Mencintai Ipar Ku Sendiri

"Oh iya kenapa gak Lia aja ya yang aku jadikan sekretaris? Daripada dia kerjanya cuma nyanyi yang gak tentu hasilnya dan pastinya dipandang sebelah mata oleh orang lain." gumam Daniel yang masih memikirkan tentang sekretaris barunya.

Akhirnya Daniel menghubungi Lia untuk membuat janji bertemu dengannya di sebuah kafe pada sore hari. Lia pun mengiyakan karena memang dia sedang ada waktu luang dan Lia akan berangkat sendiri saja menolak Daniel yang ingin menjemputnya.

Saat ini keduanya sudah duduk berhadapan di sebuah kafe dengan minuman dingin di depan mereka masing-masing.

"Oh ya memangnya ada perlu apa kamu minta kita ketemuan?" tanya Lia penasaran karena sejak tadi Daniel hanya berbasa basi saja.

"Begini, aku mau kasih kamu kerjaan yang pasti." jawab Daniel.

Lia pun mengerutkan keningnya mendengar ucapan Daniel.

"Maksud ku bukannya aku merendahkan pekerjaan mu yang sekarang, tapi aku mau jadikan kamu sekretaris ku di kantor." terang Daniel.

Kemudian Daniel menjelaskan bahwa dirinya baru saja dinaikkan jabatannya dan mengharuskan dirinya mencari sekretaris untuk membantunya menghandle pekerjaan.

"Tapi aku gak punya keahlian khusus buat jadi sekretaris." ucap Lia.

"Nanti aku bakal tetap bantu kamu sampai kamu paham dan bisa kog. Dan gak mungkin juga aku lepas gitu aja kan." jawab Daniel menenangkan.

Lia pun terdiam, dia berpikir apakah memang ini saatnya dirinya terlepas dari Ferdi yang sebentar lagi juga akan menikah dengan orang lain. Dan diamnya Lia menjadi jawaban bagi Daniel bahwa dia masih meragukan.

"Aku bakal kasih kamu waktu buat berpikir dan aku harap kamu mau segera kasih jawaban biar aku bisa cari yang lain misalnya kamu tidak setuju." ucap Daniel karena mengerti dengan kegelisahan Lia.

Lia pun menjawabnya dengan senyuman dan berterima kasih karena Daniel memberinya waktu untuk berpikir.

***

Setelah pertemuannya dengan Daniel, Lia terus memikirkan tawaran pekerjaan baru yang diberikan Daniel.

"Apa aku terima aja ya? Lagian masak iya aku nanti akan terbayang-bayang terus sama kebaikan Ferdi? Apalagi dia kan mau menikah juga." gumam Lia bermonolog.

Akhirnya setelah berpikir cukup lama, Lia pun menerima tawaran Daniel untuk menjadi sekretarisnya. Lia pun menghubungi Daniel lewat sambungan telepon. Dan saat ini sudah pukul sembilan malam Lia pun tetap akan memberitahukan keputusannya kepada Daniel.

"Halo Lia. Ada apa?" tanya Daniel begitu dia tahu Lia menghubunginya.

"Maaf Daniel, aku ganggu kamu ya malam-malam gini?" jawab Lia merasa tidak enak.

"Oh gak lah, ini lagi santai aja di kost." jawab Daniel karena memang malam ini dia tidak pulang ke rumah orang tuanya.

"Lhoh kamu kost ya? Kenapa gak pulang ke rumah aja? Kan gak terlalu jauh juga." tanya Lia sekedar berbasa basi sebelum dia mengatakan maksud dan tujuannya.

"Cuma lagi malas pulang aja sih hehe." jawab Daniel apa adanya.

"Oh ya, kenapa malam-malam telepon?" tanya Daniel lagi karena pasti ada hal penting Lia menghubunginya.

"Begini Daniel, aku terima tawaran pekerjaan yang beberapa hari yang lalu kamu berikan itu." ucap Lia mengutarakan keinginannya.

"Oh bagus dong. Trus kapan kamu siap kerjanya?" tanya Daniel dengan antusias sampai-sampai dia merubah posisinya yang semula berbaring di kepala ranjang menjadi duduk tegak di atas ranjang.

"Kalau soal itu, sekalian minggu depan aja gimana? Soalnya aku mau selesaikan urusan ku dulu sama pekerjaan yang sekarang." jawab Lia karena memang dia harus menemui Ferdi untuk mengatakan bahwa dia akan keluar dari orkes miliknya.

"Oke baiklah, nanti kabari aja kalau kamu butuh sesuatu." ucap Daniel.

Lia pun mengiyakan kemudian berterima kasih dan mengucapkan salam sebelum mengakhiri panggilannya.

***

Baru kali ini Lia kembali menghubungi Ferdi untuk pertama kalinya setelah sekian lama dia memendam rasa itu. Karena untuk menghargai keadaan mereka yang sudah berubah. Ferdi yang sebentar lagi akan menikah dan tidak mungkin Lia masih menghubunginya.

