Keluarga Henderson season 3. Lanjutan dari novel Seven R Anak genius dan Tujuh CEO muda.
Tiga gadis kembar identik yang tidak pernah terpisahkan sejak dalam kandungan.
Nama mereka semakin dikenal sebagai penyelamat bagi orang susah dan malaikat pencabut nyawa bagi para penjahat. Mereka juga rela mempertaruhkan nyawa demi menyelamatkan orang lain.
Bagaimana sepak terjang mereka kali ini?
Dan disini juga mengungkap identitas Randy yang sebenarnya, siapa Randy?
Temukan jawabannya di novel ini.
Seperti biasa cerita ini hanyalah fiktif semata. bila ada nama, tempat atau kejadian yang sama hanyalah kebetulan semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hanya cecunguk kecil
.
.
.
"Siapa yang membayar kalian?" tanya Lita.
Ke 12 pria preman itu hanya tertawa mengejek, mereka menganggap bahwa gadis didepannya hanya orang yang lemah.
"Apa perlu aku beritahu?" tanya pria A, sepertinya dia adalah ketuanya.
"Baiklah, mungkin dengan sedikit pelajaran maka kalian akan buka mulut," jawab Lita.
Lita maju lebih dekat dengan pria itu dan langsung menendangnya, karena pria itu tidak menduga sama sekali akan ditendang, jadi ia tidak siap. Hingga pria itu terjatuh terlentang diaspal. Lita menginjak dada pria itu.
"Katakan, siapa yang menyuruh kalian?" tanya Lita.
"Tu..tuan Bagas. Dia menyuruh kami menculik salah satu dari kalian, tapi kami tidak bisa membedakan kalian jadi kami berinisiatif untuk menculik ketiganya," jawab pria itu tersengal sengal.
Braak... Lita menginjak dada pria itu dengan kuat sehingga pria itu muntah darah.
"Be..nar be..nar sadis," ucap pria itu sebelum ia pingsan.
Sekarang tinggal 11 orang lagi yang masih melongo melihat bos mereka dihajar oleh gadis itu. mereka tidak menyangka kalau gadis yang akan mereka culik ternyata lebih kuat dari perkiraan mereka.
"Mereka suruhan Bagas," kata Lita menyebut Bagas tanpa embel-embel Pak atau yang lainnya.
"Berarti dia belum puas hati karena sudah dipecat," Lica menimpali.
"Bagaimana dengan sisanya?" tanya Lina.
"Apa lagi? Hajar...!" perintah Lita. ketiganya pun menghajar preman tersebut tanpa ampun. Tiga lawan 11 kalau dipikir-pikir perlawanan tidak seimbang. tapi triple A bukan gadis biasa melainkan luar biasa.
Satu persatu mereka menghajar preman tersebut. Pukulan tendangan dan tinjuan mereka dapatkan dari gadis kembar tersebut.
Setelah selesai triple A serentak menepuk nepuk tangannya seperti menghapus debu yang menempel di telapak tangannya.
"Ternyata hanya cecunguk kecil," kata Lina. Kemudian kembali ke motornya. Lita dan Lica juga kembali ke motornya dan pergi meninggalkan tempat itu membiarkan para preman yang sudah terkapar diaspal.
Sebelum mereka meninggalkan tempat itu Lina terlebih dahulu menghubungi Irwan untuk membereskan semuanya dan menangkap dalangnya. Tentu saja Irwan tidak akan menyia-nyiakan kesempatan dan langsung mengerahkan bawahannya untuk kelokasi yang sudah dikirim oleh Lina.
Sedangkan Lina, Lita dan Lica sudah didalam perjalanan untuk kembali ke mansion. Mereka ngebut di jalanan untuk menghindari kemacetan. karena mereka menggunakan motor jadi mereka bisa menyalip kendaraan lain.
Setibanya di mansion mereka segera memarkirkan motornya di garasi. Kemudian mereka pun masuk.
"Kami pulang...!" teriak triple A serentak. Semua mata menoleh kearah suara cempreng tersebut.
"Aunty...!" panggil Davina dan berlari memeluk Lita, sedangkan Aleta memeluk Lina, dan yang lainnya kemudian memeluk aunty nya bergantian.
"Kalian datang Sama siapa?" tanya Lina.
"Sama Mama dan Papa," jawab Qirani.
"Dimana Mama dan Papa kalian?" tanya Lica.
"Ada dikamar," jawab mereka serentak.
Sedangkan para bocah pria seakan tidak peduli dengan aunty mereka, karena mereka takut nanti aunty mereka menciumnya.
"Bang...!" panggil Lina saat melihat Ram turun bersama Cahaya melalui tangga.
"Kenapa kalian menjadi karyawan biasa?" tanya Ram.
"Hmmm, kami hanya ingin belajar dari bawah, bila nanti sudah menggantikan posisi Daddy kami jadi bisa mengerti dengan kerja para bawahan," jawab Lina.
"Ya sudah, besok weekend kami berencana ingin ke pantai, kalian mau ikut?" tanya Ram.
"Aku sudah ada janji dengan seseorang, dia mengajak aku ke villa miliknya," jawab Lina.
