Pernikahan adalah sebuah impian bagi semua orang, termasuk Zahra. Namun, pernikahan yang bahagia kini rusak akibat kehadiran orang ketiga. Evan selaku suami, mulai membandingkan Zahra dengan gadis lain.
Suatu hari dia memutuskan untuk menjalin hubungan hingga tidak memperdulikan hati Zahra. Akankah pernikahan mereka mampu diselamatkan? Ataukah Zahra harus merelakan suaminya bersama dengan wanita lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom AL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 20 Mengutarakan isi hati
Zahra yang kebetulan baru saja keluar dari restoran melihat Jhonny yang berjalan ke arah mobil. Zahra dengan sigap memanggil nama pria itu hingga membuat sang empunya menoleh. Dahi Jhon sukses berkerut, dia membatin jika dirinya pernah melihat gadis yang saat ini sedang menghampirinya.
"Maaf, Nona. Apa ada yang bisa saya bantu?"
"Anda Tuan Jhonny 'kan?"
"Ya," jawab Jhon dengan singkat.
"Perkenalkan, saya Zahra. Saya kakaknya Anna, apa Tuan masih mengingat nama Anna?" Zahra mengulurkan tangannya dan disambut hangat oleh Jhonny.
"Tentu saja, gadis itu tidak akan bisa ku lupakan." ucap Jhon jujur karena dia memang menyukai Anna dari dulu sampai sekarang.
"Benarkah? Wah, sepertinya kebetulan kita bertemu di tempat ini. Supaya lebih enak mengobrol, bagaimana jika kita duduk sebentar?"
Jhon mengiyakan ucapan Zahra, mereka berdua duduk dan kemudian memesan minuman.
"Nona, apa Anna terkena masalah?"
"Bukan, Tuan. Maksud saya, Anda lah yang terkena masalah."
Jhonny benar-benar tidak mengerti dengan perkataan Zahra barusan. Dia meminta agar gadis itu menjelaskan semuanya.
"Tuan, apa Anda tidak sadar jika selama ini Anna tertarik pada Anda? Ya, mungkin dia malu untuk mengakuinya, tapi saya sudah tau semuanya."
"Saya masih belum paham,"
"Begini, tadi malam Anna berkunjung ke rumah saya. Dan dia mengatakan jika dirinya sedang melakukan pendekatan dengan Anda, lalu jika semuanya lancar, maka kalian berdua akan segera menikah. Saya sangat bahagia mendengarnya, Tuan. Saya mohon, jaga baik-baik adik saya."
"Anna bicara seperti itu?"
Zahra mengangguk cepat.
"Apa nanti malam saya boleh menemui Anna? Nona, sejujurnya saya juga sudah lama menyukai adik Anda itu. Tapi, saya masih ragu untuk mengutarakan isi hati saya ini."
"Katakan saja padanya, saya yakin dia tidak akan menolak."
Jhonny sangat bersemangat untuk bertemu dengan Anna, bahkan dia tidak sabar menunggu waktu malam tiba.
"Terima kasih karena Anda sudah mengatakan semuanya pada saya, Nona. Kalau begitu saya pamit dulu karena masih ada beberapa pekerjaan di kantor."
"Baiklah, Tuan."
Jhon beranjak dari kursi, dia pergi meninggalkan Zahra yang tersenyum sendiri. Sungguh hati Zahra sangat bahagia karena pada akhirnya sang adik akan menemukan cinta sejatinya yaitu Jhonny.
****
Malam hari pun telah tiba, Zahra meminta agar Anna menginap lagi dirumahnya. Tentu saja Anna tidak menolak karena kesempatannya untuk dekat dengan Evan semakin bertambah. Mereka baru saja selesai mengisi perut, berbeda dari Zahra, wajah Evan kini mengekspresikan rasa ketidaksukaan karena kehadiran Anna. Dia tidak ingin gadis itu mengusiknya terlebih dahulu.
Tak lama kemudian, pintu rumah di ketuk. Zahra yakin jika itu adalah Jhonny. Benar saja, saat pintu terbuka, tampaklah sosok pemuda tampan dengan memakai kemeja dipadu celana jeans panjang dan sepatu. Penampilannya sangat memukau dan keren. Zahra memberikan izin masuk kepada tamunya itu.
Anna sendiri melongo ketika dia melihat Jhonny yang tiba-tiba datang tanpa memberi kabar. Bahkan, sudah cukup lama mereka tidak saling berkomunikasi.
"Tuan?"
Jhonny hanya tersenyum manis, dia memberikan buket bunga kepada Anna. "Ini untukmu,"
"Terima kasih, seharusnya tidak perlu repot-repot seperti ini."
"Mari, Tuan. Silakan duduk!"
Mereka berempat saling diam hingga pada akhirnya, suara Evan memecah keheningan.
"Maaf sebelumnya, Tuan. Ada keperluan apa Anda datang ke rumah saya?"
"Saya minta maaf, Tuan. Saya datang malam-malam seperti ini dan tidak mengabari salah satu dari kalian semua. Tapi, kedatangan saya kesini, untuk bertemu dengan Anna. Itu saja,"
Evan terlihat tidak suka, dia melirik Anna yang mengedikkan bahu.
"Anna, apa kita bisa bicara diluar sebentar saja?"
"Tapi—"
"Pergilah, Anna. Mungkin Tuan Jhonny ingin mengatakan sesuatu yang penting,"
Anna pun menurut, dia dan Jhonny pergi keluar dari rumah Evan. Sementara Evan, pria itu menatap ke arah keduanya tanpa ekspresi. Hal tersebut disadari oleh Zahra, dia menepuk pundak Evan pelan.
"Ada apa, Mas?"
"Aku khawatir saja dengan Anna,"
"Kau tidak perlu merasa khawatir, Tuan Jhonny adalah pria yang baik, percayalah padaku.''
Evan mengangguk. "Biar bagaimanapun, kau dan adikmu adalah tanggungjawabku, Zahra. Jadi jika terjadi sesuatu padamu atau Anna, aku pasti akan menyalahkan diriku sendiri."
"Hei, kenapa kau bicara seperti itu? Tenang saja, berpikir positif."
Mereka berdua saling melempar senyum.
Bersambung