NovelToon NovelToon
JANGAN MADU AKU GUS

JANGAN MADU AKU GUS

Status: tamat
Genre:Tamat / Poligami / Dijodohkan Orang Tua / Penyesalan Suami / Pihak Ketiga
Popularitas:1.1M
Nilai: 4.8
Nama Author: HANA ADACHI

🏆🏅 Juara Harapan Baru YAAW Season 10🥳

Kalau nggak suka, skip saja! Jangan kasih bintang satu! Please! 🙏🙏

Hafsa tidak menyangka bahwa pernikahannya dengan Gus Sahil akan menjadi bencana.

Pada malam pertama, saat semua pengantin seharusnya bahagia karena bisa berdua dengan orang tercinta, Hafsa malah mendapatkan kenyataan pahit bahwa hati Sahil tidak untuknya.

Hafsa berusaha menjadi istri yang paling baik, tapi Sahil justru berniat menghadirkan wanita lain dalam bahtera rumah tangga mereka.

Bagaimana nasib pernikahan tanpa cinta mereka? Akankah Hafsa akan menyerah, atau terus berjuang untuk mendapatkan cinta dari suaminya?

Ikuti terus cerita ini untuk tahu bagaimana perjuangan Hafsa mencairkan hati beku Gus Sahil.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HANA ADACHI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

26. Pulang

Gus Sahil menghembuskan nafas perlahan. "Aku akan berusaha melakukannya Sa," Ia berjanji. "Tapi, apa yang bisa aku lakukan buatmu?"

"Kalau masalah itu, njenengan sendiri yang pikirkan." Hafsa tersenyum. "Sebagai pihak penilai, saya hanya akan menerimanya saja."

Gus Sahil menatap kedua mata istrinya yang terlihat begitu tenang. "Kalau misalnya aku tidak menepati janjiku, apa yang akan terjadi?"

"Seperti yang saya bilang tadi," Hafsa berkata sungguh-sungguh. "Saya akan mengajukan cerai,"

"Berarti sekarang kamu sudah memaafkanku?" Gus Sahil bertanya hati-hati.

"Belum sepenuhnya," Hafsa mengangkat bahu. "Saya harus lihat usaha njenengan dulu."

Gus Sahil merasa lega mendengar penuturan sang istri. "Terimakasih sudah memberikan kesempatan kedua Sa,"

"Kesempatan terakhir," Hafsa meralat. "Tidak ada kesempatan lagi untuk kesalahan esok hari,"

Karena mungkin aku juga sudah tidak hidup lagi pada saat itu, Hafsa membatin.

"Aku berjanji. Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini Sa. Aku janji."

...----------------...

Saat mobil yang dikendarai Gus Sahil masuk ke gerbang utama Bahrul Ulum, Hafsa bisa melihat Umi Hana berdiri di teras rumah dengan wajah cemas. Tergopoh-gopoh menghampiri.

"Nduk! Kamu darimana saja sih? Kok ya nggak pamit lo sama Umi! Umi cari—" Perkataan Umi Hana tertelan di tenggorokan saat melihat Gus Sahil keluar dari mobil.

"Assalamu'alaikum Umi," Gus Sahil menyalami Ibu mertuanya dengan takzim.

Umi Hana masih merasa terkejut, memandangi Hafsa dengan tatapan penuh tanya.

"Katanya, Gus Sahil mau bicara sama Umi dan Abah," Hafsa menjelaskan. Umi Hana hanya menjawab dengan anggukan kepala, kemudian masuk mendahului mereka berdua.

Di ruang keluarga, Gus Sahil duduk bersimpuh di hadapan kedua mertuanya. Gus Sahil merasa dejavu. Dia ingat sudah tiga kali bersimpuh pada orang yang berbeda. Tapi memang itu semua sepadan dengan sakit hati yang ia torehkan pada orang-orang di sekitarnya.

