NovelToon NovelToon
Tawanan Hati Sang Presdir

Tawanan Hati Sang Presdir

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Seiring Waktu / Identitas Tersembunyi / Wanita Karir / Office Romance
Popularitas:14.6k
Nilai: 5
Nama Author: Marthin Liem

Cindy, seorang karyawan yang tiga kali membuat kesalahan fatal di mata Jason, bosnya, sampai ia dipecat secara tidak hormat. Namun, malam itu, nasib buruk menghampiri ketika ia dijebak oleh saudara sepupunya sendiri di sebuah club dan dijual kepada seorang mucikari. Beruntung, Jason muncul tepat waktu untuk menyelamatkan. Namun, itu hanya awal dari petualangan yang lebih menegangkan.
Cindy kini menjadi tawanan pria yang telah membayarnya dengan harga yang sangat tinggi, tanpa ia tahu siapa sosok di balik image seorang pengusaha sukes dan terkenal itu.
Jason memiliki sisi gelap yang membuat semua orang tunduk padanya, siapa ia sebenarnya?
Bagaimana nasib Cindy saat berada di tangan Jason?
penasaran?
ikuti kisahnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marthin Liem, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Samurai

♥️Happy Reading❤️

🗡️🗡️🗡️

Sementara di tempat lain, Yuji tersenyum lebar dan hatinya berbunga-bunga setelah perkenalan tadi.

Saat ia menemui teman-temannya untuk kopi darat, ia sibuk dengan obrolan ringan, tanpa menghiraukan serangkaian panggilan telepon yang ia duga berasal dari sang kakak.

"Eh gais, tadi aku ketemu sama cewe cantik loh," bisik Yuji penuh percaya diri di antara obrolan serius teman-temannya.

"Masa iya?" tanya Adit, mengangkat alisnya karena heran, mengingat Yuji tidak pernah terlalu dekat dengan gadis lokal.

"Ternyata ada yang nyangkut juga nih, kita jadi penasaran," seru Taufik sambil memegang pundak Yuji.

"Dia berbeda, guys. Tinggi, cantik, wajahnya perpaduan antara Asia dan Eropa, dan dia juga jago balapan," jelas Yuji penuh kekaguman yang tak ada habisnya terhadap sosok Jessica.

"Hmm... Oh pantas saja kamu tergila-gila karena dia blasteran," cetus Adit sambil tertawa melihat wajah Yuji yang bersemangat menceritakan wanita tersebut.

Ponsel Yuji kembali berdering, mungkin sudah kesekian kalinya. Semakin kesal, ia meraih benda pipih tersebut, dan keterkejutan tak bisa di hindari ketika mendapati panggilan tak terjawab dari sang kakak.

Tangannya gemetar saat menggenggam ponsel, terpaksa menggulir layar ke atas dan bersiap menerima teguran keras yang mungkin akan ia dengarkan.

"Yuji!" teriak suara dari seberang telepon saat Yuji mendekatkan ponsel ke telinganya.

"Y-ya, k-kenapa?" tanya Yuji gugup, sambil menelan liur yang terasa hambar di tenggorokan.

"Kimi wa doko? Hayaku kaere!" jawab suara dari sebrang penuh ketegasan menyuruhnya untuk segera pulang.

"Un, sugu kaeru yo!" Yuji menjawab akan kembali secepat mungkin

"Bakana!" balas suara tegas sang kakak atas kekesalannya.

Sesaat Yuji kembali menyimpan ponselnya di dalam saku celana, ketegangan mulai terasa. Taufik dan Adit menatap wajah sahabat Jepangnya itu yang langsung memerah, bukan karena malu, tetapi karena takut akan marahnya sang kakak yang dikenal sangat tegas dan otoriter terhadap waktu.

"Ha! Aku harus pulang," keluhnya sambil menghela nafas panjang.

"Loh, kita lagi asyik nih, Ji, kenapa pulang begitu terburu-buru? Ah, kamu ini payah!" ledek Taufik tanpa menyadari situasi yang dialami oleh sahabat Jepangnya.

"Aku pasti akan dimarahi lagi oleh kakakku," ujar Yuji dengan raut wajah cemas, tidak bisa diam terlalu lama di tempat itu. "Aku balik dulu ya," pamitnya kepada Taufik dan Adit.

