DILARANG PLAGIAT YA!
Seorang lelaki berjaket hitam terduduk di lantai, dia membersihkan cairan merah kental yang menodai tangannya. Dia mengambil pisau dan tongkat kasti kesayangannya, siapapun yang berani melukai wanitanya maka orang itu akan ia bebaskan dari dunia ini.
Dia adalah Dave Winata, namanya jarang didengar karena identitasnya yang sengaja dirahasiakan. Wajah dan sorot matanya yang dingin menyerang siapapun dengan tatapan elang yang siap memangsa. Hanya ada satu kelemahannya, yaitu air mata wanitanya.
Penasaran kan? Lanjut yuk ke ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sekar Arum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LOLOS
WARNING:
SILAHKAN LIKE DAN VOTE NOVEL INI DULU.
........................
Aryn mengintip dari celah jarinya, anak buah Susi terlihat melotot. Punggung Dave naik turun tak beraturan karena napasnya yang ngos-ngosan, tangan kanannya mencengkeram leher orang itu. Sementara tangan kirinya seperti sedang memegang sesuatu, Aryn tidak bisa melihat dengan jelas karena terhalangi tubuh Dave.
Bruk,
Tubuh pria tinggi besar itu tumbang setelah Dave melepaskan cekikan tangannya dari leher orang itu. Keringat dingin Aryn mengalir deras saat melihat tangan kiri Dave yang masih memegang pisau yang berlumuran darah. Dave tidak terluka sama sekali, ia berhasil menangkis serangan pisau bahkan ia menusuk dalam perut kiri orang itu.
Dave menatap darah yang sudah merembes membasahi seluruh baju orang itu. Seketika ia mengecek kemejanya, dan benar saja ada noda darah di kemejanya.
"Kemejaku ini lebih mahal dari darah seorang pria pengecut sepertimu," Ucap Dave yang melepaskan kemejanya menyisakan kaos putih tipis yang melekat di tubuhnya. Ia membuang kemejanya sembarang arah.
"Cepat keluar ke jalan raya depan hotel, bawa satu orang bersamamu!" Dave menelpon salah satu pengawalnya. Dave selalu membawa beberapa pengawal kemanapun ia pergi, untuk alasan keamanannya. Tapi ia selalu memerintah anak buahnya untuk mengawasi dari jarak jauh.
"Berhentilah menangis! Sejak tadi kerjaanmu cuma menangis, menangis, dan menangis saja," Ucap Dave dengan nada jengkel karena melihat Aryn yang sudah banjir air mata.
"Aku takut..." Jawab Aryn dengan terisak.
"Untuk apa takut? Mereka akan menjadi makan malam peliharaanku," Ucap Dave santai sambil memungut kantong plastik belanjaannya tadi. Ia mengambil permen karet dan mengunyahnya.
"Yang aku takuti adalah ibu tiriku, karena mereka berdua itu orang suruhan ibu tiriku," Jawab Aryn.
"Kau mau aku membawamu pergi, kan? Selama kau bersamaku kau akan aman."
"Itu yang aku takutkan sekarang. Kau baru saja membunuh seseorang," Aryn melangkah mundur perlahan. Dave yang menyadari hal itu langsung memegang tangan Aryn.
"Aku hanya melindungi diriku. Jika aku tidak membunuhnya, maka aku yang akan mati. Aku sudah menyelamatkanmu, kau mau menolak membalas budi? Lagi pula kau kan yang memintaku untuk membawamu pergi dari sini?" Dave tersenyum seringai membuat Aryn bergidik ngeri.
"****** deh gua! Tapi kayaknya dia nggak bisa kasar sama perempuan, semoga aku beneran aman." Batin Aryn.
"Ada apa, bos?" Tanya salah satu pengawal Dave. Dua orang pengawal Dave yang tak kalah tinggi dan besar sudah sampai di TKP.
"Buang dia!" Dave menunjuk anak buah Susi yang sudah tidak bernyawa. Ternyata ucapannya tadi yang ingin menjadikan orang itu menjadi makan malam hewan peliharaannya tidak sungguh-sungguh.
"Kalau yang ini, bos?" Tanya pengawal lain menunjuk anak buah Susi yang duduk lemas menatap temannya diangkut.
"Tinggalkan saja!" Perintah Dave.
Pengawal itu mengangguk, lalu ia membantu temannya untuk mengangkat anak buah Susi.
Sementara Dave, ia sedikit menarik tangan Aryn mengajaknya ke hotel.
"Kau mau membawaku kemana?" Tanya Aryn yang memaksa Dave menghentikan langkahnya.
"Ke dalam sana," Dave menunjuk ke arah hotel.
"Aku tidak mau! Lepaskan aku!" Aryn berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Dave.
"Kau mau aku membawamu, kan?" Tanya Dave.
