Suami terbangsat adalah suami yang berusaha menjadi pahlawan untuk perempuan lain namun menjadi penjahat untuk istrinya sendiri. Berusaha menjadi teman terbaik untuk perempuan lain, dan menjadi musuh untuk istrinya sendiri.
Selama dua tahun menikah, Amora Juliansany tidak pernah mendapatkan perhatian sedikitpun dari sang suami yang selalu bersikap dingin. Menjadi pengganti mempelai wanita yang merupakan adiknya sendiri, membuat hidup Amora berada dalam kekangan pernikahan.
Apalagi setelah adiknya yang telah ia gantikan sadar dari komanya. Kedekatan sang suami dan adiknya hari demi hari membuat Amora tersiksa. Mertuanya juga ingin agar Amora mengembalikan suaminya pada adiknya, dan menegaskan jika dia hanya seorang pengganti.
Setelah tekanan demi tekanan yang Amora alami, wanita itu mulai tak sanggup. Tubuhnya mulai sakit-sakitan karena tekanan batin yang bertubi-tubi. Amora menyerah dan memilih pergi meninggalkan kesakitan yang tiada akhir.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Yunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Biarkan aku memilih waktu
"Kamu belum tidur?" suara Megan menarik perhatian Amora yang tengah termenung di bibir ranjang.
"Megan..," lirih Amora tidak percaya dengan kehadiran pria itu, disangka pria itu tak akan datang.
Megan mengulurkan tangannya, tetapi Amora justru cepat-cepat berdiri dan menjauh dari suaminya.
Setiap kata yang Megan lontarkan di depan Nikolas, Melinda dan juga Sunny. Seolah berbekas bagai tattoo di hati Amora.
Megan tidak hanya benci, tapi laki-laki itu juga jijik padanya.
Ia bukan tidak percaya diri. Juga rendah diri. Amora hanya bersikap tahu diri.
Lelaki itu mengerutkan dahi, semacam menunjukkan ketidaksukaan sikap Amora.
"Kamu mau tidur?" perkataan itu memiliki efek tersendiri. Raut muka Amora langsung berubah sendu tidak setenang tadi. Juga Megan tidak mengharapkan kalimat itu. Dia juga tak ingin menduga-duga atau membuat spekulasi tak berarti mengenai pertanyaan Amora yang tidak perlu ia jawab. Tapi, kekesalan lelaki itu semakin kentara hingga membuat amora mengerutkan dahi. Namun ia menutupi hal itu dengan senyuman. "Aku akan ambil minum." mengucapkan hal itu, kaki Amora mundur secara teratur. Dan ketika hendak membalikkan badan suara lelaki itu menghentikan niatnya, "Bukankah ini air?" Amora langsung berpaling linglung. Dia salah cari alasan!
Malam itu perasaan Megan tak karuan, dia ingin marah entah karena apa, tapi melihat wanita yang biasanya senang akan hadirnya kini seolah ingin terus menghindar membuatnya gelisah.
****
Paginya, Amora menikmati secangkir teh di halaman belakang, kepalanya yang menunduk mendongak setelah melihat sepatu mengkilap berada dihadapannya.
"Malam ini ikut aku ke rumah Papa." Mata Amora terpejam. Ia tahu malam ini Papa mertuanya merayakan kemenangan tender di rumah yang tentunya akan dihadiri orang-orang penting. Dan Amora tidak menyukai acara seperti itu.
Setelah mengatakan hal itu Megan juga langsung berbalik tanpa mengatakan apapun lagi, meninggalkan Amora yang dibayangi rasa bosan ketika nanti berada di tengah pesta.
"Nya..." Amora tersenyum menemukan pelayan datang dengan bubur pesanannya.
"Apa tidak sebaiknya Nyonya segera berobat, dokter bilang sel kanker itu..."
"Aku akan berobat Bi, tapi tidak dalam minggu-minggu ini." jawab Amora setenang air danau.
"Tapi Nya,..."
Amora tersenyum menenangkan. "Aku masih ingin berada di rumah ini, mengenang setiap detail bangunannya dan tempat favoritku."
"Nyonya kenapa bicara seperti itu?" sontak saja pelayan itu menitihkan air mata.
"Karena umur tidak ada yang tahu, Bi."
"Nyonya akan panjang umur, Allah menyayangi orang yang baik, nyonya." Amora hanya mengaminkan ucapan pelayan itu dalam hati, Amora memang ingin di beri umur panjang, tapi jika Tuhan berkehendak, dia bisa apa?