"Ya sudah, hati-hati di jalan, Ji," balas Adit, lalu mereka saling berjabat tangan sebelum berpisah.

Yuji memacu kuda besinya di jalanan yang sunyi, sementara jam menunjukkan pukul 9 malam. Sesaat ia tiba di depan gerbang rumahnya, keheningan terasa menusuk, hanya terganggu oleh suara knalpot sepeda motor yang menyela dari kejauhan.

Anjing-anjing penjaga mulai menggonggong ribut, memberi isyarat kepada sang kakak tentang kedatangan Yuji.

Dengan hati-hati, pemuda itu membuka gerbang, menuntun motornya masuk ke halaman rumah yang sunyi. Suasana budaya Jepang mulai terasa begitu ia melepas alas sepatu bootnya, mengganti alas kaki dengan sandal santai sebelum melangkah di atas tatami. Dengan lembut, ia menggeser pintu shoji saat hendak memasuki rumah.

"Aku pulang," serunya, suara tersebut memancarkan gema di lorong yang sepi, memantul di dinding-dinding kayu yang tenang.

Di dinding sebelah kanan, dua pedang samurai menyilang, menyimpan misteri atas maksud sang kakak memajang benda-benda tersebut. Yuji menapaki lantai dengan langkah hati-hati, setiap langkahnya menghindari kebisingan.

Saat ia menyeret pintu ruang keluarga di sebelah kanan, lampu seketika menyala, menyorot wajahnya yang terkejut ketika mendapati tatapan tajam dari sang kakak.

"Dari mana saja kamu?" bentak sang kakak dengan suara bariton yang menggema di dalam keheningan.

"A-aku-" belum sempat Yuji menjelaskan, bogem mentah meluncur ke dadanya, membuatnya terhempas dan menabrak meja pendek di ruangan tersebut.

Sang kakak, yang ternyata adalah Akira, musuh bebuyutan Jason sekaligus saingan bisnisnya, berdiri di hadapan sang adik dengan sikap dingin yang memancarkan ancaman.

Akira berjongkok di depan tubuh terkulai Yuji, yang mengerang tak berdaya sambil meraih dadanya yang terasa sakit akibat tindakan kasar sang kakak. Tanpa belas kasihan, Akira mencengkram rambut adiknya, memancarkan tatapan tajam yang tak terhindarkan.

"Bukankah aku sudah memperingatkan mu?" bentaknya dengan suara berat, "Jangan bergaul dengan orang-orang lokal! Kenapa kamu masih tidak mematuhi aturanku, huh? Aku menyuruhmu untuk mengurus perusahaan, bukan malah berkeliaran tanpa arah seperti ini! Kamu berani membangkang padaku?"

Tamparan keras mendarat di pipi Yuji, sementara ia tak berdaya untuk melawan. Sang kakak bukanlah lawan yang sebanding; Akira adalah seorang atlet karate dan anggota kelompok Yakuza yang berbahaya. Dibalik tampangnya yang dingin, mungkin saja ia akan segera memegang kendali penuh atas kelompok tersebut.

Yuji menunduk lemah, air mata mulai membasahi pipi, dan luka di sudut bibirnya mulai mengeluarkan darah segar.

"A-aku minta maaf," bisiknya terbata sambil mengusap darah di sudut bibirnya.

Akira, masih dalam kemarahan, meraih pedang samurai dengan gerakan tegas, mengeluarkan benda tersebut dari wadahnya. Kilatan cahaya memantul dari mata pedang yang menggambarkan keganasan.

Mata Yuji melebar kaget saat samurai itu mampu memantulkan bayangan, menciptakan citra yang menakutkan.

Yuji bisa menatap wajahnya sendiri yang penuh ketakutan dalam bayangan benda tajam itu.

"Kalau kamu berani melanggar aturanku lagi," ancam Akira dengan nada dingin, "ujung pedang ini akan merobek perutmu!" Suara ancaman itu terdengar sejernih pedang samurai mematikan yang dipegangnya saat ini.

Yuji duduk di atas tumit yang terlipat, tubuhnya tegak namun kepala tertunduk sebagai bentuk permintaan maaf yang tulus.

"Berdiri!" sentak Akira, menyuruh pemuda itu untuk bangkit, dan Yuji segera menaikkan tubuhnya, kembali menundukkan kepala beberapa kali sebagai tanda hormat.

