Karena ditinggalkan oleh kekasihnya dalam keadaan hamil, Felinova terpaksa setuju menikah dengan lelaki pilihan orang tuanya untuk menutupi aib keluarga.
Faisal Ramadhan, lelaki pekerja keras yang hidup sebatang kara dan pernah diasuh oleh keluarga Handoko pada akhirnya menikah dengan putri tunggal keluarga konglomerat itu sebagai bentuk balas budinya.
Kehidupan pernikahan yang dingin dan tanpa cinta membuat Feli tersiksa, terlebih setelah ia diasingkan di desa kecil bersama suaminya yang lebih tua 15 tahun darinya.
Sanggupkah Feli bertahan dan jatuh hati pada ketulusan Faisal? Atau pernikahan itu akan usai setelah si bayi lahir seperti kesepakatan di awal?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon UmiLovi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penampilan Baru
Usai perdebatan semalam dengan Faisal, Feli semakin gelisah dan tak bisa tidur dengan nyenyak. Kenapa tiba-tiba Faisal ingin memperjelas hubungan mereka? Bukankah sejak awal tujuan pernikahan mereka hanyalah demi bayi yang saat ini Feli kandung!? Tak semestinya timbul perasaan apapun di antara keduanya, bukan?
Tiba waktu sarapan, Feli turun dan tak lagi menemukan Faisal di meja makan. Entah mengapa ia jadi tak selera melihat seporsi makanan buatan Bik Sum.
"Feli, nanti siang Abang bubur ayamnya ke sini. Kamu jangan terlalu banyak makan dulu sekarang."
Feli mengawasi pada Maminya yang tengah mengoles roti gandum dengan selai kacang, sementara di depan Feli tersaji seporsi nasi goreng dan telur ceplok.
"Kayanya Feli mau pulang aja deh, Mi."
Sartika terbelalak. "Jangan becanda kamu, Feli. Terus bubur ayamnya mau di kemanakan kalo kamu pulang!"
Feli menghela napas panjang, ia menyendok nasi goreng dan mengunyahnya dengan tak bersemangat.
"Jam berapa Kak Ical tadi pulang, Mi?" tanya Feli penasaran. Tatapan terakhir Faisal sebelum meninggalkan kamarnya entah mengapa selalu terbayang-bayang.
"Jam 7. Dia keburu karena hari ini semua petani sedang sibuk panen, mau bangunin kamu nggak tega katanya!"
"Cih ..." Feli tersenyum kecut.
Mana pernah Faisal peduli dengan dirinya, mau Feli tidur seharian sampe seminggu tak bangun pun sepertinya Faisal tak akan peduli.
"Kamu pulang besok aja. Nanti habis makan bubur, kita nyalon dulu, gimana? Kayanya kamu perlu ganti model rambut biar nggak gerah."
Feli memutar bola matanya. "Mana ada gerah, Mi. Yang ada di gunung tuh selalu dingin!"
"Tapi semakin besar kandunganmu, nanti kamu pasti akan ngerasa engap dan gerah. Percaya deh sama Mami! Kita ke salon dulu, oke?" paksa Sartika.
Mau tak mau akhirnya Feli mengangguk. Toh sudah lama juga ia tak ke salon lagi sejak hamil.
"Sepulang dari salon, kita mampir ke Dokter buat cek kandungan kamu!" usul Sartika lagi.
Kembali Feli mengangguk. Ia sudah tak memiliki banyak pilihan selain setuju dengan rencana Maminya.
Tiba di salon langganan Sartika, Feli memutuskan untuk mengganti warna rambut alih-alih memotongnya. Feli tetiba ingat, Faisal sangat suka dengan perempuan berambut panjang. Dulu semasa Feli kecil, Faisal selalu mengatakan hal itu sembari membantu menguncirkan rambutnya.
"Yakin nggak mau potong rambut?" tanya Sartika lagi memastikan.
"Yakin, Mi. Kak Ical lebih suka rambut Feli panjang."
Sartika mengangguk-angguk paham. Kebalikan dari Faisal, Handoko malah lebih suka melihat rambut istrinya rapi sebatas bahu dan diblow simpel.
"Oke, Len. Turuti saja kemauannya." Sartika menepuk pundak Hellen selaku owner salon langganannya.
"Okay, Mamita. Hellen eksekusi nih!"
Sartika mengangguk. Ia lantas berlalu dan memilih untuk hair spa sembari menunggu putrinya.
Sebuah tendangan menyendul perut Feli ketika ia tengah memilih warna rambut. Feli tersenyum bahagia sembari membelai perutnya dengan lembut.
"Are you happy too, Baby?" lirih Feli bertanya pada janin di dalam perutnya. Setiap kali Feli merasa bahagia atau bersedih, bayinya akan menyapanya melalui tendangan lembut.
"Yey hamidun, Feli?" tanya Hellen terbelalak.
Feli mengangguk keki.
"Whatt? Are you kidding me?"
Feli membuka penutup kain yang membelit tubuhnya dan menunjukkan perutnya pada Hellen.
"Oh, No! Feli!" Hellen mencengkram erat kedua pundak Feli. "Sapose yang berani menikahi dan menghamili yey! Katakan!"
Feli terkekeh, Hellen yang bencis memang selalu bersikap sangat over protektif padanya dan menganggap Feli sebagai putrinya sendiri.
"Coba tebak!" goda Feli di antara tawanya.
"Tinta ada waktu menebak, Feli! Tell me now!"
"Kak Ical."
"Whatttt?!!!" Bola mata Hellen membulat seakan hendak melompat keluar. "Yey merebut my baby honey!?"
Tawa Feli semakin lepas. Sejak dulu Hellen memang sangat menyukai Faisal, bahkan cenderung terobsesi pada semua pria yang datang ke salon ini.
"Eyke jambak yey, Feli! Eyke jambakkk!!" Hellen menarik rambut Feli dengan gemas sementara Feli semakin tertawa terbahak-bahak.
...****************...
wahh sumpah y kak ical jd knytaan mlh lgsung nikah y jg ma kak ical bkn dgn yg mirip sma dia🤣🤣🤣
ku fkir jonas mw bicara klo dia ga akn bw feli k amerika degh krn dia jg ga tega misahin feli n love dr haikal