"Iya! Tapi kenapa kau membawaku ke hotel? Apa yang akan kau lakukan?" Aryn menanya balik kepada Dave.
Pletak,
Dave menjitak kening Aryn karena merasa kesal, gadis semuda dia pikirannya sudah kotor.
"Aauuuwww... sakit tau..." Keluh Aryn yang mengelus dahinya.
"Jaga mulutmu itu! Aku juga pilih-pilih kalau mau menghabiskan malam dengan wanita. Melihatmu saja aku sudah tidak bernafsu." Dave mencibir Aryn saat melihat Aryn dari ujung kepala hingga ujung kaki.
"Apa???" Aryn membelalakkan kedua bola matanya yang hitam. Ia dulu primadona di sekolahnya, banyak siswa laki-laki yang mengejar cintanya. Banyak orang memuji kecantikan wajahnya, tubuhnya juga langsing sedikit berisi di bagian-bagian tertentu membuat tubuhnya terlihat sempurna. Dan sekarang pria dihadapannya ini menghina kecantikannya.Tapi kemudian ia sadar akan suatu hal, lalu ia melihat tubuhnya sendiri.
"Benar yang dikatakan pria ini, mana ada yang tertarik dengan keadaanku sekarang. Tubuhku kotor dengan keringat yang bercampur debu, pakaianku sudah lusuh dan rambutku acak-acakan. Sudah seperti gelandangan ini namanya." Batin Aryn.
"Hemm," Jawab Dave cuek.
"Mau ikut atau tidak?" Tanya Dave. Tanpa menjawab Aryn langsung berjalan menyusul Dave yang sudah jalan duluan masuk ke dalam hotel. Aryn sempat melihat mobil ibu tirinya keluar dari hotel saat dia baru masuk gerbang hotel.
Susi yang melihat Aryn bersama Dave dari dalam mobil mengumpat habis-habisan. Ia tadi sebenarnya menyaksikan pertarungan anak buahnya dengan Dave karena saat Aryn kabur ia juga ikut mengejar. Hanya saja Susi memilih untuk tetap aman
dengan bersembunyi agak jauh dari TKP.
"Sial, dia lolos! Tapi aku tidak akan berhenti sebelum hidupmu hancur!" Susi memukul-mukul pintu mobil.
.......................
Dave membuka pintu kamar hotel dengan kunci berupa kartu dengan cepat.
Ceklek,
Pintu kamarnya sudah terbuka lebar, Dave lebih dulu masuk dengan koper yang ia ambil di mobil tadi. Aryn menyusul Dave masuk dengan ragu-ragu.
"Bos, dari...." Ken tidak sanggup melanjutkan ucapannya karena melihat tatapan elang dari Dave.
"Matamu tidak buta, kan?" Jawab Dave dengan penuh penekanan di setiap katanya.
Ken memperhatikan Dave dari atas hingga bawah. Rambutnya acak-acakan, dahinya berkeringat. Dan bosnya hanya mengenakan kaos oblong putih, dia juga menenteng koper hitam. Tapi dia datang dengan seorang wanita yang keadaannya lebih mengenaskan, pakaiannya lusuh dan tubuhnya lecet-lecet.
"Ampuni aku, bos!" Ken menepuk jidatnya. Ia teringat sesuatu saat melihat koper hitam yang di bawa Dave, ia lupa memindahkan koper itu ke kamar.
"Siapkan baju ganti untuknya!" Dave tidak merespon Ken, ia justru memberikan perintah. Ken yang mencari aman hanya mengangguk lalu bergegas pergi menjalankan tugas.
"Siapa gadis ini? Apa dia kekasih baru bos? Bukannya bos belum move on dari Elsa," Batin Ken saat berjalan melewati Aryn.
Ken keluar dari kamar Dave meninggalkan Dave dan Aryn di kamar.
"Kau tidak pegal?" Tanya Dave yang sudah duduk di salah satu sofa.
"Jelas saja pegal, kau saja yang tidak peduli menawarkanku untuk duduk." Jawab Aryn yang sudah duduk dengan kesal.
"Untuk malam ini aku menginap di sini. Besok pagi aku akan pulang ke rumahku."
"Hemm," Aryn menirukan gaya bicara Dave.
Pletak,
"Aku sedang berbicara denganmu!" Dave menjitak kening Aryn karena kesal.
"Sakit tau! Ayahku aja nggak pernah jitak jidatku," Aryn memonyongkan bibirnya.
"Makanya jawab yang benar," Jawab Dave.
"Kau juga begitu!" Ucap Aryn dengan nada mencibir.
"Oke oke. Sekarang bersihkan tubuhmu itu!" Perintah Dave.
"Mana bisa? Pakaianku aja belum ada." Aryn menyilangkan tangannya ke depan dadanya.
"Terserah," Ucap Dave cuek, ia merebahkan tubuhnya di ranjang.
..................................
Like dan vote ya....