Istri Kesayangan Si Tuan Lumpuh

Ririn pun menemui Lena dengan wajah kebingungan.

" Ibu bagaimana?, aku tidak betah di sini makanan di sini tidak manusiawi Ibu, masak nasi kering diberikan padaku, lauknya pun tidak rata, aku tidak pernah mendapatkan lauk, tidur di lantai membuat tubuhku sakit, aku inging keluar!" Lena merengek pada ibunya.

" Ibu tidak tahu harus bagaimana, jika Ibu membujuk adikmu dan ketahuan keluarga suaminya, Ibu akan melanggar kontrak, dan ibu tidak akan sanggup membayarnya." Ririn benar-benar buntu.

Punya anak laki-laki pun juga sudah tidak mau berhubungan dengannya, punya suami juga sangat pasif, seperti tidak memiliki suami.

"Ibu, jual rumah itu, atau gadaikan pada bank dan tebus aku Bu!" pinta Lena.

"Apa?" Ririn terkejut dia tidak mungkin menggadaikan rumah itu, bagaimana jika tidak bisa membayarnya, lalu rumah yang sudah diimpikan itu hilang bagai ditelan bumi.

" Ibu, aku anakmu apa lebih penting rumah itu dari pada Lena?" Lena sangat emosi.

" Kau ini, hanya bisa menyusahkan orang tua, kau dan abangmu itu seperti kutukan dalam hidupku!" Ririn pun segera pergi meninggalkan Lena.

Hatinya terbakar emosi sesaat, karena sangat buntu pikirannya, dan anaknya pun tidak tahu berterima kasih.

Ririn bingung harus mencari uang kemana untuk menebus anaknya itu.

Sekarang Ririn agak menyesal sudah memberikan anaknya yang penurut itu, pada keluarga Yomana, tapi bagaimana lagi, kehidupannya sangat sulit sekali.

Dia tidak bisa hidup terus dengan lilitan hutang yang makin hari makin membengkak, itu semua juga ulah Lena dan juga Sanny.

Justru Bulan tidak pernah menyusahkannya sama sekali, dia sekolah pun juga membiayai sendiri sampai lulus.

" Apa aku salah, sudah memberikan Bulan pada mereka?" Ujar Ririn terduduk di teras depan kediamannya.

"Sudah terlambat kau menyesal!" ujar Rudy.

" Diamlah, jika kau bisa diandalakan kita tidak mungkin kehilangan semua anak kita, itu karena kau tidak becus sebagai kepala keluarga!" Ririn semakin emosi.

Rudy pun segera pergi, dia juga tidak mau bertengkar dengan istrinya, dia menyadari jika dia tidak bisa diandalkan.

Pendapatannya sebagaimana buruh tani hanya cukup untuk makan saja, sekarang dia malah menganggur karena tidak ada kerjaan di kota.

Karena dia hanya memiliki keahlian bertani saja.

Ririn sudah tidak tahu harus kemana lagi dia ini mencari tambahan uang. Karena uangnya tidak sebanyak itu.

Ririn pun tidak ada jalan lain selain menemui James lagi.

Ririn pun mencari tahu di mana perusahaan Yomana, setelah mendapatkan alamat perusahaan Yomana Ririn pun segera pergi ke perusahaan itu.

Dia sudah mendatangi perusahaan itu sebanyak 5 kali tapi di tolak terus oleh James.

Sampai akhirnya tidak sengaja Ririn bertemu dengan Sanny.

" Sanny, ... " Ririn langsung menghampiri putranya sambil menangis.

" Ibu, apa yang kau tangiskan?" tanya Sanny.

" Tolonglah adikmu Sanny, Ibu sudah buntu, seburuk-buruknya Lena dia tetap adikmu, dia sangat menderita di dalam penjara." Ujar Ririn menangis.

" Lalu bagaimana dengan Bulan?, dia bahkan tidak pernah membuatmu kesusahan, apakah dia bukan anakmu?" Sanny sangat marah pada ibunya.

" Ibu menyesal, ibu menyesal Sanny, ibu juga tidak mau seperti ini, tapi kau tahu kita hidup susah karena apa?, ibu juga sulit!" ujar Ririn.

Sanny juga menyadari jika dirinya jugalah yang membuat keluarganya terlilit hutang banyak.

