NovelToon NovelToon
Cinta Suci Aerra

Cinta Suci Aerra

Status: sedang berlangsung
Genre:Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: manda80

Aerra adalah seorang wanita yang tulus terhadap pasangannya. Namun, sayang sekali pacarnya terlambat untuk melamarnya sehingga dirinya di jodohkan oleh pria yang lebih kaya oleh ibunya. Tapi, apakah Aerra merasakan kebahagiaan di dalam pernikahan itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon manda80, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Loyalitas Pada Pembunuhan

Lututku benar-benar lemas. Aku tidak bergerak, terpaku pada genangan darah yang perlahan menyebar di jalanan aspal, merayap dari bawah tubuh Windu. Di dalam pikiran beku itu, aku tahu Lika sudah pergi. Tugasnya—membuat dokumentasi sempurna—sudah selesai. Kini hanya ada aku, seorang pembunuh bayaran yang baru saja bekerja, dan pria sekarat di jalanan.

“Ayo, Nyonya,” desis Nando lagi. Dia tidak mengangkat pisaunya; ia justru menyarungkannya kembali ke dalam jaket, seolah baru saja mengakhiri pertengkaran kecil dengan seekor lalat, bukan menikam seorang manusia dewasa.

“Dia… dia sekarat,” bisikku, suaraku parau. Aku berusaha mengambil langkah mundur, tetapi tubuhku menolak bekerja sama.

Nando hanya mendengus. Matanya yang gelap memindai sekeliling, memastikan tidak ada saksi. “Windu tahu risiko bermain-main dengan wilayah Bos. Ini bukan urusanmu, Aerra. Ini urusan karir, uang, dan loyalitas.”

“Loyalitas pada apa? Pada pembunuhan?” aku memejamkan mata, membiarkan kemarahan mengalahkan rasa takut. “Aku tidak mau ikut denganmu! Aldo itu iblis!”

“Dia suamimu,” Nando membalas dingin, tangannya yang besar meraih sikuku. Kali ini ia tidak meminta, ia menyeretku. Kekuatannya luar biasa. Aku meronta, tetapi seperti mencoba menahan beton yang bergerak.

“Aku tidak tahu apa yang kalian rencanakan, tapi kalian tidak bisa membawaku!”

“Bos tidak punya rencana lagi, Aerra. Kamu kabur, dia mengambil tindakan pencegahan. Cepat, kita tidak punya waktu untuk drama,” katanya, memaksa membuka pintu mobil sedan itu.

“Kamu tidak mengerti! Aku baru tahu semua yang direncanakan Windu! Tentang perselingkuhan Aldo dengan Lika, tentang bisnis ilegalnya!” aku menembakkan semua tuduhan yang kuterima dari Windu, berharap melihat sedikit keraguan di mata pria ini. Namun, mata Nando tetap datar.

Nando mendorongku masuk ke kursi belakang dan membanting pintu. Dia mengabaikan tubuh Windu yang sekarang tampak seperti tumpukan kain tak berbentuk di tengah jalan. Nando masuk ke kursi pengemudi.

“Perselingkuhan? Bisnis ilegal?” Nando tertawa pendek, tawa yang sama sekali tidak lucu. Dia menoleh, menatapku tajam di kaca spion. “Kamu percaya pria yang baru saja di tusuk karena nekat mencoba menculikmu, Nyonya? Siapa yang bilang dia diselamatkan dari kejahatan, jika kejahatan itu adalah dia sendiri yang merancangnya?”

“Dia bilang punya bukti!” balasku. Nafasku memburu, air mata sudah menggenang di sudut mataku.

“Setiap orang punya cerita versi mereka sendiri, Aerra. Windu ingin kamu. Aldo ingin kamu. Dan sekarang, Bos sudah sangat marah,” Nando menyalakan mesin. Deru mesin itu terasa seperti deru pemakamanku.

“Kalau Aldo benar-benar suamiku, kenapa dia mengirim orang untuk menyakitiku? Aku sudah berusaha kembali ke rumah sakit tadi! Aku hanya terpaksa keluar bersamanya!”

Nando mulai mengemudikan mobilnya dengan mulus. Kami meninggalkan tubuh Windu yang tak berdaya dan lingkungan yang sepi itu. Aku merasa mual. Apakah aku baru saja menyaksikan sebuah pembunuhan? Atas perintah suamiku sendiri?

