Viola merasa di tipu dan dikhianati oleh pria yang sangat dicintainya. Menyuruh Viola kuliah hingga keluar negeri hanyalah alibi saja untuk menjauhkan Viola dari pria itu karena tidak suka terus di ikuti oleh Viola.
Hingga 8 tahun kemudian Viola kembali untuk menagih janji, tapi ternyata Pria itu sudah menikah dengan wanita lain.
"Aku bersumpah atas namamu, Erland Sebastian. Kalian berdua tidak akan pernah bahagia dalam pernikahan kalian tanpa hadirnya seorang anak"
~ Viola ~
Benar saja setelah 3 tahun menikah, Erland belum juga di berikan momongan.
"Mau apa lo kesini??" ~ Viola ~
"Aku mau minta anak dari kamu" ~ Erland ~
Apa yang akan terjadi selanjutnya pada Viola yang sudah amat membenci Erland??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21. Ayo pulang
"Sarah??"
"Hemm"
"Aku akan menjemput Viola kembali"
Viola mendorong badan Erland lalu sedikit menjauh.
"Apa maksud kamu Mas??" Wajah yang baru saja kering dari peluh akibat pergulatan mereka kini sudah memancarkan kemarahannya.
"Sarah dengar dulu" Erland bangun dari posisi berbaringnya.
"Enggak!! Aku nggak mau dia kembali Mas. Aku belum siap untuk berbagi. Aku nggak siap membagi perhatian kamu sama wanita lain Mas. Aku nggak bisa" Sarah menyembunyikan wajahnya di antara lututnya yang masih tertutup selimut.
"Sarah, aku mohon mengertilah. Sekarang istriku bukan cuma kamu. Kita tidak bisa seperti ini terus menerus. Aku janji aku akan bersikap adil sama kalian berdua" Erland meraih tangan Sarah namun segera di hempasan oleh pemiliknya.
"Sekarang aku tanya sama kamu Mas. Apa kamu mencintainya??" Wajah berlinang air mata itu teramat menyakitkan bagi Erland.
"Aku akan belajar mencintainya" Jawab Erland dengan tegas.
"Enggak!! Jangan pernah belajar mencintainya. Semua masalah ini akan selesai kalau kamu menceraikannya!!" Desis Sarah tepat di depan wajah Erland.
"Aku tidak bisa Sarah"
"Kalau begitu akar permasalahannya hanya ada pada kamu Mas. Kamu mempertahankannya padahal kamu tidak mencintainya. Kamu justru menyakiti perasaanku. Kamu benar-benar jahat Mas!!" Sarah memukul dada Erland bertubi-tubi.
"Tenang sarah, tenang. Kendalikan dirimu. Sudah tiga tahun berlalu Sarah, aku terus berada di sisimu. Tapi istriku yang lain jauh di sana. Aku memang mencintaimu tapi tanggung jawabku bukan hanya kamu" Tangan Sarah melemah. Dia harus berbuat apalagi untuk membuat suaminya menceraikan Viola.
Baru saja dia merasakan kebebasan karena merasa memiliki Erland seutuhnya. Kini harus kembali di ingatkan juka Erland bukan hanya miliknya.
"Apa kamu ingin punya Anak dengan Viola?? Karena itu kamu ingin menjemputnya kan?? Kamu percaya tentang kutukannya padaku kan Mas??" Sarah mulai terisak lagi.
"Jangan berpikiran aneh-aneh Sarah!! Tidak ada yang namanya kutukan. Jangan percaya hal-hal semacam itu!!" Erland ingat Ibunya juga menyinggung masalah kutukan Sarah pada waktu itu.
"Nyatanya aku tidak bisa hamil sampai sekarang, padahal kata Dokter semuanya sehat dan bagus. Memang semuanya gara-gara wanita itu. Dia berani menjatuhkan kutukan untukku Mas. Gara-gara dia aku tidak bisa merasakan mengandung anakmu!!"
Sarah mulai histeris, menangisi nasibnya menjadi seorang istri yang di beri madu saat pernikahan mereka baru dua minggu. Lalu ditakdirkan untuk tidak bisa mempunyai anak gara-gara kutukan dari madunya semdiri.
"Jangan pernah meragukan kuasa Allah Sarah. Tidak ada yang namanya tidak mungkin jika Allah sudah berkehendak. Jadi jangan sangkut pautkan semua ini dengan kata-kata Viola"
"Kamu membelanya Mas??"
"Astagfirullah Sarah, harus bagaimana aku meyakinkanmu Sarah. Aku mohon sekali ini saja mengerti posisi ku. Aku tau kamu sakit hati, tapi aku juga mempunyai beban di kedua pundak ku"
Erland pergi meninggalkan Sarah ke kamar mandi. Tidak peduli dengan bajunya yang berserakan dan tak memakainya satupun.
Di bawah guyuran air dingin, Erland menyesali semua perbuatannya. Bukan hanya saat ini, sejak kejadian Viola terbaring koma waktu itu Erland juga sudah sangat menyesal. Tapi untuk apa semua itu saat ini. Menyesal pun tiada guna. Makanya Erland berusaha memperbaiki semuanya. Menyusun lagi sedari awal semua yang sudah dia hancurkan. Meski tak bisa kembali utuh, setidaknya masih berbentuk. Daripada Erland akan menyesal selamanya karena tak ada niatan untuk memperbaikinya sama sekali.