" Sanny minta maaf Bu, Sanny akan mengganti semua kerugian yang telah Sanny perbuat, Sanny akan hitung semuanya, tapi Sanny tetap tidak bisa membantu Lena." ujar Sanny.

" Tapi yang terpenting itu adikmu keluar dari penjara!" ujar Ririn.

"Maaf jika itu Lena aku tidak bisa, aku akan ke rumah membawa uangku nanti." ujar Sanny.

Sanny pun segera masuk ke dalam perusahaan, tentu saja dia sangat sedih, dia juga merasa bersalah.

Sanny pun masuk ke ruangan James dengan wajah yang begitu buruk.

" Tuan, saya ingin berbicara dengan anda saja boleh?" tanya Sanny.

" Ya, ..." Betran pun segera keluar.

" Ada apa?, kenapa kau kemari sendirian?" tanya James.

" Tuan Bulan meminta saya untuk memberitahu anda jika dia mungkin terlambat pulang karena ada jam tambahan lagi, katanya ponsel anda tidak bisa dihubungi." ujar Sanny.

James melihat ke layar handphonenya.

Ternyata mode pesawatnya belum dia nyalakan setelah selesai rapat.

"Oh ok... Katakan ada apa Sanny?" tanya James sambil membalas pesan istrinya.

Sanny menceritakan semuanya yang terjadi pada James, pada intinya dia butuh uang untuk mengembalikan uang ibunya yang terpakai selama ini untuk masalah yang dia lakukan.

"Berapa yang kau butuhkan?, meskipun ibumu itu buruk kau tidak bisa hanya dengan mengembalikan uang maka urusan selesai Sanny, kau tidak akan pernah bisa membalas semua jasa ibumu seumur hidupmu, kau adalah anak laki-laki yang seumur hidupmu adalah milik ibumu, tapi berbeda dengan Bulan, itu hak ibumu menukar Bulan dengan harta, tapi sekarang Bulan sudah menjadi istriku dia tidak punya kewajiban apapun selain berbakti padaku saja!" Ujar James.

"Kenapa anda malah membela ibuku?" Sanny cukup terkejut.

"Siapa yang membela ibumu, ya sudah kau mau uang berapa?, katakan!" ujar James

James tidak mau memperpanjang urusan.

" 200 juta. " Jawab Sanny agak ragu karena takut kebanyakan.

Tapi James malah langsung memberikan cek dengan nilai 300 juta secara cuma-cuma.

" Kau sungguh ingin terlepas dari keluargamu, baiklah ambil ini!" ujar James.

" Nanti bisakah di potong dari gaji saya?" tanya Sanny.

" Anggap saja aku membeli kesetiaanmu, kau tidak boleh mengkhianatiku dan Bulan!" ujar James.

" Baik!, terimakasih!" Sanny dengan wajah sumringah segera keluar.

Dia tidak menyangka jika James sangat baik hati.

Sanny pun tidak ragu lagi untuk mengikuti James dan menjadi orang kepercayaannya sekarang.

"300 juta juga belum cukup untuk menebus Lena Tuan!" ujar Betran.

"Memangnya ibunya akan menebus Lena?" ujar James.

" Hah?" Betran agak bingung dengan maksud tuannya.

"Jika berniat juga dia tinggal menggadaikan sertifikat rumah, rumah mereka itu 3 M lebih nilainya." ujar James.

" Lalu niatnya apa dia ke perusahaan?, aku kira dia ingin bernegosiasi dengan anda untuk mengeluarkan Lena."

Betran tak habis pikir dengan Ibu Bulan itu.

"Dilihat saja nanti." ujar James.

" Tuan, bagaimana jika aku juga menyelidiki keluarga Bulan itu?" tanya Betran.

" Jika kau bersedia maka lakukan saja!" James juga penasaran, karena Betran bersedia maka itu sangat bagus.

Betran pun langsung bergegas pergi untuk menyelidiki tentang keluarga Bulan, Betran pergi ke kampung halaman Bulan.

Dia mencari tahu dari cerita - cerita tentang keluarga Bulan itu.

Betran tidak hanya bertanya pada satu dua orang saja, tapi hampir semua orang yang kenal dengan keluarga Bulan dia tanyai dengan detail.

Lalu Betran mengambil poin-poin pentingnya.