Lia sengaja mengajak bertemu Ferdi di sebuah kafe yang dekat dengan tempat kerja Ferdi, karena Lia tidak ingin menganggu waktu Ferdi terlalu banyak.

Sudah hampir setengah jam Lia menunggu Ferdi yang katanya masih meeting hingga minuman di gelas Lia sudah hampir habis. Lia akan tetap menunggu Ferdi karena memang ada hal penting yang akan dia sampaikan.

Tidak berapa lama terdengar pintu kafe terbuka karena bunyi lonceng sebagai penandanya. Ferdi baru saja selesai meeting dan segera menuju ke kafe untuk berjanji bertemu dengan Lia yang entah kenapa tiba-tiba saja menghubungi. Ferdi mengedarkan pandangannya ke semua arah hingga menemukan Lia yang duduk membelakangi pintu masuk berada di pojok ruangan sehingga tidak melihat kedatangannya. Ferdi segera menghampiri Lia.

"Sorry nunggu lama ya? Soalnya meetingnya mendadak." ucap Ferdi begitu sampai di hadapan Lia dan segera duduk dihadapannya.

"Gak kog." jawab Lia dengan tersenyum ramah seperti biasa.

Ferdi melirik gelas Lia yang sudah hampir kosong.

"Sepertinya bener kamu nunggu lama." ucap Ferdi dengan terkekeh.

Lia pun mengikuti arah pandang Ferdi yang tertuju pada gelasnya hingga dia pun mengerti maksud ucapan Ferdi.

"Aku haus soalnya." jawab Lia membela diri, karena memang sebenarnya cukup lama dia menunggu Ferdi.

"Iya deh iya. Aku pesankan minum lagi ya?" tawar Ferdi.

Tetapi segera di tolak oleh Lia, Ferdi pun mengerutkan keningnya karena tidak biasanya Lia menolak tawarannya.

"Langsung aja aku mau menyampaikan sesuatu." ucap Lia setelah terdiam beberapa saat.

"Apa?" tanya Ferdi penasaran.

"Sebelumnya aku berterima kasih sama kamu, karena kamu udah bawa aku keluar dari Mami Cyntia dan menarik ku kerja sama kamu. Sebenarnya aku senang ikut kamu tetapi maaf aku harus keluar karena ada pekerjaan lain yang harus aku kerjakan." ucap Lia menjelaskan maksud dan tujuannya mengajak Ferdi bertemu.

"Kerja di mana? Sama siapa?" cerca Ferdi dengan pertanyaan.

Karena hanya dengan begitu saja Ferdi bisa tahu bahwa Lia akan keluar dari orkes miliknya. Dan sebenarnya Ferdi merasa keberatan akan hal itu. Meskipun dia akan menikah dengan Shasha tetapi rasa untuk Lia tidak pernah hilang dan masih tertinggal di salah satu sudut hatinya. Karena apa yang Ferdi lakukan kepada Shasha hanya bentuk rasa bersalahnya saja meskipun ada hati yang akan terluka.

"Dengan teman ku." jawab Lia singkat, karena dia tidak perlu menjelaskan terlalu detail kepada Ferdi mengingat hubungan keduanya yang sudah tidak ada apa-apa.

"Lia, maafkan aku." ucap Ferdi dengan sesal sambil meraih kedua tangan Lia yang berada di atas meja untuk dia genggam.

Tetapi dengan perlahan Lia menariknya sehingga membuat Ferdi mengerutkan keningnya. Bahkan Lia sekarang pun menolak bersentuhan fisik dengannya.

"Kamu akan segera menikah Fer, aku gak mau kalau aku di cap sebagai pelakor apalagi dengan status ku yang seperti ini." ucap Lia dengan tersenyum seakan menjawab kerutan di kening Ferdi.

Ferdi pun menghela nafas panjang dengan memejamkan matanya. Ini yang dia takutkan dulu dan sekarang pun cepat atau lambat pasti terjadi. Lia pasti akan pergi darinya dengan alasan klise seperti itu. Tetapi Ferdi juga tidak bisa menahannya karena Lia memiliki hidup sendiri.

"Ya udah kalau itu keputusan kamu semoga kamu bahagia." hanya kalimat itu yang sanggup Ferdi ucapkan.

"Terima kasih banyak." jawab Lia dengan senyum merekah seperti biasa dan hati yang lega karena dia berhasil melepaskan semuanya tanpa beban.

"Kalau begitu aku pulang dulu, maaf mengganggu waktu kamu." lanjut Lia dan segera bangkit berdiri.

Ferdi pun hanya menganggukkan kepalanya, menatap punggung Lia yang semakin jauh dari pandangannya hingga sosok Lia pun menghilang dan hanya tersisa bayangan-bayangan tentang Lia saja. Ferdi memejamkan kepalanya, didalam hatinya dia terus meminta maaf kepada Lia sebagai pihak yang tersakiti. Tetapi itu semua hanya mampu dia ucapkan di dalam hati karena ada Shasha yang akan menjadi tanggung jawabnya nanti.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Jangan bosan ya gaes terus dukung pokoknya 😍

Biar aku makin semangat berimajinasinya 😘