NovelToon NovelToon
Langit Yang Redup

Langit Yang Redup

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Keluarga / Romansa / Dijodohkan Orang Tua / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / Trauma masa lalu
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: rahma qolayuby

Kelanjutan Novel 'Sepucuk Surat'
Khusus menceritakan kisah kakak Ifa, putri pertama Farel dan Sinta. Namun, Alurnya akan Author ambil dari kisah nyata kehidupan seseorang dan di bumbui pandangan Author untuk menghiasi jalan cerita.
Semoga kalian suka ya🥰🥰

------------------------

"Haruskah aku mengutuk takdir yang tak pernah adil?"

Adiba Hanifa Khanza, Seorang gadis tomboy tapi penurut. Selalu mendengarkan setiap perkataan kedua orang tuanya. Tumbuh di lingkungan penuh kasih dan cinta. Namun, perjalanan kehidupan nya tak seindah yang di bayangkan.

"Aku pikir menikah dengannya adalah pilihan yang terbaik. Laki-laki Sholeh dengan pemahaman agama yang bagus tapi ..., dia adalah iblis berwujud manusia."

Mampu kan Ifa bertahan dalam siksa batin yang ia terima. Atau melepas semua belenggu kesakitan itu?

"Kenapa lagi, kau menguji ku Tuhan?"

Ikutin kisahnya yuk, jangan sampai ketinggalan.

Salam sapa Author di IG @Rahmaqolayuby dan Tiktok @Rahmaqolayuby0110

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rahma qolayuby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28 Kedatangan Akmal

Mohon maaf banget ya, baru bisa update sekarang. Dari pagi di daerah ku tidak ada akses internet. Baru bisa sekarang.🙏🙏🙏

Sumpah, kesel banget, tapi mau bagaimana lagi🥺. Tapi, sekarang Alhamdulillah sudah kembali normal dan baru bisa update.

Selamat membaca...

...****************...

Ifa baru makan setelah memberikan asi pada baby Zain.

Harfa tak sedikitpun meninggalkan Ifa. Ikut membantu selagi bisa. Walau Harfa juga harus meninggalkan Ifa karena pekerjaan.

Untung Ifa di rawat di rumah sakit bunda Husna tempat Harfa bekerja.

Dari kemaren memang banyak orang yang menengok. Dari mulai saudara dan juga teman dan rekan kerja ummah Sinta dulu.

Ada beberapa dokter yang mengenali ummah Sinta.

Ifa tak keberatan siapapun yang menengok dirinya. Ifa merasa senang. Cukup bagi Ifa keluarganya ada. Ifa tak membutuhkan yang lain lagi.

Sudah selesai makan, ummah Sinta membantu membereskan kembali. Biasanya Harfa tapi Harfa sedang ada tugas.

"Terimakasih ummah."

"Sama-sama."

"Mau kemana?"

"Toilet."

Mendengar putrinya mau ke toilet Abi Farel segera beranjak dari duduknya. Abi Farel membantu memapah Ifa.

Hari Ifa merasa terharu dan juga sakit secara bersamaan. Di saat kondisinya seperti ini ia harus lagi berjuang sendiri. Dan lagi, keluarga yang selalu ada di samping ya.

Jika tak ada mereka Ifa tak tahu harus bagaimana lagi. Bahkan sejak awal mungkin Ifa sudah menyerah.

Tapi, melihat kasih sayang yang melimpah dan dukungan keluarganya membuat Ifa menjadi wanita kuat.

Abi Farel menunggu Ifa di luar. Membiarkan sisanya Ifa yang melakukan. Walau masih sedikit ngilu Ifa masih mampu menahannya.

Sudah selesai membuang hajat nya. Ifa kembali keluar.

"Masyaallah, cucu nenek sangat tampan."

Deg!

Tubuh Ifa seketika menegang melihat pemandangan di depan sana. Hatinya yang mulai tertata rapih kini hancur kembali. Hanya dengan melihat sosok laki-laki yang Ifa benci. Nyatanya Ifa tak sekuat itu, Ifa belum seikhlas itu.

Bagaimana bisa?

Batin Ifa mengepalkan tangan, mencoba menahan gejolak dalam hatinya.

Ifa tak menyangka jika keluarga Akmal datang. Bagaimana bisa mereka tahu? Siapa yang memberitahu mereka?