*****
Pesta yang diadakan oleh Nikolas cukup mewah. Para tamu jelas bukan kalangan biasa seperti Amora.
Sering, Amora akan tersesat dalam situasi seperti ini. Dalam satu perkumpulan ia tidak memiliki peran penting di sana. Itu dikhususkan saat berkumpul dengan keluarga, karena untuk teman, ini kali pertama Megan melibatkannya. Rata-rata teman Megan tentu orang berada.
Setelah bertegur sapa dengan Nikolas, Amora harus menyingkir karena banyak tamu yang ingin berbincang dengan Papa mertuanya. Tentu Amora tidak bisa egois.
"Kesana.."
Amora di bawa Megan duduk berkumpul dengan teman-temannya, Amora tersenyum pedih saat pandangannya menyorot tempat yang di tunjuk Megan. Di sana telah duduk Sunny dan yang lainnya juga.
Amora tersenyum kecut, dia seperti terpenjara. Tidak ada yang ia lakukan selain ikut tersenyum di saat yang lain tersenyum. Tertawa ketika yang lain akan tertawa. Begitu juga apabila yang lain minum maupun makan, Ia pun akan melakukan hal yang sama. Ia peniru yang cukup handal.
Amora merasa sendiri. Sangat jauh meski ia berada diantara kerumunan. Orang-orang menciptakan dunianya sendiri, dunia yang hanya dikelilingi orang-orang berkelas. Setiap topik yang diambil tentu saja tak luput dari pencapaian-pencapaian hebat yang dimiliki keluarga mereka, bisnis serta koleksi barang-barang branded. Bahkan sekarang masing-masing dari mereka sedang memamerkan barang-barang branded. Lantas Amora bisa apa? Itu bukan dunianya. Tapi, ia tersesat didalamnya.
Suaminya bahkan tak perduli dengan kehadirannya, Megan justru sibuk dengan Sunny.
Amora tidak bisa apa-apa selain menerbitkan senyuman. Ia tidak tuli untuk tidak mendengar setiap kalimat provokatif itu. Juga, tidak buta untuk tidak melihat tatapan-tatapan merendahkan sedari mereka yang berada di meja yang sama dengannya. Amora merasa tidak ada yang salah dengan itu semua. Karena seharusnya dia tidak di sini! Ini bukan tempatnya. Karena apabila ia berada pada tempat yang tepat, maka ia akan dihargai! Namun, ia terlalu bodoh karena tetap bertahan di dini."
"Aku akan pulang bersama sopir!" Amora menarik nafas panjang begitu meninggalkan Sunny dan Megan secara terburu-buru. Ia nyaris tidak bisa bernapas dengan benar ketika mendengar perkataan Megan. Untuk tidak memperpanjang masalah ini, ia memilih menghindar.
Amora sudah berada di dalam mobil ketika tiba-tiba Megan menyusulnya.
Amora tidak mengharapkan itu! Kenapa Megan tidak menemani Sunny saja? Bukan malah duduk di dalam mobil yang sama seperti ini.
Sepanjang perjalanan, Amora diam. Selalu, Ia akan menjadi bayang-bayang yang pada akhirnya menghilang tanpa jejak. Tidak ada yang mencari. Tidak ada yang perduli dan ujung-ujungnya ia sendiri!
Sedari dulu kehadirannya memang tidak terlihat. Ia tenggelam dalam lautan manusia yang memiliki daya tarik lebih. Pernah, Ia berpikir jika ia berada pada tempat yang salah! Tapi, Ia kemudian menyadari bahwa dirinya lah kesalahan itu. Ya, karena ia tidak memiliki hal istimewa! Ia tidak semanis Sunny, sepintar perempuan itu, ceramah Sunny yang kemudian memiliki teman banyak! Lalu lelaki sesempurna Megan yang menyukainya.
"Jangan besar kepala, aku berada disini karena perintah Papa!"
Amora tersenyum tipis. Benar bukan? Megan berada disisinya karena keterpaksaan. Hatinya berdesir, ia menekan segala sakitnya. Sebentar lagi! Sebentar lagi! Sebentar lagi ia akan melepaskan semua yang menjadi beban Megan, melepaskan bukan atas dasar kebencian, tetapi cinta yang terlalu besar hingga rela sakit sendirian asal lelaki itu bahagia.
"Maafkan aku, Megan." cicitnya yang hilang di telan keheningan.
#####
Apa ada yang baca untuk novel ini? Like nya sedikit sekali🥲
kalau bisa up nya tiap hari ka...
sebelumnya makasih byk ka...