Renatta Putri Setiawan, seorang gadis berusia 22 tahun. Hidup dalam kemewahan dan kemanjaan dari keluarganya. Apapun yang menjadi keinginannya, selalu ia di penuhi oleh orang tua dan saudaranya.
Namun, suatu hari gadis manja itu harus menuruti keinginan orang tuanya. Ia harus mau dijodohkan dengan seorang pria berusia 40 tahun, agar keluarga Setiawan tidak mengalami kebangkrutan.
Renatta yang membayangkan dirinya akan hidup susah jika keluarganya bangkrut, terpaksa menerima perjodohan itu. Asalkan ia tetap hidup mewah dan berkecukupan.
Gadis itu sudah membayangkan, pria 40 tahun itu pasti berperut buncit dan berkepala plontos. Namun, siapa sangka jika pria yang akan dijodohkan dengan dirinya ternyata adalah Johanes Richard Wijaya. Tetangga depan rumahnya, dosen di kampusnya, serta cinta pertama yang membuatnya patah hati.
Apa yang akan Renatta lakukan untuk membalas sakit hatinya pada pria yang pernah menolaknya itu?
****
Hai-hai teman Readers. Kembali lagi bersama Author Amatir disini.
Semoga cerita kali ini berkenan, ya.
Ingat, novel ini hanya fiksi belaka. Tidak ada ikmah yang dapat di ambil setelah membacanya.
Terima Gaji.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Five Vee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
03. Bertemu Pria Yang Akan Dijodohkan
Renatta sejak tadi terus saja berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya. Malam ini, akan ada pertemuan antara keluarga Setiawan dengan pria yang akan di jodohkan dengan dirinya.
“Apa aku kabur saja?” Tekad Renatta tiba-tiba goyah. Ia mendadak tidak ingin menikah dengan pria itu.
Sejak tadi pagi di beritahu oleh Randy, dirinya mendadak menjadi tidak bersemangat.
Tiba-tiba tidak ingin bertemu dengan pria berusia empat puluh tahun itu, apalagi sampai menikah dengannya.
“Aku baru dua puluh dua tahun. Apa kata teman-temanku jika tahu aku menikah dengan om-om?”
Gadis itu bermonolog. Pikirannya sedang mencari cara untuk menghindari pertemuan itu.
Suara ketukan terdengar dari pintu kamarnya. Membuat Renatta terjingkat.
Dengan malas gadis itu berjalan menuju pintu untuk membukanya.
“Kamu belum bersiap?” Mata Randy hampir melompat keluar ketika melihat penampilan sang adik yang masih lusuh.
“Bukannya, acaranya malam hari?” Gadis itu balik melempar tanya.
“Dan ini sudah sore. Jam tujuh nanti kita akan berangkat. Jadi, kamu harus segera bersiap.” Pria berusia tiga puluh tahun itu mendorong sang adik untuk masuk ke dalam kamarnya.
“Cepat.” Ucapnya sembari menjatuhkan bokong di atas ranjang.
“Ya. Tapi kakak keluar dulu.” Renatta menarik tangan sang kakak.
“Tidak. Aku akan menunggumu disini.”
Renatta terbelalak. Rencananya untuk kabur, akan gagal jika Randy tetap berada di dalam kamar itu.
“Kak, aku ‘kan mau bersiap. Kakak tunggu di luar.” Alasan gadis itu.
“Jangan banyak alasan. Kamu bersiap di ruang ganti. Masuk kedalam tutup pintu, dan mulai bersiap. Jangan banyak drama, apalagi mencoba untuk kabur.” Pria itu bangkit, kemudian mendorong tubuh sang adik memasuki ruang ganti yang ada di dalam kamar itu.
Renatta menghentakkan kakinya karena kesal. Rencananya untuk kabur telah terbaca oleh sang kakak.
“Dasar kak Randy menyebalkan.”
“Cepat bersiap dan jangan mengumpatku. Atau, uang bulanan dariku, akan aku kurangi.”
Di dalam ruang ganti, Renatta semakin kesal dan mencibir pria itu.
‘Pantas saja tidak ada gadis yang mau dengannya. Dia begitu menyebalkan. Dasar kakak tidak berperikemanusiaan.’
***
Dengan malas Renatta ikut masuk ke dalam mobil Alphard hitam, yang akan membawa mereka untuk bertemu dengan pria misterius yang akan dijodohkan dengan dirinya itu.
Ia benar-benar tidak bisa kabur, Randy berada di dalam kamarnya hingga gadis itu selesai berhias.
Ingin sekali Renatta memukul kepala sang kakak agar pria itu pingsan, sehingga ia bisa melarikan diri. Namun, rasa sayang pada pria itu membuatnya urung melakukan kekerasan.
“Senyum dong, Re.” Goda Randy dari sebelahnya.
Mereka duduk di kursi depan. Dimana Randy berperan sebagai seorang sopir. Sementara, papa dan mama berada di belakangnya.
