Melodi Asmara di kota Sakura
Rina Tamaki murid baru di sekolah SMU Negeri Sakura, menemui tunangannya Mitsuru Mugita, dengan membawa tugas dari keluarga, untuk menguak suatu misteri.
Namun, pertemuannya dengan tetangga depan rumah yaitu Taiga Yuki, di hari pertama, membuatnya terkesan.
Lalu, seperti apa kisah asmara yang di penuhi oleh gula? yuk ikuti kisahnya di kota Sakura yang penuh dengan misteri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitray Uni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gadis Bar-bar
Malam semakin larut, acara dangdutan sudah berhenti sejak tadi. Para dayang dan servan sudah banyak yang tidur, hanya tersisa beberapa orang servan yang berjaga saja.
Caesar juga sudah tidur dari tadi, di temani oleh pengawal Hitohisa. Dua servan berdiri menjaga pintu, satu bagian dalam dan satu orang lagi berjaga di pintu bagian luar.
Dayang Arisa tidur di tenda yang ke dua dari rumah kayu Caesar. Ia bergabung dengan dayang temannya dan dayang yang bertugas membersihkan kamar Caesar.
Rina duduk di tepi danau buatan, jauh dari jangkauan para servan. Menyepi menyendiri setelah apa yang ia lewati di hari yang panjang itu.
Menatap lurus pada air yang beriak tenang, menandakan angin berhembus tidak begitu kencang.
Krik...
Krik...
Suara itu lagi, seakan Rina familiar dengan suara seperti itu. Ia mencari dengan tatapan matanya, menelusuri setiap jengkal yang samar, karena cahaya lampu yang cukup jauh di atas dekat kemah.
Ia melirik ke belakang yang berbatu tinggi, tetapi kosong tak ada apapun.
"Aku di sini," suara berat sedikit serak berasal dari arah depan.
"Kau, mengagetkan saja, ada perlu apa," tanya Rina datar pada tengkorak putih yang saat ini berdiri menjulang di hadapannya di pinggiran danau.
"Kau ini, kemana saja kau, aku mencari mu ke setiap sudut kota," kata tengkorak itu ikut duduk di samping Rina.
"Katakan ada perlu apa?" Rina tidak menjawab pertanyaan susunan tulang putih itu.
"Kau lupa, tugas yang kau berikan padaku, sudah hampir satu Minggu, perjanjian kita hanya tiga hari, dan ini sudah lewat," kata tengkorak cukup kesal.
"Oh, itu, ya sudah katakan apa hasilnya, ada di mana saudara sepupu ku?" tanya Rina lelah.
"Aku sudah mencari ke setiap sudut sekolah, hasilnya, nol, saudaramu tidak ada di sekolah," kata tengkorak.
"Apa itu artinya," tanya Rina lagi.
"Ya, artinya dia tidak ada di sekolah itu, dulu pernah ada perempuan yang jatuh dari Rooftop, tetapi mayatnya hilang, tidak di temukan," ujar tengkorak lagi.
"Menurut mu, apa saudara ku masih hidup?" tanya Rina ragu.
"Sepertinya begitu, kemungkinan ada seseorang yang menyelamatkannya," kata tengkorak putih itu lagi.
"Apa kau bisa mencarikan nya untukku?" tanya Rina masih menatap permukaan danau yang beriak. Ia enggan menatap lawan bicaranya malam itu, takut hatinya akan gentar, dan berujung dengan lari tunggang langgang.
"Maaf, kali ini aku tidak bisa membantu, karena di luar sekolah bukan daerah kekuasaan ku," ucap tengkorak pelan.
"Baiklah, terimakasih," ucap Rina mengakhiri pembicaraannya.
"Tugasku selesai, aku pergi," ucap tengkorak bangkit dan melangkah menuju danau.
"Tunggu, aku ingin menanyakan sesuatu," ucap Rina menghentikan langkah si tulang belulang itu.
"Apa?" tanya tengkorak berbalik menatap gadis itu lagi.
"Sepertinya Caesar akan di kudeta, bagaimana menurut mu?" tanya Rina menatap wajah lawan bicaranya yang saat ini berdiri di hadapannya.
"Oh, soal itu sudah biasa, kau tidak perlu memikirkannya, dari dulu juga setiap beberapa periode penguasa yang turun temurun ke keluarga terdekat, akan di lengserkan secara brutal, semua keluarga Caesar dan pengikutnya akan di musnahkan. Caesar baru akan naik, kamu nggak usah risau, lebih baik pergi jauh menghindar," ucap tulang-tulangan dan melangkah menjauh menghilang di kedalaman danau dengan riak yang semakin besar.