Pertanyaan mulai berkeliaran di kepala Ifa. Namun, Ifa tak menemukan jawabannya.

"Ada Abi di sini."

Bisik Abi Farel membuyarkan lamunan Ifa. Satu hal yang baru Ifa ketahui. Bukan kedua orang tuanya yang memberitahu mereka. Lantas siapa?

"Tenang ya, jangan melakukan hal apapun. Cukup diam."

Abi Farel mencoba mengingatkan putrinya. Karena tahu, sulit bagi Ifa untuk menerimanya. Apalagi melihat orang tua Akmal menggendong putranya membuat darah Ifa mendidih. Tak bisa di pungkiri, Ifa tak rela. Kenapa mereka harus datang.

Ifa mencoba tenang, walau itu sulit. Melangkah menuju bangkar kembali.

"Nak."

Ucap ibunya Akmal, tersenyum ramah pada Ifa. Ifa hanya diam saja. Walau begitu Ifa masih tetap menghormati ibunya Akmal.

Akmal sendiri diam mematung menatap Ifa dan putranya bergantian. Akmal tak menyangka jika ia punya anak.

Sebenarnya, Akmal sudah tahu jika Ifa sedang hamil dari kakaknya. Tapi, Akmal enggan menemui Ifa. Sekedar bertanya bagaimana perkembangan anaknya.

Suasana nampak canggung. Apalagi, Ifa hanya diam saja.

"Ibu sangat senang mendengar cucu ibu sudah lahir. Dia sangat tampan, wajahnya mirip sama Akmal ketika baru lahir."

Celetuk ibu Akmal tak tahu malu. Seolah di antara mereka tak terjadi apapun.

Bahkan, sejak mereka pisah pun tak ada pihak Akmal yang minta maaf. Kini datang dengan tak tahu malunya.

Dari perkataan nya, Ifa sudah menebak. Jika sejak awal mereka sudah tahu Ifa hamil. Dan baru datang di saat Ifa melahirkan.

Ifa tak menginginkan itu lebih baik jangan datang sama sekali.

Abi Farel dan ummah Sinta tidak ikut campur. Mereka diam karena masih cukup terkejut akan keberadaan mereka.

"Namanya siapa?"

"Zain."

"Nama yang bagus."

"Boleh saya menggendong nya?"

Ifa memejamkan mata mendengar suara Akmal. Dari tadi memang Ifa malas melihatnya. Mendengar suaranya saja membuat Ifa muak.

"Silahkan."

Jawaban cukup dingin. Ingin sekali Ifa melarang. Namun, walau bagaimanapun Akmal adalah ayah dari putranya. Ifa tak bisa menghapus kenyataan itu.

Ibu nya Akmal mendekat, lalu menggenggam tangan Ifa dengan lembut.

"Nak."

"Iya."

"Bagaimana kalau kalian kembali. Lihatlah, Zain butuh ayah nya juga."

Perkataan ibunya Akmal cukup membuat Ifa terkejut. Namun, Ifa masih berusaha tenang.

"Ibu jamin, Akmal sudah berubah. Dia tak akan mengulangi hal yang sama."

"Kalian rujuk ya, demi Zain."

Kata demi kata yang keluar dari mulut ibunya Akmal begitu memuakan di telinga Ifa. Rasanya Ifa ingin tertawa saja.

Sejak tadi Ifa menunggu dan membiarkan ibunya Akmal bicara. Nyatanya, kata yang Ifa tunggu-tunggu tidak keluar juga.

Apa sesusah itu mengucapkan kata 'Maaf' dengan apa yang terjadi. Nyatanya, mereka seolah lupa apa yang Akmal lakukan pada diri Ifa.

Mereka hanya datang tak membawa apapun. Dan dengan berani meminta Ifa rujuk hanya demi Zain. Jangan pernah mimpi di siang bolong atau pun malam. Karena semuanya tak akan terjadi.

Muka mereka begitu bebal, tak sedikitpun menunjukan rasa bersalah ataupun penyesalan. Apalagi Akmal, begitu santai seolah dia tak melakukan kesalahan apapun.

Laki-laki macam apa itu. Sungguh, Ifa masih tak habis pikir ada manusia seperti itu di dunia ini.

