Aghnia Khalid adalah putri bungsu salah satu Emir Qatar dan putri Emir Al Jordan, Alexander Khalid dan Kalila Al Jordan. Gara-gara kakaknya, Kaysan mengundang band rock favorit nya di acara ulang tahunnya yang ke 24, Aghnia yang berusia 22 tahun berkenalan dengan Mark Becker, sang vokalis.
Tanpa dinyana Mark jatuh cinta dengan putri Emir itu tapi Aghnia tidak menyukai kehidupan bebas Mark yang memiliki banyak cewek-cewek groupies. Aghnia menolak mentah-mentah perasaan Mark.
Tanpa Aghnia tahu, Mark menyimpan identitas rahasia dan mau tidak mau, demi mendapatkan putri Emir, Mark harus melepaskan kehidupan hedonisme nya lalu kembali ke kehidupan aslinya.
Generasi Ketujuh Klan Pratomo
Jangan plagiat !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ruang Interogasi
Kantor Kepolisian Washington DC
Aghnia memberikan teh panas ke Mark yang masih belum bisa menerima kenyataan bahwa teman bandnya selama lima tahun lebih, bisa melakukan hal keji seperti itu. Mark sungguh tidak tahu jika Lunox memiliki perasaan yang lebih dari sekedar teman.
"Are you okay, Mark?" tanya Aghnia yang duduk di sebelahnya saat mereka berada di kantor polisi karena selain menjebloskan Lunox ke sel tahanan, pihak kepolisian juga harus menginterogasi Jeddah yang menembak Lunox. Agen Dazzle ikut mendampingi dan sekarang mereka sedang menunggu Pedro Pascal datang.
"I'm not okay, sayang ..." bisik Mark sambil menyesap tehnya. "Aku tidak menyangka... Sungguh !"
"Apakah selama kalian nge-band, tidak tahu orientasi s3ksual masing-masing?" tanya Aghnia.
"Aku memang tidak bisa dengan siapapun, princess... Dan kalau ada berita di luaran soal kehidupan hedonisme aku, sengaja aku biarkan agar tidak tahu sebenarnya..." jawab Mark. "Biasanya usai manggung, mereka pasti bawa cewek ke kamar dan aku selalu sendiri dengan alasan mabuk atau ngantuk... Lunox membawa cewek ke kamar juga ... "
"Apa mungkin dia Bi?" gumam Aghnia.
"Mungkin..."
Keduanya menoleh saat Pedro Pascal datang bersama dengan dua agen FBI lainnya.
"Dimana Jeddah?" tanya Pedro.
"Masih diinterogasi Oom. Dazzle ada sama dia dan Dipta serta Jordy mengawasi dari balik kaca ..."jawab Aghnia.
Pedro mengangguk. "Lalu Lunox ?"
"Sudah di sel ..."
"Oke. Aku akan ke tempat Jeddah." Pedro Pascal pun berjalan masuk ke dalam kantor kepolisian itu dan menemui Kapten Kepolisian Washington.
Aghnia memegang tangan Mark yang bebas seolah memberikan kekuatan pada pria itu yang masih merasa shock dan tidak percaya.
"Apa yang Lunox perbuat, itu bukan kesalahan kamu ... Bukan tanggung jawab kamu dia seperti itu..." ucap Aghnia.
"Aku merasa kasihan pada korban dan keluarganya..." Mark menatap Aghnia sendu. "Mereka tidak bersalah ... Tidak tahu apapun..."
***
Pedro Pascal mendatangi ruang interogasi dimana Jeddah dan Dazzle sedang menghadapi dua detektif yang menangkap Lunox.
"Miss Jeddah adalah pengawal Princess Aghnia of Qatar dan dia memiliki lisensi menembak internasional..." ucap Pedro saat masuk ke dalam ruang interogasi. "Keselamatan Princess Aghnia adalah tanggung jawabnya jadi wajar bukan?"
"Benar Agen Pascal dan saya bersyukur Miss Jeddah menembak dengan peluru bius..." ucap detektif itu. "Kami hanya memeriksa ulang."
Pedro Pascal menoleh ke Jeddah. "Kamu baik-baik Jeddah?"
"Aku baik-baik saja, Agen Pascal" senyum Jeddah.
Pedro Pascal dan dua detektif itu pun berdiskusi tentang nasib Lunox ke depannya. Apalagi Jeddah menembak dengan peluru bius yang baru bisa membuatnya sadar 12 jam kemudian.
Semua orang lalu memutuskan untuk beristirahat dulu, karena yang paling penting, unsub sudah tertangkap dan di dalam sel.
***
Kediaman Keluarga Kershaw
"Kamu baik-baik saja boy ?" tanya Nathaniel.
"No Dad..." jawab Mark lelah.
Ibu Mark langsung memeluk putra bungsunya. "Untung Aghnia selamat ..."
"Thanks Mom..." Mark membalas pelukan ibunya.