Rina terpana dengan apa yang ia dengar, mau bertanya lagi, si tengkorak sudah menghilang di kegelapan danau yang beriak kencang, seakan tersapu oleh pusaran angin yang besar.
'Mana mungkin ia bisa tidak memikirkan hal itu, dan membiarkan Caesar terbunuh, itu hal yang akan membuatnya menyesal,' pikir Rina dan bangkit menuju perkemahan yang tampak sunyi.
Camp perkemahan itu, dataran yang di kelilingi oleh danau buatan. Di belakang rumah kayu tempat peristirahatan Caesar adalah bukit berbatu, dan penuh pohon hijau menjulang.
'Tidak ada tempat untuk bersembunyi, jika memang ada pasukan yang akan membantai Caesar dan pengikutnya,' pikir Rina menatap berkeliling lokasi camp perkemahan.
Rina merasa semakin lelah, dan kantuk mulai menyerang. Ia melangkah menuju belakang batu-batu besar tempat tadi ia manggung. Merebahkan tubuhnya di sana dan perlahan ia masuk ke dunia mimpi yang tenang.
***
Day 13-06.30 Camp Site
Angin dingin menyergap, membuat tubuh kurus itu menggigil. Sinar kuning keemasan mulai menyembul dari ufuk timur, menyinari bumi perkemahan yang masih tampak sepi
Rina terbangun, dingin menyergap membuat ia menggigil dan mencari keberadaan selimut.
"Ah, aku tidur tanpa selimut," bisik Rina dan bangkit menatap sekitar yang masih sepi.
Perlahan ia menaiki tangga, menatap pengawal yang meringkuk tertidur. Rina mendorong pintu, dan melangkah masuk. Pengawal bagian dalam, tidur sambil berdiri, dan terbangun saat Rina masuk.
"Tidurlah," ucap Rina pada servan yang terjaga dengan mata kantuknya.
Akhirnya servan itu merebahkan dirinya di depan pintu, berharap jika ada yang masuk, maka ia akan terbangun.
Rina menatap Caesar dan Hitohisa bergantian, dua pembesar itu tidur di dua tempat tidur yang di sediakan, seolah menimbang di mana ia akan bergabung untuk tidur.
Akhirnya Rina memutuskan untuk tidur di samping Caesar, ia yakin ranjang singel itu akan cukup untuk mereka berdua.
Rina membaringkan tubuhnya di samping Caesar yang tertidur dengan dengkuran halus, ia menarik sedikit selimut sang Caesar yang sangat tebal.
"Pantas tidurnya nyenyak, selimut setebal ini, sangat nyaman," bisik Rina dan memejamkan matanya sekejap.
Rina menarik selimutnya dan membungkus tubuhnya agar semakin hangat.
***
"Au..."
Caesar terjatuh, ia di tendang oleh Rina yang tertidur pulas, di pembaringannya.
Caesar duduk dan menatap pada gadis berambut cokelat gold, yang saat ini tertidur mendengkur dengan tubuh di Gelung dengan selimutnya.
"Yang Mulia, anda tidak apa-apa?" Hitohisa terbangun dan bangkit membantu tuannya untuk bangkit.
Servan juga terbangun dan berusaha membantu Caesar terduduk di lantai.
"Tidak apa-apa, diamlah," kata Caesar meletakkan telunjuknya di depan bibirnya, menyuruh Hitohisa dan servan untuk diam.
Matahari semakin tinggi, Caesar duduk di sofa menikmati teh hangat dan cemilan pisang goreng yang di bawakan oleh Arisa, di temani oleh Hitohisa yang tampak melirik ke tempat tidur Caesar berkali-kali.
"Gadis itu benar-benar bar-bar," ucap pengawal elite itu dengan wajah kesal.
"Sudah, tidak usah di permasalahkan, cuaca sangat dingin, dan dia tidak punya tempat tidur," ucap Caesar tertawa pelan memikirkan bagaimana ia terjatuh kena tendangan Rina.
"Bagaimana kondisi yang Mulia pagi ini?" tanya Hitohisa seperti baru ingat dengan hal itu.
"Hm, Aku sangat sehat, tidak ada rasa gatal lagi, hanya beberapa bekas kemerahan yang mulai menghitam bekas dari bentol-bentol kemarin," ucap Caesar tersenyum senang.
"Syukurlah, saya ikut senang yang Mulia," ujar Hitohisa dengan wajah cerahnya.
"Bagaimana dengan gadis itu, kita apakan dia?" tanya Hitohisa mendekati tempat tidur yang saat ini sedang di pakai oleh Rina, menikmati tidurnya yang nyenyak.
Bersambung...
semangat terus
ijin follow yaaa dan jangan lupa follback /Smile/