“Dia mengirimku bukan untuk menyakitimu. Dia mengirimku untuk menjemputmu,” Nando menjelaskan dengan suara profesional, seolah sedang melaporkan data penjualan. “Aldo tahu kamu dalam masalah sejak tadi pagi. Kami sudah melacak ponselmu sejak Vika menelepon ibumu, Susi.”

Jantungku berdebar lagi. Vika? Mama Windu? Mereka bekerja sama menjebakku, dan Aldo—melalui jaringan orang-orangnya—sudah tahu rencana itu sejak awal?

“Jadi, ibuku bekerja sama dengan Mama Windu? Mereka hanya ingin membuat keributan supaya aku kabur dengan Windu?”

“Kami tidak peduli tentang rencana drama para ibu itu. Kami hanya tahu kamu akan berada dalam situasi yang buruk, Aerra. Bos sudah memprediksi ini,” Nando menoleh sedikit. “Kamu harus tahu, Aldo bukan hanya Direktur Utama. Dia tahu cara bekerja, dan dia tahu cara membersihkan kekacauan.”

“Termasuk menusuk mantan karyawannya sendiri?”

“Windu Baskara melintasi batas yang tidak boleh dilewati, Nyonya. Dia mencoba menghancurkan aset yang paling berharga bagi Bos, yaitu kamu. Itu adalah hukuman. Tidak lebih, tidak kurang.”

Air mata keputusasaan akhirnya menetes. Aset? Apakah itu yang selama ini aku? Harta milik Aldo yang harus dijaga dari pesaing, bahkan jika harus dengan cara kejam? Lima tahun pengabdianku, lima tahun kebaikan Aldo, apakah itu hanya topeng yang menyembunyikan sisi kriminal dan sadisnya?

“Aku harus melapor ke polisi. Tentang Windu. Kamu tahu aku tidak terlibat!” seruku, berusaha menemukan pegangan moral di tengah kehancuran ini.

Nando hanya menggeleng. “Tidak ada yang akan percaya. Kamu sudah bersama Windu, keluar dari rumah sakit, mencoba kabur dari rumah suamimu. Dan Lika ada di sana untuk memastikan ceritanya benar-benar hancur.”

Nama Lika menusukku. “Kamu tahu dia ada di sana? Dia merekam semuanya! Untuk apa?”

“Tentu saja aku tahu,” Nando berkata tanpa emosi. “Lika ada di bawah perlindungan Aldo sekarang. Dia bukan lagi adik kecilmu yang iri hati. Dia aset baru Aldo untuk memenangkan perceraian jika kamu nekat mengajukannya.”

Otakku berputar. Lika adalah pengkhianat sejati, tidak hanya mencoba merebut suamiku, tetapi sekarang ia menjadi senjata legal untuk menghancurkanku jika aku berani melawan.

“Tapi Windu bilang mereka selingkuh… Windu bilang Aldo memanipulasi Lika,” gumamku.

“Tidak ada perselingkuhan yang sah di mata Bos,” Nando terkekeh lagi, semakin menakutkan. “Lika hanya melakukan apa yang Bos perintahkan: memastikan kamu berada dalam tekanan yang cukup agar kembali kepadanya tanpa perlawanan, atau jika kamu lari, kamu akan jatuh ke pelukan pria manipulatif yang bisa kami habisi tanpa sisa. Bos selalu ingin kamu kembali. Bahkan dengan cara seperti ini.”

Kami telah memasuki jalan utama yang ramai, dan mobil ini melaju kembali ke jantung kota, menuju mansion besar milik Aldo. Kecepatan mobil itu menyaingi detak jantungku.

“Aku tidak tahu harus percaya siapa lagi. Windu berbohong. Lika menjebakku. Dan Aldo mengirimmu untuk membunuh orang,” aku menyandarkan kepala di jendela yang dingin. “Aku mau apa lagi, Nando? Apakah aku harus pasrah jadi istri penjahat?”

Nando tiba-tiba mengerem sebentar di lampu merah. Dia memutar lehernya, pandangannya tidak lagi di kaca spion, melainkan menatap langsung mataku. Pandangan itu sedingin baja.

“Dengarkan baik-baik, Aerra. Sekarang kamu tahu Bos tidak selembut yang kamu pikirkan. Semua orang dalam lingkaran ini adalah predator. Lika, Susi, Windu—mereka semua ingin mencabik-cabik Aldo dan hartanya. Tapi kamu… kamu adalah satu-satunya yang selama lima tahun ini dilindungi Bos dari kekejaman ini.”