*
*
*
*
Hari esoknya pun tiba, Erland sudah bersiap untuk terbang menyambangi istrinya. Baju dan segala keperluannya juga sudah siap di dalam koper yang di bawanya.
Namun Erland sedikit berat meninggalkan Sarah yang masih mendiamkannya. Bahkan Sarah tidak menegurnya sama sekali sejak semalam.
"Aku berangkat dulu, jaga diri baik-baik. Aku akan menghubungimu begitu aku sampai di sana" Satu kecupan perpisahan di berikan Erland di kening Sarah.
Bunyi roda koper yang di tarik menyadarkan Sarah jika suaminya itu telah pergi. Kini hanya tinggal dia sendiri di kamar itu. Lelehan air mata mulai membasahi pipinya lagi. Padahal matanya yang bengkak karena menangis semalaman belum juga hilang.
Rasanya ingin mencegah kepergian Erland namun lidahnya kelu. Sarah hanya mampu melihat punggung yang lebar itu mulai menjauh.
Kembali ke masa sekarang....
"Maka dari itu. Karena kamu yang memberikan kami kutukan. Berarti aku harus mendapatkan anak darimu bukan?" Erland menaikan satu alisnya.
"Mimpi aja saja lo!! Hidup menua tanpa seorang anak tidak terlalu buruk sepertinya" Viola membalasnya dengan sebuah senyuman miring. Lebih tepatnya mencemooh kehidupan Erland dengan istrinya.
Erland menyandarkan badannya lalu tersenyum menatap Viola yang terlihat begitu membencinya.
"Jujur Abang sampai nggak tau mau jawab apalagi Vi"
"Bagus kalau gitu, cepet lo keluar dari sini gue sibuk!!" Usir Vio memakai kaca mata bacanya lagi.
"Nggak bisa Vi. Abang datang kesini karena ingin menjemput kamu. Jadi Abang tidak akan keluar tanpa kamu"
"Gue nggak tertarik!!" Viola kembali fokus pada rekam medis pasien yang akan di tanganinya besok.
Erland tak habis pikir, kenapa dia bisa kehilangan kata-katanya di hadapan Viola. Sama sekali tidak bisa menjawab ucapannya yang begitu kasar dan ketus itu.
Keheningan terjadi beberapa saat karena Viola yang sibuk dengan pekerjaannya sedangkan Erland terus terpaku pada wajah cantik Viola yang tampak begitu serius itu.
"Pulanglah Vi" Akhirnya Erland kembali mengeluarkan suaranya. Tak tahan karena merasa mereka berdua adalah orang asing yang tak saling mengenal.
"Pulang sama Abang. Kita mulai dari awal. Abang akan belajar mencintai kamu Viola. Abang yakin tidak akan sulit untuk mencintaimu"
Viola langsung melirik Erland dengan tajam. Siap melayangkan protesnya.
"Bohong!! Gue udah coba bertahun-tahun tapi lo nggak pernah bales cinta gue!! Itu berarti sulit kan??"
Lagi-lagi Erland terdiam tak dapat mengembalikan ucapan Viola. Erland memberikan umpan pada ikan yang salah.
"Tapi tidak mungkin pernikahan kita akan seperti ini terus Viola"
"Terus mau kaya apa?? Gue tadi udah seneng liat lo datang kesini. Gue kira mau nganter surat cerai"
"VIOLA!!" Erland memberontak Viola bahkan samapi Erland berdiri dari duduknya.
"Sudah Abang katakan tidak ada perceraian di antara kita. Mau tidak mau kamu tetap harus ikut Abang pulang. Kamu istri Abang jadi Abang berhak sepenuhnya atas kamu. Jangan jadi istri durhaka kamu Vi!!" Erland sudah geram dengan Viola yang tak bosan mengucapkan kata cerai, juga dengan bahasanya hang kasar pada Erland.
Viola mengepalkan tangannya kuat, wanita yang hatinya telah remuk itu mendongak menatap Erland yang tinggi menjulang.
"Lo nggak berhak ngatur gue!! Mau lo suami gue kek bukan kek, buls**t!! Nggak ada lagi yang jadi tujuan gue buat balik lagi ke sana" Tatapnya berapi-api.
Erland meraup wajahnya dengan satu tangannya. Menurunkan sedikit emosinya yang mulai terpancing.
"Baiklah Viola, dengarkan Abang. Kalau kamu memang tidak mau pulang karena Abang, setidaknya pulanglah demi Mami. Kondisi Mami semakin menurun, jantungnya sudah semakin memburuk"
Barulah Viola terdiam setelah Erland menyebut Maminya. Viola memang anak yang tak berbakti sampai kesehatan Maminya saja dia tidak tau.
mana bisa keguguran hamil juga ngga....
susah siihh kalo emang udah diniatin dari awal ngga bener yaa ngga bener kedepannya juga. sakit dibikin sendiri bertahan hanya demi harta🤨🤨