"Saya mohon maaf atas perlakuan saya terhadap Hafsa," suara Gus Sahil terdengar lirih, tapi nadanya tegas. "Saya berjanji tidak akan mengulang kesalahan saya lagi,"

Abah Ali, yang duduk di samping Umi Hana, mengangguk perlahan. Wajahnya serius, tetapi ada sedikit kelegaan yang terpancar darinya. "Kamu sudah menyadari kesalahanmu Hil," katanya dengan suara berat. "Tapi maaf saja ndak akan cukup."

Gus Sahil menelan ludahnya. Dia tahu bahwa kata-kata maaf tidak akan begitu saja menghapus kesalahan yang telah ia lakukan.

"Saya mengerti, Abah," katanya dengan tulus. "Saya siap melakukan apa saja untuk memperbaiki hubungan kami dan membuktikan janji saya."

Umi Hana mengangguk, tetapi tatapannya masih penuh keraguan. "Hafsa, apa kamu sudah memaafkan Sahil?" tanya Umi Hana dengan suara hati-hati.

Hafsa menatap suaminya, mencoba mencari kebenaran di mata lelaki itu. Setelah beberapa saat, dia mengangguk perlahan. "Aku masih butuh waktu buat percaya dengan Gus Sahil sepenuhnya Mi," ujarnya dengan suara lembut. "Tapi aku akan memberikan kesempatan terakhir untuk dia."

Umi Hana menatap putrinya dengan tatapan penuh kasih. "Kalau Hafsa sudah bicara begitu, kami nggak bisa melakukan apa-apa. Kami juga akan memaafkan kamu Hil, dengan catatan kalau kamu benar-benar tidak akan menyakiti putri Umi lagi."

Gus Sahil menganggukkan kepala mendengar penuturan sang mertua. "InsyaAllah Umi, saya akan berusaha sebaik mungkin membahagiakan Hafsa."

Setelah perbincangan mereka usai, Hafsa kemudian masuk ke dapur untuk membuatkan kopi. Sepertinya masih ada yang ingin dibicarakan Abah Ali dengan Gus Sahil.

"Sa," Umi Hana menyusul dengan tatapan khawatir. "Kamu beneran sudah memaafkan Sahil?"

Hafsa tersenyum, dia tahu kekhawatiran uminya. "Iya Umi, Hafsa akan berikan kesempatan untuk dia,"

"Tapi," Umi Hana berkata ragu-ragu. "Kalau misalnya nanti dia mengulangi kesalahan yang sama bagaimana?"

Hafsa menuangkan kopi pada gelas yang telah ia siapkan. "Setiap manusia itu kan punya kesalahan Umi,"

Hafsa mengaduk gula dan kopi agar tercampur. "Dan sebagai manusia, kita juga harus memberikan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan. Aku tidak bisa menjamin kalau Gus Sahil tidak akan melakukan kesalahan lagi, tapi aku percaya kalau dia sudah menyadari kesalahannya dan berjanji untuk tidak mengulanginya. Jika dia benar-benar melanggar janjinya lagi, aku akan dengan tegas mengakhiri hubungan kita."

Hafsa mengambil nampan dari rak piring, menaruh dua gelas kopi di atasnya, sementara suara Gus Sahil dan Abah Ali masih terdengar di ruang keluarga.

"Umi, aku percaya kalau manusia bisa belajar dari kesalahan mereka," lanjut Hafsa. "Kesalahan adalah bagian dari kehidupan, dan penting bagi kita untuk saling mendukung dan memaafkan. Jika Gus Sahil melanggar janjinya lagi, itu berarti dia belum benar-benar belajar dari kesalahannya. Dan pada saat itu, aku akan memutuskan untuk mencari kebahagiaanku sendiri."

Umi Hana mengangkat nampan itu untuk dibawa ke ruang tamu. "Hafsa, Umi hanya ingin yang terbaik buatmu. Umi berharap Gus Sahil benar-benar memperbaiki dirinya dan bisa menjaga hatimu dengan baik."

Hafsa tersenyum lembut. "Terima kasih, Umi. Aku juga berharap yang sama. Kita tidak bisa mengubah orang lain, tapi kita bisa memberikan kesempatan dan berusaha bersama-sama. Dan siapa tahu, mungkin melalui kesempatan terakhir ini, kami bisa memperbaiki hubungan kami menjadi lebih baik dari sebelumnya."