Nathaniel menggelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan Lunox karena dirinya mengira rocker itu pasti lurusnya karena mereka garang di panggung. Ternyata tidak menjamin juga.
"Lalu kamu mau gimana?" tanya Nathaniel.
"Yang jelas aku hendak ke kantor polisi. Aku ingin tahu kenapa Lunox sampai tega berbuat seperti itu..." jawab Mark.
"Berhati-hatilah, boy. Aghnia di hotel kan bersama Jeddah ?" tanya Nathaniel.
"Iya, bersama Dipta juga."
***
Kamar Hotel Aghnia
Rylee yang mendapatkan libur dari akademi, langsung mendatangi kakaknya yang tampak santai dari kejadian semalam.
"Kamu nggak papa mbak?" tanya Rylee sambil memeluk Aghnia.
"Nggak papa. Kan banyak pengawalnya..." senyum Aghnia sambil membalas pelukan Rylee.
"Duh, bokap udah panik aja dengar dari Oom Pedro ..." ujar Rylee sambil melepaskan pelukannya.
Aghnia memicingkan matanya. "Ry, bokap lu itu vampir. Oom Jayde itu 11-12 sama Oom Wira... Kagak mungkin panik dot com macam kamu ..."
Rylee nyengir. "Yang panik nyokap sama aku sih.."
"Dasar !" kekeh Aghnia.
"Mbak, mau lihat proses interogasi?" tawar Naradipta yang membaca pesan dari Dazzle.
Aghnia menggelengkan kepalanya. "Tidak usah.. Aku mengurangi hawa negatif dari kasus pembunuhan berantai... Sungguh bikin aku tidak habis pikir... Salah aku dimana ..."
"Salahmu itu pacaran sama rocker !" gelak Rylee. "Hai Jeddah ... Sayang semalam nggak pakai peluru tajam ya..."
Jeddah hanya tersenyum. "Dilarang tuan Pascal..."
"Iya sih... Terlalu enak kalau si Lunox mokat. Harus menghadapi semua anggota keluarga para wanita yang dia bunuh ! Bagaimana pun, meskipun sebagian besar korbannya pekerja malam komersial, bukan berarti bisa seenaknya dihilangkan nyawanya begitu saja !" gumam Rylee.
"Kamu beneran sudah yakin jadi agen FBI, Ry?" tanya Aghnia.
"Yakin lah. Bokap yang yang pusing karena pengganti kantor akuntan nya tidak ada ..." gelak Rylee.
"Dasar !"
***
Ruang Interogasi FBI Headquarters Quantico
Agen Pedro Pascal dan Agen Dazzle menatap wajah Lunox yang masih terdapat sisa-sisa obat tidur. Dua gelas berisikan kopi hitam pahit sudah kosong namun rasa kantuk itu belum sepenuhnya hilang.
"Dimana Mark ..." bisik Lunox.
"Ada. Kenapa?" tanya Pedro.
"Aku ingin bicara dengannya."
"Why?"
Lunox menatap Pedro Pascal. "Aku hanya ingin berbicara dengan Mark !"
"Tidak sampai aku ijinkan !" balas Pedro.
BRAK!
Lunox menggebrak meja hingga dua gelas kertas itu terlempar jatuh ke lantai. "BAWA MARK MASUK !"
Pedro menoleh ke arah kaca dua arah.
"Biarkan aku masuk, Agen Pascal. Aku ingin tahu dua mau bicara apa. Siapa tahu aku bisa mendapatkan keterangan alasan dia membunuh banyak wanita yang mirip Aghnia..." ucap Mark ke earpiece Pedro.
"Baiklah ... Mark akan masuk..." Pedro melirik tajam ke Lunox.
"Hanya kami berdua."
"Tidak bisa ! Mark masuk dengan dikawal agen Dazzle atau tidak ada Mark sama sekali !" balas Pedro Pascal tegas.
"Baiklah ... Hanya agen Dazzle !" jawab Lunox.
Pedro Pascal pun keluar dan memberikan kode ke Dazzle untuk tetap siaga. Agen FBI berkulit hitam itu mengangguk ke arah Bossnya.
Tak lama, Mark pun masuk ke dalam ruang interogasi dan Lunox memberikan senyum manis.
"Aku sudah di dalam ... Apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya Mark sambil duduk bersebelahan dengan Agen Dazzle.
"Aku rindu padamu Mark ..."
Mark Becker pun merasa bulu kuduknya berdiri.
***
Yuhuuuu Up Siang Yaaaaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂💕
yg glau pwangnya,bru d tnggl sbln udh kurus....
Nah looohhh......mau bka puasa y???
pdhl bru nympe loh,ga cpe apa????
lepas kangen lahhh itu
scr Sultan yg duitnya nggk berseri..
😂😂😂
apa kita masih sayang sama pasangan ato cuma karena hadirnya anak" sebagai pengikat