"Aku minta maaf, aku minta maaf," ucapnya berulang kali dengan suara gemetar yang penuh penyesalan, mencerminkan ketulusan dalam permintaan maafnya.

...****************...

Di kediaman Jason, Willy tiba sambil membawa ransel yang di gendongannya karena untuk persiapan liburan ke Villa di Sindangwangi, Jawa Barat, esok pagi. Jason langsung membuka pintu begitu mendengar kedatangan sahabatnya.

"Masuk, Will," sambutnya ramah, mempersilahkan Willy masuk ke dalam.

Jessica dan Cindy turut menyambut kedatangan Willy, dengan candaan ringan dari Jessica, "Kak Willy mau kemana, pake bawa ransel segala? Mau naik ke puncak gunung, ya?"

"Hehe... Kami mau ke Villa. Mau ikut, Jess?" tawar Willy, tapi Jessica menggeleng.

"Hmm... Tidak, terima kasih," tolak Jessica.

Jason berbisik pada Willy, "Jangan ajak dia, dia lagi kasmaran." suara bisikannya masih terdengar oleh Jessica dan Cindy.

Willy kemudian fokus pada Cindy, yang sejak tadi dipeluk erat oleh Jason.

"Hmmm... Oh, ternyata ini yang berhasil meluluhkan kerasnya hatimu, Jas," tunjuk Willy pada gadis yang berada di sebelah Jason.

"Ya, dan kami sebentar lagi akan menikah. Kamu tidak akan bisa mencibirku lagi, sekarang kamu yang jomblo. Ternyata benar apa kata orang, dunia ini berputar," goda Jason, membuat semua tertawa.

Jessica mengerutkan keningnya, heran mendengar ucapan sang kakak sepupunya tersebut.

"Loh, bukannya Kak Willy mau menikah 3 hari lagi? Kok sudah jadi jomblo? Gimana ceritanya, coba?" tanyanya agak terkejut.

"Ya, dia baru saja diselingkuhi oleh Karina-" Jason hendak menjelaskan, tapi langsung terhenti ketika Willy angkat suara untuk menyela.

"Jas, sudahlah! Malu kalau semuanya diceritakan," tegurnya, membuat Jason berhenti berbicara.

"Sabar saja, Kak Will. Semoga Kakak dapat menemukan penggantinya, yang tentu saja lebih baik dari Karina," harap Jessica dengan tulus, dan Willy mengangguk setuju.

"Amin," jawab Willy penuh harapan.

Jason memandu Willy ke kamar tamu, menginginkan agar sahabatnya bisa beristirahat dengan baik untuk memulai perjalanan esok pagi supaya tubuhnya segar dan bugar. Setelah mengantar Willy, ia kemudian memandu Cindy menuju kamar mereka seperti malam kemarin.

"Kita tidak tidur satu kamar lagi, ya," ucap Cindy saat hendak berbelok menuju kamarnya.

"Kenapa?" Jason tampak tidak setuju dengan saran Cindy.

"Sekarang di sini sudah tidak sepi seperti kemarin, jadi kita tidur di kamar masing-masing. Lagian, malu sama Jessica dan Kak Willy kalau mereka tahu kita tidur sekamar," oceh Cindy, tapi Jason langsung menempelkan bibirnya secara singkat pada bibir Cindy.

"Tidak! Kita akan tetap tidur di kamar yang sama," kata Jason tegas, lalu menarik lengan Cindy untuk memasuki kamarnya, menutup pintu rapat-rapat.

Di luar kamar, Willy mengintip kegiatan mereka sebelum masuk barusan.

"Hmm... Ternyata si Jason bisa agresif juga," gumam Willy, sambil mengangguk-anggukkan kepala dan tersenyum aneh.

...

Bersambung...

1
Bilqies
Hay Thor aku mampir niiih...
mampir juga yaa di karya ku /Smile/
Kim Jong Unch: Makasih ya kak
total 1 replies
Arista Itaacep22
lanjut thor
Kim Jong Unch
Semangat
anita
cindy gadis lugu..percaya aja d kibuli alvian.lugu kyak saya😁😁😁😁
Arista Itaacep22
seru thor cerita ny, tapi sayang baru sedikit sudah habis aja
Kim Jong Unch: Makasih, sudah mampir kak. ☺️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!