Menikah dengan ketua preman bagaimana bisa?
Ayunda Putri hanya berniat berteduh saat hujan disebuah pos ronda sepi sepulang kerja.
Tapi diwaktu bersamaan seorang pria berpenampilan preman tiba tiba datang ketempat itu dengan mengaku sedang dikejar oleh seseorang padanya dan memintanya untuk diam agar si pengejar tidak bisa menemukan sipria.
Awalnya semua baik baik saja sampai kejadian tidak terduga terjadi dengan mereka berdua yang membuat mereka harus dinikahkan paksa malam itu juga oleh penduduk kampung setempat..
Nasib sial atau malah keberuntungan bagi Ayunda karena harus menjadi istri dadakan Sulaiman Yazid seorang ketua preman yang sangat ditakuti oleh banyak orang?
Penasaran cus silahkan baca ya reader🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bundew, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26.Sakit Kepala?
"Bruk!".
Iman menjatuhkan tubuhnya dikursi besi yang ada dibengkelnya dengan wajah kusut pagi itu mengingat kejadian kemarin sore dikamar dengan Ayunda.
"Akh sial!!!",makinya cukup keras karena kembali ingat kegagalannya saat dia hampir saja berhasil melakukan Unboxing pada Ayunda.
"Bos....kenapa?",tegur Sabrin yang baru datang dan sempat mendengar teriakan Iman. barusan.
"Nggak ada!",jawab Iman dengan menggerakkan tangannya meminta pemuda tanggung yang bekerja dibengkelnya itu untuk menjauh dari tempatnya.
Meski tau makna tanda dari tangan Iman tapi bukannya menyingkir seperti perintah Iman Sabrin malah ikut duduk dikursi besi yang lain yang tidak jauh dari Iman membuat Iman kembali memberikan kode lagi pada pemuda itu untuk menyingkir.
"Bos..lagi nggak enak hati ya?Apa masalahnya cerita sama aku siapa tau aku bisa membantu bos membuat permasalahan bos beres",celetuknya dengan tatapan serius kearah Iman yang menatap pemuda tanggung itu dengan kening berkerut.
"Lo mau bantu apa?Bocah kemaren sore nggak usah sok ikut campur urusan orang tua sana siap siap buat buka bengkel aj",perintah Iman yang dijawab gelengan oleh Sabrin membuat kerutan didahi Iman bertambah dalam karena menahan kesal dengan sikap keras kepala pemuda itu.
"Nanti aja itu bisa ditunda yang penting sekarang ayo kita bicara serius tentang permasalahan yang lagi bos alami sekarang".
"Lo...mau bantu gue nyeleseiin masalah gue sekarang?", tanya Iman yang dijawab anggukan oleh Sabrin dengan ekspresi serius.
"Umur Lo sekarang berapa?", tanya Imam lagi pada pemuda itu.
"17 tapi kata orang umur nggak bisa jadi patokan kedewasaan seseorang Lo bos yang paling penting itu pengalaman dan....".
"Orang yang mana dan pengalaman Lo apa?", tanya Iman dengan menyandarkan punggungnya kesandaran kursi besi tua itu dan bersidekap menatap Sabrin tajam.
"Ya... . orang orang yang selama ini aku temui dan pengalaman ku selama kumpul sama mereka".
"Iya pengalaman yang buat Lo jadi merasa sok bener sok pinter dan sok tau karena itu Lo sampai nggak mau sekolah begitu? Yang Lo bilang dewasa bukan patokan umur",omel Iman yang membuat Sabrin Reflek menggaruk garuk kepalanya yang tidak gatal.
"Bilang kaya gitu sama gue kalau Lo udah sukses dan Lo tau ukuran sukses itu?".
Sabrin menggeleng"Nggak bos?".
"Sukses itu kalau Lo udah hidup bener dalam arti sebenarnya".
"Lalu apa sekarang bos udah sukses?Kan bos ditakuti juga dihormati banyak orang."
"Nggak gue itu contoh orang gagal jadi jangan ditiru",jawab Iman yang dibalas gelengan oleh Sabrin.
"itu nggak bener bos.Aku aja pengen bisa kaya bos nantinya".
"Lo mau kayak gue?".
Sabrin mengangguk.
"Iya emang nggak boleh?".
"Nggak.Mumpung Lo masih muda ambil kesempatan Lo dengan sekolah yang bener sekarang sambil Lo cari duit buat hidup Lo dan hidup mak Lo sampai nanti Lo bisa keluar dari lingkaran setan ini".
"Lho kok sekarang bos jadi ngocehin aku sih kan tadi aku yang mau denger curhat soal masalah bos kenapa jadi malah kebalik",gerutu Sabrin dengan wajah cemberut.
