Papa, Mama Jadi Hantu

Kami pergi lagi. Menuju ke suatu tempat.

Kami naik. Lumayan berat untuk sampai ke puncaknya itu. Tapi kami berusaha.

”Aduh capek aku. Istirahat dulu.”

Mungkin sebelumnya terkena sesuatu. Hingga badanku ada yang luka. Dan baru terasa kala mendaki bukit ini. Serta mengeluarkan tenaga yang lumayan banyak. Walau tak kami rasakan. Tapi saat menguras tenaga itu, bagian yang sakit dan tentunya tak sebaik yang lain akan semakin terkena. Hingga beban terasa di rasakan pada posisi sakit tadi.

Sehingga berikutnya semakin parah saja kala mesti menggunakannya untuk berbagai kegiatan yang menguras tenaga. Bahkan lagi, kondisi kali ini yang posisinya memang demikian, membuat tambahan tenaga yang tidak sedikit mesti kami keluarkan hingga seakan menguras apa yang kami kuasai.

“Iya.“

Kita duduk sebentar. Pada suatu tanah yang tak rata. Cenderung meninggi. Atau sedikit membentuk gundukan. Disitu bisa untuk duduk. Walau tentu tak sebersih biasanya. Akan tetapi jika di bandingkan dengan sekelilingnya, nampaknya hanya itu yang lumayan.

Karena di sekitarnya, pepohanan rupanya tak banyak. Barangkali sulit air yang bias di serap, sehingga resapannya sama sekali tak kuasa. Ada seperti jalur khusus. Dimana hanya cukup untuk satu orang. Mungkin bila siang dating, suatu ketika banyak orang yang menggunakannya untuk melintasi. Sehingga membentuk semacam jalur yang mongering dengan posisi tanah yang tak bias di tumbuhi tanaman.

Walau di sekitarnya masih ada rumput yang mampu tumbuh. Tapi itu tak menutupi jalur kecil yang sudah rata. Bias saja orang-orang yang membutuhkan sesuatu, misalkan mencari kayu, atau para penduduk yang sekedar mencari kayu bakar, menggunakannya sebagai sebuah jalur.

Jadi bias di fungsikan pada suatu waktu, walau tidak rutin atau teratur. Meskipun begitu karena di lewati, maka akan membuat semacam jalan setapak yang lama kelamaan di hafal sebagai sebuah jalur yang mudah untuk menuju ke suatu tempat yang berdekatan dengan lokasi tersebut.

Ada pohon tapi agak jauh, dan berada di kemiringan yang sulit untuk di capai. Mesti membutuhkan tenaga lagi untuk sampai di sana. Memang pohon demikian bias saja tumbuh di lokasi sulit. Itu mungkin karena benihnya memang terlempar di situ. Dengan adanya tanah, maka mampu juga membuatnya hidup.

Serta menjadikannya tempat tumbuh bagi sebatang pohon yang lama kelamaan meninggi. Dan akar yang kuat akhirnya terbentuk dengan menghujam ke dalam, serta mencari tanah kering diantara bebatuan yang barangkali tak sanggup di tembus. Sehingga kemudian menjadi satu pohon dengan tumbuh di posisi sulit. Walau demikian tak menutup kemungkinan memang sengaja di tanam.

Bila saja terdiri dari banyak pohon yang sejenis. Dengan maksud supaya tanah tersebut tidak menganggur, makanya di tanami yang bias tumbuh. Walau untuk memanennya juga membutuhkan satu usaha tersendiri. Baik tingkat kesulitan maupun bahaya yang menjadi resiko. Kalaupun jatuh pohonnya nanti di posisi yang tak baik, juga mengangkatnya naik akan sulit. Kecuali jika menggunakan mesin yang tidak mudah juga menjangkau lokasi tersebut.

Makanya biasanya masih membutuhkan tenaga manusia untuk lokasi yang susah di jangkau, sebab manusia bias melalui jalan dan posisi yang rumit. Barulah setelah sampai di jalan atau dekat dengan alat angkut, akan menggunakan itu semua setelah menumpuk. Sehingga pekerjaan menjadi sedikit terbantu, dan menjadi lebih cepat. Khususnya mengangkut hasil dari hutan menuju ke pabrik.