Aprita Narumi Pramaisyuri adalah gadis tunggal yang hidupnya sebatang kara semenjak ayah satu-satunya meninggal karena sebuah ledakan. sementara ibunya meninggalkan dia sejak ia lahir demi laki-laki lain.
kini dia hidup bersama paman dari keluarga ayahnya.
Pamannya sendiri sudah dianggap seperti ayah sendiri, namun siapa sangka justru pamannyalah yang tau semua penyebab kehidupannya hancur, termasuk kematian ayahnya. namun dia rahasiakan semuanya demi kebaikan Aprita,
hingga waktu dan usia Aprita sudah cukup untuk menerima semua kenyataan itu.
dalam perjalanan hidupnya mencari jati diri dan penyebab kematian ayahnya, Aprita bertemu dengan sosok Reyn. laki-laki yang secara kebetulan selalu menolongnya disaat dia menghadapi kesulitan. kehadiran Reyn membuat warna baru di hidup Aprita, hingga Aprita berhasil menemukan sosok penyebab kematian ayahnya.
siapakah sosok itu sebenarnya? dan bagaimana kisah cinta Aprita dengan Reyn ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Willsky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sasaran Pembunuhan
" Saya tidak menculik dan saya bukan orang brengsek ! Jaga mulutmu jika ingin kembali kerumah hidup-hidup." jawab Reyn dengan penuh penekanan.
Sementara Jordi dan Rios hanya memandanginya saja. Aprita sempat melirik ke wajah Jordi dan Rios yang tampak sangat ramah.
" Akan aku ingat wajah-wajah brengsek ini." celetuk Aprita dengan wajah marah.
Tiba-tiba Reyn melepaskan genggaman tangannya yang menahan kedua tangan Aprita lalu dia tiba-tiba mengangkat tubuh Aprita dan menggendongnya ke atas pundak dan membawanya masuk ke dalam mobil.
" Aaaahhhkk ... Lepaskan aku!!! lepaskaannnn!!!!" teriak Aprita dengan kencang.
Aprita mencoba memberontak dan menggigit punggung Reyn. Tapi Reyn benar-benar tidak menghiraukannya. Dia segera membawakan Aprita masuk ke dalam mobil meskipun Aprita sangat brutal dan menutup pintu mobil dengan kencang.
" Bos kita cukup gentle juga ya." celetuk Rios dari dalam gedung.
" Haha, dia tidak pernah gagal menarik perhatian wanita." jawab Jordi.
" Tapi yang bikin gua heran, kenapa dia belum menikah sampai sekarang?!" tanya Rios lagi.
" Emangnya lu udah nikah?" tanya Jordi.
Riospun menyadari ucapannya sendiri karena dirinya juga belum menikah.
" Ya kan ... Gua beda sama Reyn. Dia kan lebih tampan dari gua, ya gua juga tampan, tapi dia lebih kaya dari gua, posisi dia menjamin, apalagi kurangnya coba ?" kata Rios.
" Lu inget gak sama Selly?" tanya Jordi.
" Ya gue inget, mantan Reyn kan." jawab Rios.
" Lu tau kenapa Reyn belum menikah?" tanya Jordi lagi.
Rios menggelengkan kepalanya.
" Karena dia trauma. Selly ninggalin Reyn karena cowok lain, alias selingkuh." tutur Jordi.
" Oh jadi karena itu dia jadi begini. Btw, Selly itu yang pernah Reyn tunjukkin fotonya itu kan? Yang cantik, putih, mulus, seksi itu kan? Oh pantas saja Reyn susah move on." kata Rios.
" Bukan susah move on, tapi dia trauma!! lu tau traumanya karena apa? seumur-umur dia baru pertama kali tidur sama cewek dan itu selly, lalu mereka melakukan hal itu (berhubungan badan), tapi selly juga melakukan itu dengan selingkuhannya, tepat di depan mata Reyn." jawab Jordi.
" What The F**k !!! Yang bener men?!" jawab Rios yang hampir tidak percaya.
" Reyn sendiri yang cerita ke gua." jawab Jordi.
" Kok gua nggak pernah diceritain." ketus Rios.
" Itu kejadiaanya 4 tahun lalu, sebelum lo masuk ke tim ini." jawab Jordi menjelaskan.
Akhirnya Rios memahami.
" Terus apa si bos mau jadiin wanita tadi pelampiasan?" tanya Rios lagi.
" Entahlah, tapi ... sepertinya tidak. Karena wanita itu adalah misi rahasianya yang dikasih bokapnya Reyn. Yang cuma gue, lu, reyn dan bokapnya aja yang tau. Juga, Reyn bukan tipe laki-laki yang seperti itu." jawab Jordi dengan wajah penuh kekhawatiran.
Jordi adalah anggota yang sudah lama masuk ke tim yang di ketuai oleh Reyn yang sekaligus ketua seluruh tim anggota mafia, mereka ada di tim 1. Jordi sudah 7 tahun menjadi anggota tim 1 yang sebelumnya dia di tim 4. Sementara Rios baru bergabung 3 tahun lalu dan langsung masuk ke tim 1 bersama Jordi dan langsung jadi anak buahnya Reyn. Karena Kekuatan Rios dalam berkelahi dan dia juga orang yang bisa diajak kerjasama. Berbeda dengan Rios, Jordi justru kuat dalam analisa dan membuat rencana-rencana yang hebat, terkadang juga membuat rencana dadakan yang sangat briliant. Jordi juga sangat menghormati Reyn meskipun usia dia lebih tua dari Reyn.