“Melindungi? Dengan menusuk orang yang mencoba menolongku?”

“Itu harga yang harus dibayar oleh orang yang mengira bisa mengambil apa yang menjadi milik Aldo. Dia tidak marah padamu, Nyonya. Dia kecewa karena kamu lebih memilih lari daripada menghadapi kejujuran pernikahan kalian.”

“Apa kejujuran itu?”

“Dia mencintaimu, itu yang utama. Dan dia tahu kamu tidak pernah mencintainya. Dia menoleransi itu selama lima tahun, berharap hatimu terbuka. Tapi hari ini, kamu menunjukkan betapa berbahayanya jika kamu berada di luar jangkauannya.” Nando menjeda. Lampu berubah hijau.

“Ketika kamu masuk ke rumah ini, kamu harus bersikap layaknya Nyonya Aldo yang berbakti dan ketakutan. Jika kamu mencoba melawan, kamu bukan hanya menghancurkan dirimu, tetapi juga membahayakan semua yang kamu cintai. Termasuk dirimu sendiri. Kamu sekarang telah melihat betapa mudahnya bagi Aldo untuk menghapus seseorang.”

Aku diam. Kata-katanya lebih efektif daripada ancaman pisau. Aldo telah menarik garis tegas: dia mencintaiku, tetapi cintanya bersifat kepemilikan. Melarikan diri darinya sama dengan bunuh diri.

Mobil berhenti. Kami telah sampai di depan gerbang hitam yang menjulang tinggi, gerbang menuju rumah Aldo yang tampak seperti istana terisolasi. Pintu gerbang terbuka otomatis seolah sudah menunggu kedatangan kami.

Nando mematikan mesin, tetapi ia tidak buru-buru keluar. Dia menatapku sekali lagi, dengan intensitas yang membuatku merinding.

“Ingat, Aerra. Sebelum kamu sampai ke sana, ada satu hal lagi yang harus kamu pahami tentang Aldo.”

Aku menunggu, napasku tertahan.

“Dia memang tahu kamu tidak pernah mencintainya. Tapi ada satu rahasia lain yang belum dia katakan padamu. Aldo tahu bahwa di dalam hatimu, jauh sebelum Windu datang lagi, ada celah yang telah kamu buka untuknya, meskipun kamu menolak mengakuinya.”

Celah? Aku tidak pernah merasa ada cinta untuknya, hanya rasa terima kasih dan kepatuhan.

“Dia telah mengumpulkan semua bukti kecil tentang kasih sayang yang kamu tunjukkan selama lima tahun. Dan saat ini, dia siap untuk menggunakan bukti-bukti itu melawanmu. Kamu mungkin tidak mencintainya, tapi dia tahu kamu terikat. Dan jika kamu melawan, dia akan memastikan ikatan itu menghancurkanmu. Jangan remehkan kekuatan cinta bucin yang haus kendali, Nyonya.”

Nando akhirnya membuka pintu, mengakhiri pembicaraan mengerikan ini. Aku melangkah keluar, langsung disambut oleh tatapan dua pengawal lain di teras. Mansion itu terlihat damai, mewah, dan menipu. Di balik gerbang ini, aku kembali pada Direktur yang mencintaiku—tetapi cinta yang menuntut kepatuhan mutlak dan telah mencoreng tangannya dengan darah.

Aku tahu pertanyaannya bukan lagi maukah aku kembali pada Aldo? Melainkan, bagaimana aku bisa bertahan hidup di dalam sarang penjahat ini, sekarang setelah semua topeng telah terbuka?

Lika. Windu. Susi. Dan sekarang, Aldo yang baru dan menakutkan. Aku adalah Nyonya Direktur, tawanan di penjara berlian.

Nando meraih tanganku dengan lembut—perbedaan mencolok dari kekejamannya tadi—dan mengantarku melangkah menaiki tangga. Di ambang pintu utama, tepat di mana lampu kristal menerangi koridor, berdiri sesosok pria tinggi, tegap, mengenakan piama sutra gelap. Wajahnya tampan, dingin, dan tatapannya yang lurus ke arahku adalah perpaduan antara kepedihan dan kemarahan.

Aldo.

Dia melipat tangannya di dada. Matanya berkilat, dan suara beratnya memecah keheningan yang menyesakkan itu.

“Kamu akhirnya kembali, Aerra. Sudah bersenang-senang dengan kekasih sejatimu?”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!