"Udah gue bilang ini masalah orang dewasa dan Lo yang masih dibawah umur nggak akan bisa ngasih solusi ama gue karena memang nggak ada solusinya sekarang jadi ya meski nggak suka, gue tetep harus nerima sakit kepala gue minimal selama satu Minggu ini",jawab Iman dengan berdiri dari duduknya berniat untuk mulai bekerja dari pada hanya duduk diam saja yang membuatnya semakin merasa sakit dikedua kepalanya.
"Hah!Bos sakit ya? Kalau sakit seharusnya istirahat aja nggak usah kerja biar aku sama bang Fahri aja yang kerja hari ini bos,supaya bos cepet sembuh",celetuk Sabrin dengan ikut berdiri bersama Iman lalu bergegas berjalan lebih dulu dari Iman dan mulai membuka pintu bengkel.
Iman yang melihat apa yang dilakukan Sabrin berniat melakukan pekerjaan lainnya tapi langsung dilarang oleh pemuda tanggung itu.
"Jangan bos!",larangnya yang membuat Iman heran.
"Kenapa?".
"Bos istirahat aja sana biar aku aja yang ngerjain, nanti sakit kepala bos tambah parah dan malah pingsan Lo",celetuknya yang membuat Iman langsung menoleh kearah pemuda itu dan berniat mengatakan sesuatu tapi batal karena lebih dulu mendengar pertanyaan Fahri yang baru datang saat itu.
"Siapa yang pingsan Sab?",tanya Fahri yang dijawab Sabrin dengan menunjuk kearah Iman.
"Bos baru aja pingsan?Kok bisa?Sakit ya bos kalau sakit sebaiknya pergi berobat sebelum parah".
"Nah bener kan yang ku bilang tadi bos bang Fahri juga nyuruh bos buat istirahat aja".
"Iya bos biar kami berdua aja yang mengurus bengkel hari ini sebaiknya sekarang bos pergi kerumah sakit buat berobat".
"Iya bos pakai kartu berobat dari negara sana kan nggak bayar juga bos,sayang kalau nggak dipakai setiap bulan kita udah bayar kok",celetuk Sabrin yang diangguki oleh Fahri tanpa mendengarkan penjelasan Iman apa sebenarnya sakitnya sekarang hingga membuat Iman menjadi tambah kesal karenanya.
"Sebaiknya kalian mulai kerja aja sekarang!Jangan santai santai kalian pikir duit yang gue pakai membayar gajih kalian duit negara apa!",bentaknya yang membuat Sabrin dan Fahri saling pandang karena bingung dengan sikap Iman yang malah marah mendengar usulan mereka barusan.
"Belum mulai mau kerja juga!",bentak Iman lagi yang dijawab anggukan oleh mereka berdua dengan segera mulai melakukan pekerjaan mereka sementara Iman memilih pergi keluar bengkel karena ternyata dekat dengan kedua orang itu malah membuat kepalanya semakin sakit dan ingin melampiaskannya pada mereka yang sangat tidak peka.
"Bos mau kemana?",tegur Sabrin dengan ekspresi masih khawatir saat melihat Iman berjalan keluar dari bengkel meski tadi dia Barusaja dibentak Iman tapi itu bukan apa apa baginya dan Fahri.
"Sarapan emang mau kemana?",terang Iman dengan berjalan pergi dari bengkelnya.
Tapi baru beberapa meter dia berjalan tiba tiba Sabrin kembali berteriak.
"Bos bungkusan aku satu ya sama teh panasnya segelas!Bang Fahri mau juga?",tanyanya pada Fahri.
"Boleh deh,nasi pecel satu sama kopi hitamnya yang kental kaya biasa",ucapnya.
"Bos bang Fahri nasi pecel sama ....".
"Gue denger nggak usah teriak teriak lagi!",bentak Iman yang langsung membuat mereka diam.
"Dasar tadi sok khawatir mendengar orang mau sarapan langsung nggak mau rugi",gerutu Iman yang masih bisa didengar oleh Fahri dan Sabrin yang hanya bisa saling tatap mendengar gerutuan Iman.
"Bos kami beneran khawatir kok kalau bos sakit beneran sebaiknya....".
perkataan Fahri terhenti karena Iman tiba tiba membalikkan tubuhnya menatap mereka berdua dengan tatapan tajam.
"Gue cuma sakit kepala nggak usah aneh aneh lagi cepet kerja sana!",perintahnya yang langsung diangguki oleh mereka berdua dengan mulai melakukan pekerjaannya.
tq
Hafiz yg sudah merebut Aisyah.
akan merebut juga Ayunda....
Hajar aja Man......
pala pucing ya..... kacian....