“Senyum saja sendiri.” Ketus gadis itu.
Randy terkekeh. “Aku yakin, kamu pasti akan berterimakasih pada kita karena telah mempertemukan dengan pria ini.”
Dahi Renatta berkerut halus mendengar ucapan sang kakak.
“Apa maksud kakak?” Tanyanya penasaran.
“Tidak ada. Hanya saja, pria ini lebih kaya dari kita. Aku yakin, dia akan memanjakan dirimu dengan kemewahan.” Tukas pria itu kemudian.
Ia tidak mau Renatta sampai curiga jika pria yang akan mereka temui, adalah orang yang selama ini dekat dengan mereka.
“Ran, sudah. Fokus pada jalanan. Jangan bicara yang tidak-tidak.” Papa Roy menyela dari kursi belakang.
“Aku hanya berusaha menghibur adikku, pa. Papa tahu, dia berniat melarikan diri, karena tidak ingin ikut dengan kita.”
“Apa yang di katakan kakak mu itu benar, Re?” Tanya Mama Dona kaget.
“Tidak ada yang seperti itu, ma. Kakak hanya mengada-ada. Untuk apa aku kabur? Nanti yang sudah aku sendiri.” Renatta menjawab sang mama, namun ia melayangkan pandangan tak suka pada sang kakak karena telah membongkar niatnya melarikan diri.
‘Awas saja kamu, kak. Aku akan membuat perhitungan sama kamu nanti.’
Randy kembali terkekeh mendengar jawaban sang adik.
Tak berapa lama, mobil itu pun sampai di sebuah hotel mewah di tengah kota.
“Kenapa harus bertemu di hotel?” Tanya Renatta tak percaya. Gadis itu pun enggan untuk keluar dari dalam mobil.
“Dia sudah menunggu di atas. Ayo, jangan lama-lama.” Randy membantu sang adik membuka sabuk pengamannya.
Renatta hanya mampu menghela nafas pelan. Ia pun terpaksa untuk keluar.
Randy meminta orang tua dan adiknya untuk menunggu. Sementara dirinya pergi ke meja resepsionis untuk menanyakan dimana kamar kolega mereka.
Tak berapa lama, pria itu kembali datang bersama salah satu petugas hotel yang akan mengantar mereka ke tempat tujuan.
“Apa harus diantar?” Gerutu Renatta pelan.
“Ikuti saja. Jangan sampai mama dan papa tahu, jika kamu sebenarnya tidak mau bertemu dengan pria itu.” Randy berbisik pada sang adik.
Renatta menghentakkan kakinya karena kesal.
Mereka di arah masuk ke dalam lift. Petugas hotel yang seorang pria itu, kemudian menekan tombol menuju lantai dua puluh.
Tak lama kemudian lift berhenti. Mereka keluar, dan hanya ada beberapa pintu kamar di lantai itu.
‘Seberapa kaya pria itu? Hingga bisa menyewa kamar di lantai paling atas hotel ini.’
Batin Renatta bermonolog. Ia tahu, biaya sewa kamar di lantai teratas hotel itu sangat mahal.
Petugas hotel itu menekan bel pada pintu. Benda berbentuk persegi panjang itu kemudian terbuka dari dalam.
Seorang petugas hotel lainnya telah menyambut kedatangan mereka.
“Silahkan masuk, tuan dan nyonya.” Ia mempersilahkan keluarga Setiawan untuk masuk.
Kamar hotel itu bertipe President Suite Room. Yang kembali membuat Renatta tercengang.
Petugas hotel yang tadi membukakkan pintu, menuntun mereka menuju ruang tamu. Dimana terdapat sebuah meja yang telah diisi penuh dengan makanan.
Sementara, seorang pria menggunakan pakaian formal sedang berdiri di balkon dengan membelakangi pintu masuk.
Jantung Renatta berdegup kencang. Ia seperti tidak asing dengan perawakan pria itu.
Papa Roy dan Randy berjalan mendekat ke arah pria itu. Mereka saling menyapa, namun pria itu masih saja berdiri membelakangi, sehingga Renatta tak dapat melihat wajahnya.
“Sayang. Ada apa?” Tanya mama Dona yang melihat langkah sang putri memelan.
“Ma. Kenapa aku tidak asing dengan orang itu?” Tanya Renatta secara langsung.
Ia berusaha menerka, namun hatinya meragu. Tidak mungkin pria itu adalah orang yang ia kenal bahkan pria yang ia kagumi selama ini ‘kan?
“Tentu kamu mengenalnya.” Ucap mama Dona yang membuat Renatta mengerenyitkan dahinya.
Dan langkah gadis itu tiba-tiba terhenti saat sang pria membalik badan ke arah gadis itu.
“O-om Rich?!”
***
Bersambung.
dimana mana bikin gerah 😜🤪
aku baru nemu cerita ini setelah kesel nunggu cerita sisa mantan 😁