bu Lastri." Ujar Azka setelah menghabiskan sarapannya.
Papa Rangga tampak mengangguk saja, sementara mama Flora terlihat tidak setuju. "Cuma nginap aja kan? Gak ada niat mau pindah tinggal di sana?"
Azka tergelak, "Mama tuh, takut banget ditinggalin sama anaknya. Kalaupun aku dan Kinan pindah, kan masih ada Raka dan Alesha di sini."
"Tapi Mama pengen kita semua kumpul!" Tekan mama Flora.
"Iya iya, cuma nginap aja kok tapi bawa baju sekoper." Kata Azka, ia melempar senyuman pada istrinya.
"Azka,"
"Bercanda, Ma. Ya udah, aku pamit berangkat ke kantor." Azka beranjak, setelah mencium punggung tangan kedua orangtuanya ia merangkul pinggang Kinan, melangkah bersama meninggalkan ruang makan.
"Bang, beneran malam ini kita akan menginap di rumah Ibu?" Tanya Kinan setelah berada di pelataran. Tatapannya penuh harap.
"Iya. Maaf ya, aku hanya bisa melakukan ini untuk Kamu. Tadi lihat sendiri kan, Mama langsung melotot saat aku bilang mau pindah." Azka mengusap pucuk kepala istrinya.
"Gak apa-apa, Bang. Malam ini menginap di rumah Ibu, dan bisa masak untuk Abang itu sudah cukup kok." Kata Kinan, ia tersenyum. Tapi Azka tahu itu belum cukup untuk istrinya.
Azka bukan tidak tahu Kinan sangat ingin tinggal terpisah, tapi untuk sementara ia belum bisa mewujudkan keinginan istrinya itu. Membujuk mamanya sangatlah tidak mudah. Mama Flora sudah pernah mengatakan, jika nanti anak-anaknya menikah, dia ingin anak dan menantunya tinggal bersama. Tapi jika ada waktu luang nanti, ia akan mencoba membujuk sang mama.
"Ya udah, aku berangkat ya. Baik-baik di rumah. Kalau ada apa-apa langsung telepon aku." Azka mengecup kening istrinya lalu masuk ke dalam mobil, ia menurunkan kaca mobilnya.
"Hati-hati di jalan, Bang." Kinan melambaikan tangannya.
Tak lama kemudian, Raka dan Alesha pun keluar. Hari ini Raka sudah aktif masuk kantor.
"Ingat pesan Kak Kia, jangan kecapean." Kata Raka.
Alesha hanya mengangguk.
Raka pun masuk ke dalam mobilnya setelah mengecup kening istri tercintanya.
Mobil dua putra Rangga itupun serentak meninggalkan pelataran. Namun, melaju kearah perusahaan yang berbeda.
Kinan dan Alesha menatap kepergian suami mereka dengan ekspresi yang berbeda. Jika Kinan tersenyum, lain halnya dengan Alesha. Wanita yang tengah hamil muda itu seolah tak bersemangat.
karyamu yg baru sepertinya jg seruuu pas baca sinopsinya 😍😍😍
author maaf batu bisa baca lagi