***
susasana didalam mobil hening, sunyi dan senyap. Tidak ada satu katapun keluar dari mulut Reyn maupun Aprita.
Dengan wajah marah dan masam Aprita memalingkan wajahnya ke arah luar jendela memandangi pemandangan sepanjang jalan. Dalam hatinya selalu menggerutu dan memaki laki-laki didepannya itu. Reyn melirik ke kaca spion di depan.
" Mafia brengsek, bajingan !!!" gumam Aprita dalam hatinya.
Reyn menggercikkan bibirnya.
" ck ... " decik Reyn.
Sudah hampir satu jam perjalanan mereka, belum ada satu katapun yang terdengar.
Hingga Aprita mempunyai ide untuk mengambil ponselnya dan menelfon Zeevan. Dia segera mencari nomer telfon Zeevan dan langsung memencet tombol hubungi agar tersambung. Seketika telfon berdering, namun tiba-tiba sebuah tangan besar menyambar ponsel itu dengan cepat dan menyitanya.
" Jangan menghubungi siapapun, atau kau akan ku lempar ke jurang." ucap Reyn.
Disamping mereka memang terdapat jurang yang cukup dalam, sehingga membayangkan diri ketika jatuh ke dalam jurang sudah dipastikan tidak mungkin masih hidup.
" Kembalikan ponsel saya ! Lebih baik saya mati ke jurang daripada harus duduk bersama mafia brengsek seperti anda!" gertak Aprita.
Reyn menyimpan ponsel Aprita itu di saku jaketnya. Dia kembali fokus menyetir tanpa mempedulikan ocehan Aprita.
" Kembalikan ponsel saya !!! Kembalikan !!!" Ucap Aprita sembari berusaha merebut lagi ponsel yang ada di saku jaket pria itu.
Aprita menarik-menarik jaket pria itu dan hampir merobeknya. hingga pria itu tidak bisa fokus menyetir dan mereka menabrak sebuah pohon di pinggir jalan.
Mereka berdua terkejut, untung saja tidak ada yang terluka. Tampak raut wajah pria itu emosi dan mengeluarkan aura kemarahan yang sangat kuat.
Aprita yang duduk di kursi belakang itu terperanjat ketika pria itu membalikkan badan dan tiba-tiba mencekik lehernya. Memegang lehernya dengan eratan yang kuat, Aprita berusaha mencoba melepaskan genggaman pria itu, tapi pria itu terlihat begitu marah.
" Kalau kau memang mau mati, aku akan membunuhmu sekarang juga!" ucap pria itu bengis.
Aprita tidak bisa mengeluarkan suaranya karena lehernya tercekik. Pria itu dengan penuh nafsu mencekik leher Aprita dengan kuat, sampai Aprita sudah mulai lemas.
Tapi kemudian pria itu secara perlahan melepaskan genggamannya dari leher Aprita dan segera keluar dari mobil. Mengecek bagian mobil yang tertabrak pohon itu, apakah rusaknya parah atau tidak.
Aprita merasa lemas sekaligus lega karena dirinya masih bisa bernafas.
" Brengsekkk !!! Bajingan !!!" ucap Aprita dalam hatinya.
Pria itu mengecek mobil bagian depannya yang penyok karena bertabrakan cukup kuat dengan batang pohon yang besar. Dia mengambil alat-alat bengkel dibagasi mobilnya. Lalu memperbaiki bagian yang rusak.
Reyn cukup mahir dalam memperbaiki spare part mobil. Dia punya bengkel sendiri dan karyawan khusus untuk kebutuhan pribadinya.
Aprita mempunyai rencana lagi, dia melihat sebuah obeng yang cukup besar di bagasi mobil yang masih terbuka. Dia berusaha keluar dari mobil secara diam-diam dan mengambil obeng besar itu. Dia bermaksud ingin memukul pria itu dengan obeng yang ada ditangannya. Meskipun pincang, dia masih bisa berjalan perlahan-lahan. Tanpa ada suara, agar pria itu tidak mengetahui rencananya.
Ketika Aprita tepat berada dibelakang pria itu dan ingin memukulnya, pria itu langsung berbalik badan dan menahan tangan Aprita yang memegang obeng. Sekali lagi Aprita terkejut, dia masih ingin berusaha memukul pria itu, tapi tangan pria itu sangat kuat menahannya.
" Kau ingin mencoba membunuhku ?" tanya pria itu dengan remeh.
Aprita hanya diam dan mendengus nafasnya karena tersengal dan saking geramnya.
" Dengan kondisi kakimu yang parah?" ucapnya lagi.
Reyn menarik kaki kiri Aprita dan menekan bagian yang terluka karena terkena peluru. Apritapun mengerang kesakitan.
" laki-laki brengsek seperti anda memang pantas untuk dibunuh." gertak Aprita.
Aprita sudah tidak tahan lagi karena kakinya sangat sakit, luka yang dibalut perban itu ditekan oleh pria itu dengan kuat. Apritapun menjadi lemas dan obengnya jatuh ke tanah. Diikuti tubuhnya yang juga terduduk lemas karena kesakitan.
Pria itu melepaskan tangannya yang sengaja menekan luka di kaki Aprita lalu mengangkat tubuh Aprita lagi, secara paksa dan membawanya ke dalam mobil.