"Bagaimana, nak. Mau nya?"

"Maaf Bu, saya tak bisa."

Jawab tegas Ifa sudah tak tahan lagi dengan ocehan ibu Akmal yang terus memuji-muji Akmal. Mereka benar-benar tak tahu malu.

"Kenapa nak. Akmal sudah berubah. Dia sangat baik."

"Maaf."

"Apa kamu ingin Zain tumbuh tanpa sosok ayah. Tega kamu memisahkan anak dan ayah nya?"

"Perempuan macam apa kamu. Akmal itu berhak atas putranya juga."

Cecar ibunya Akmal mulai menunjukan sifat aslinya. Karena sangat kesal akan kesombongan Ifa yang menolak anaknya.

Ifa tercengang begitu pun dengan Abi Farel dan ummah Sinta. Mereka tak menyangka jika ibunya Akmal akan berkata se-menyakitkan itu.

Tega?

Wanita seperti apa Ifa?

Dua kalimat itu ingin rasanya membuat Ifa terbahak-bahak. Sungguh lucu bukan. Mereka benar-benar tak tahu malu sama sekali.

Sudah baik Ifa menerima dengan baik. Tapi, lihatlah. Mereka sendiri yang menunjukan kebusukan mereka sendiri.

Entah apa maksud dan motif nya mengatakan itu. Tapi, cukup kembali menggores dan menyinggung hati Ifa.

"Maaf, kami masih mampu mengurus Zain. Bahkan tanpa kehadiran sosok ayahnya sekali pun. Jika ingin bertanggung jawab maka bertanggung jawab lah. Tanpa harus ada ikatan dengan saya."

"CK."

Ibunya Akmal cukup kesal akan penolakan Ifa lagi dan lagi.

Kalau urat malu sudah putus, hal apapun yang mereka lakukan tak akan membuat mereka merasa malu ataupun merasa bersalah.

Bahkan sejak tadi Akmal hanya diam. Tak meminta maaf ataupun membujuk Ifa seperti mana Ibunya lakukan. Sungguh miris bukan. Ingin minta balikan, tapi kelakukan mereka sungguh membuat cara kerja jantung Ifa semakin terpacu.

Mereka datang tak di undang, bahkan tak membawa apapun. Dimana pikiran mereka. Jika mereka menganggap Zain anak Akmal dan cucunya. Membawa selembar kain pun tidak untuk Zain.

Nenek macam apa?

Ayah macam apa?

Setidaknya bawa popok baby atau apalah untuk Zain.

Sungguh, tak ada tanda-tanda keseriusan dari mereka. Seolah kata-kata yang mereka ucapkan begitu menjanjikan nyatanya menjijikan.

Bagaimana Ifa bisa luluh dan mau memaafkan. Yang ada malah tambah ilfil saja.

Karena tak membuahkan hasil dan malah penolakan dari Ifa. Ibu dan anak itu memutuskan pergi. Mungkin, karena malu atau kesal karena niat baik mereka malah di tolak oleh Ifa. Padahal, ibu Akmal ingin anaknya rujuk kembali.

Jangan harap!

Bersambung ...

Bikin prat ini Author cukup kesusahan memilah dan memilih kata. Nyatanya cukup kesulitan. Membuat kisah nyata memang sedikit harus bekerja extra lagi.

Jangan lupa tinggalkan jejak ya kawan. Siapa Author tetap semangat menciptakan karya-karya nya.

Dukung novel ini juga ya supaya lolos perlombaan periode 3 🙏🙏🙏

1
DISTYA ANGGRA MELANI
Oh malang sekli hidup zain kecil, smg hnya prank aja, smg ada kesembuhan untuk baby kecil... Smngt
Siti Wiharti
bagus ceritanya jadi terbawa ikut ngerasa jadi Ifa😭
Rahma Qolayuby: Alhamdulillah, terimakasih kakak. Jangan jadi Ifa ya🤭
total 1 replies
Jumi Saddah
👍👍👍👍👍👍👍👍😍
Jumi Saddah
ntar lahir jgn mirip bapak tpi mirip ibu nya,,,
Rahma Qolayuby: Aamiin 🥰
total 1 replies
Diah Bundayaputri
dasar biadab😡😡😠😠😠👹👹👺
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!