"Umi percaya sama kamu Nduk," Umi Hana tersenyum, "Semoga kamu bahagia."

Mabrur menyusul mereka tiga puluh menit kemudian. Gus Sahil segera memasukkan koper Hafsa ke bagasi mobil.

"Hati-hati Nduk," Umi Hana memeluk putri tunggalnya. "Jangan lupa kabari Umi kalau sudah sampai,"

"Pasti Umi," Hafsa mencium tangan Abah dan uminya.

"Sahil juga pamit Bah," Gus Sahil ganti mencium tangan kedua mertuanya.

"Jangan macam-macam Hil," Umi Hana mengancam. "Umi akan kasih pelajaran kalau kamu ulangi lagi,"

Gus Sahil tersenyum canggung, menganggukkan kepala berjanji.

...----------------...

Sampai di Darul Quran, Gus Sahil dengan sigap membawakan koper istrinya. Membimbing Hafsa untuk masuk ke rumah.

"Aku sudah minta mbak ndalem masakin sesuatu," ucapnya dengan mata berbinar. "Supaya begitu kamu sampai bisa langsung makan,"

Hafsa hanya menganggukkan kepalanya saja. Sosok Gus Sahil yang berkata dengan penuh kelembutan masih terasa asing untuknya.

Bahkan ketika sampai di ruang makan, Gus Sahil menarikkan kursi untuk Hafsa, kemudian mengambilkan nasi ke piringnya.

"Segitu saja Gus," Hafsa mencegah Gus Sahil yang hendak mengambil nasi lebih banyak.

"Oke, oke. Kamu mau sayur apa? Ayam kecap? Sayur lodeh? Apa cah kangkung?"

"Saya ambil sendiri saja Gus," Hafsa buru-buru mengambil piring dari tangan Gus Sahil. "Njenengan duduk saja. Ayo makan bersama,"

Gus Sahil menurut. Segera mengambil tempat di depan Hafsa. Mereka kemudian menikmati makanan dalam hening.

"Sa," Gus Sahil memanggil di tengah kegiatan mereka. Hafsa yang sedang mengiris ayamnya mendongak, menatap sang suami.

"Ya Gus?"

"Terimakasih sudah mau pulang, dan selamat datang kembali." ucap Gus Sahil sambil tersenyum.

......................

Haii...

Terimakasih yang sudah mampir buat baca ceritaku

Tinggalkan jejak seperti like ❤, komen dan follow

I love youuuuu😚❤

1
Murci Sukmana
Luar biasa
Arin
/Heart/
Anita Candra Dewi
klo ak lgsg tak ganti yg serupa😅
bibuk duo nan
😭😭😭😭
ALNAZTRA ILMU
sini aku tak tahan🥺🥺🥺
ALNAZTRA ILMU
knp tidak dari dulu buat program hamil.. tapi terburu2 carikan suaminya isteri baru sok kuat
ALNAZTRA ILMU
ini agak biadab ya.. sepatutnya, jangan suka ganggu
ALNAZTRA ILMU
🤣🤣🤣wahhh
ALNAZTRA ILMU
🤣🤣🤣
ALNAZTRA ILMU
berat ya ujian nya
ALNAZTRA ILMU
mundur saja
Izza Nabila
Luar biasa
PURPLEDEE ( ig: _deepurple )
hafsa kasian bnget😭
PURPLEDEE ( ig: _deepurple )
hai kak maaf bru mampir🤗
May Keisya
kamu nikah lagi karna nafsu dan mendzolimi istri...paham agama yg ky gmn Gus???
May Keisya
dia tambah setress gesrek egois😂
May Keisya
dia udah mulai ketar ketir...tapi maaf ya Gus aku udah kesel bin kurang suka km dr awal cerita🙄
May Keisya
😂😂😂...bagus ih jujurnya
May Keisya
km knp Gus? kepanasan...syukurin
May Keisya
😭...si Agus emg sableng,dia berilmu tapi tidak beradab...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!