"Randy...?" tanya Ram. Lina mengangguk.
"Hmmm, jaga diri baik-baik jangan mempermalukan keluarga Henderson," kata Ram menasehati Lina.
"Tidak akan, percayalah aku tidak akan melampaui batas pergaulan," kata Lina. Kemudian triple A pamit kekamar mereka untuk mandi. Sedangkan Ram dan Cahaya sedang berkumpul diruang keluarga bersama keluarga besar mereka.
Darmendra belum mengetahui kalau cucu cucunya sudah datang, karena ia belum pulang dari kantor meskipun sekarang sudah jam 6 sore.
"Mommy tidak perlu memasak, kita makan diluar saja," ucap Cahaya pada Diva. Diva pun mengangguk dan langsung menghubungi suaminya untuk segera pulang dan mengatakan bahwa cucu cucunya sudah ada di mansion.
Mendengar hal itu Darmendra segera pulang meskipun masih ada pekerjaan yang belum ia selesaikan. Nanti ia akan mengerjakan di mansion saja.
"Makan diluar?" tanya Lina yang baru saja turun setelah selesai mandi.
"Kita makan di ikan bakar ya bang," kata Lina. Ram mengangguk.
Tiba tiba ponsel Lina berdering menandakan panggilan masuk, Lina menjauh dari tempat itu untuk menjawab teleponnya.
"Mungkin dari Randy," kata Diva menjawab gerak gerik Cahaya.
"Lina sudah punya pacar Mom?" tanya Cahaya.
"Iya, tapi Lina sepertinya masih cuek cuek saja, bahkan Randy sudah mencintainya sejak SMP," jawab Diva.
Cahaya tersenyum dia teringat kalau dirinya juga mencintai suaminya sejak kecil. Cuma bedanya Cahaya yang mencintai bukan Ram.
"Kadang cinta sejati akan kekal Mom, biarkan saja yang penting mereka bisa saling menjaga diri," ucap Cahaya.
"Kalau begitu kita aku ikut keluargamu untuk makan dirumah makan dijalan xxx itu," kata Randy diseberang telepon setelah Lina mengatakan akan keluar makan bersama keluarganya.
"Sudah dulu ya, gak enak lama lama ngobrolnya, kita jumpa disana saja dan tidak perlu dijemput," kata Lina.
"Oke baiklah, bye. I love you," ucap Randy.
"Too...!" jawab Lina pelan. Hal itu membuat Randy tersenyum. ia tau kalau Lina masih malu malu.
Lina kembali keruang keluarga, ternyata disana sudah berkumpul beramai ramai termasuk semua kakak iparnya dan juga Abang Abangnya.
"Bentar banget pacarannya?" tanya Cahaya menggoda Lina.
"Ehh... siapa yang pacaran? Cuma teman kok?" tanya Lina.
"Iya lah teman, tapi demen," goda Aisyah.
"Ternyata adek kita sudah dewasa," kata Adira.
"Kakak...!" teriak tertahan Lina karena malu digoda kakak iparnya.
Lita dan Lica juga turun kebawah dan bergabung dengan mereka. Sedangkan anak anak sedang diruang lain menonton televisi.
Darmendra datang dengan tergopoh-gopoh karena ia sudah tidak sabar ingin bertemu cucu cucunya. padahal mereka seminggu sekali pasti datang. Tapi Darmendra tetap saja merindukan mereka. Darmendra mencium cucu cucunya satu persatu. Tapi bocah laki laki selalu mengelak untuk dicium.
"Dasar bocah nakal tidak mau dicium," kata Darmendra.
"Kami bukan bocah Opa, kami sudah besar," jawab Danendra.
"Hmmm, iya iya kalian sudah besar duplikat papa dan ayah kalian," ucap Darmendra lalu pergi meninggalkan ruangan tempat cucunya itu.
"Hubby sudah pulang?" tanya Diva. Dengan cepat Diva menyambut kedatangan suaminya.
"Mandi dulu ya, dan bersiap siap untuk kita makan diluar," kata Diva.
"Temani ya," jawab Darmendra. Diva mengangguk dan menggandeng suaminya menaiki tangga menuju kamar mereka. Mereka yang diruang keluarga sudah terbiasa melihat kemesraan pasangan tidak ingat umur itu.
Divya Dewi Aurora, aku mencintaimu," ucap Darmendra. Saat mereka sudah berada didalam kamar. Diva hanya tertunduk, meskipun sudah ribuan kali Darmendra mengatakan itu tapi Diva tetap saja mereka berdebar dihatinya.
Perlahan Darmendra mengangkat dagu Diva dan menc*um bibir Diva. Darmendra memperdalam c*um*nnya. membuat Diva kehilangan kesadaran dan membalasnya. Saat Darmendra ingin berbuat lebih jauh, Diva melarangnya.
"Nanti saja setelah kita selesai makan diluar, sekarang mandi dan bersiap siap kita akan segera keluar," kata Diva. Darmendra tidak kecewa karena Diva menjanjikan setelah mereka datang dari makan diluar.
.
.
.