Setelah kekacauan besar yang mengguncang seluruh negeri, Xander kembali menghadapi ancaman yang jauh lebih berbahaya. Warisan terakhir Xylorr terungkap, suku pedalaman muncul ke dunia luar, dan Osvaldo Tolliver membawa misteri baru yang mengubah arah permainan.
Musuh bergerak dari segala sisi, para pengkhianat mulai menampakkan diri, dan keputusan Xander kini menentukan siapa yang akan bertahan hidup.
Di jilid kelima ini, rahasia lama akan terbongkar, kekuatan baru muncul, dan pertempuran sesungguhnya dimulai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Ultratown adalah sebuah kota rahasia yang memiliki tekhnologi yang sangat canggih. Gambaran terdekat dari kota ini adalah gambaran kota-kota canggih yang ada di komik, novel, dan film-film.
Sebagai sebuah kelompok yang sudah ada dan beroperasi sejak berpuluh-puluh tahun lalu, kelompok UltraTech memiliki tekhnologi lima puluh tahun lebih maju dibandingkan dengan tekhnologi yang ada di khalayak sekarang, dan teknologi tiga dekade lebih maju dibandingkan teknologi yang dimilik oleh lembaga rahasia negara.
UltraTech sudah mencapai beberapa kemajuan dan mengungkap beberapa pertanyaan publik mengenai rahasia alam semesta. Mereka merahasiakan hasil penelitian mereka dari publik maupun lembaga rahasia negara.
George mengamati keadaan langit yang cukup ramai dengan lalu lalu kendaraan terbang. Beberapa pulau terlihat mengapung di langit di mana beberapa rumah, gedung, taman, halaman, bahkan kolam dan danau berdiri di atasnya.
Ultratown hanyalah kota kecil yang menjadi gambaran imajinasi hampir semua orang. Hanya saja, kota ini sangat rahasia sehingga hanya beberapa orang saja yang bisa memasukinya. Penduduknya hanya terdiri dari beberapa ratus orang saja yang merupakan keturunan dan keluarga dari para peneliti.
Meski terdengar khayalan, nyatanya tidak sedikit kelompok rahasia yang beroperasi di balik bayangan untuk mencapai tujuan tertentu. UltraTech menyadari hal itu sehingga mereka mengembangkan banyak robot dengan beragam tugas dan kemampuan. Mereka juga melakukan penelitian untuk menciptakan sosok manusia sempuran versi mereka.
George mengembus napas panjang, berbaring di kursi selama beberapa waktu. Begitu mobil mendarat, ia bergegas turun dari mobil. Lantai mendadak bergerak, membawanya menuju ke sebuah lorong panjang.
George memasuki sebuah ruangan, menarik napas panjang. Ia melihat seorang pria tengah membelakanginya seraya menatap pemandangan dari jendela ruangan. Pria itu merasa sangat tegang karena suasana yang terkesan menekannya dari berbagai sisi.
George membungkuk singkat. "Aku datang atas permintaanmu, Ketua."
Pria itu seketika berbalik, tersenyum. "Aku senang kau datang, George. Maafkan aku karena menganggu waktu liburmu yang menyenangkan."
"Sudah menjadi tugasku untuk mematuhi perintahmu, Ketua. Apa yang bisa aku lakukan untukmu, Ketua?"
"George, aku memiliki tugas untukmu. Kita akan merekrut seorang pria untuk menjadi anggota baru kita. Aku sudah mengawasinya sejak beberapa tahun lalu. Dia adalah pria terkata di Vistoria, Havreland, dan Lytora. Kekayaannya tersebar di dalam dan luar negeri. Selain itu dia memiliki pengaruh yang cukup besar dari beberapa peristiwa yang terjadi Vistoria, termasuk dalam demonstrasi besar-besaran di Royaltown dan kota-kota lain."
Graham duduk di kursi yang mendadak muncul dari lantai. Kursi membawa pria berumur empat puluh tahunan itu mendekat ke sebuah meja.
Graham menekan sebuah tombol. "Aku sudah mengirimkan informasi orang itu padamu. Kau bisa mempelajarinya sekarang."
George membuka layar hologram, mengamati foto dan membaca informasi mengenai Xander. "Alexander Ashcroft. Dia pria tampan, gagah, dan kaya raya. Dia memiliki seorang istri yang sangat cantik dan anak laki-laki yang lucu dan tampan.”
George menggeser layar ke atas. "Dia memiliki kisah hidup yang cukup memprihatinkan. Ketiga ayahnya berniat menghabisinya dan keluarganya karena merasa iri dengan status pewaris keluarga yang jatuh pada ayahnya. Namun, Alexander berhasil menjebloskan ketiga pamannya ke penjara dan mengurung keluarga mereka dalam cengkeraman. Dia memiliki cara unik untuk membalas dendam, termasuk pada orang-orang yang menganggunya."
"Aku tahu apa yang harus kau lakukan, George."
"Aku mengerti, Ketua." Graham memejamkan mata erat-erat, menempatkan kedua tangan di dahi, mengembuskan napas panjang.
"Apa yang terjadi, Ketua?"
"Beberapa orang mulai menyadari mengenai keberadaan kelompok kita. Mereka bahkan memperjual belikan informasi tersebut pada orang lain. Mereka berasal dari kalangan petinggi negara bahkan orang-orang biasa. Orang-orang itu mulai mencari tahu dan menggali banyak informasi mengenai kelompok kita. Kita tidak bisa membiarkan hal ini terus terjadi."
Graham berdiri dari kursi. "Kau harus fokus pada tugasmu untuk merekrut Alexander Ashcroft, George. Kau tidak perlu mengkhawatirkan soal masalah ini. Kau hanya harus fokus pada tugasmu. Setelah kau menyelesaikan tugasmu, kau bisa bermain-main lagi seperti yang kau lakukan saat di kota."
George mengepalkan tangan erat-erat. "Aku mengerti, Ketua."
George membungkuk, bersiap pamit.
"George," panggil Graham.
George segera berbalik, membungkuk. "Iya, Ketua."
"Kau tentu tahu apa yang harus kau lakukan jika Alexander Ashcroft menolak ajakan kita.
Aku sangat berharap kau berhasil."
"Aku tidak akan mengecewakanmu, Ketua." George meninggalkan ruangan, mengembus napas panjang. "Aku sangat tegang selama berada di dalam ruangan."
George hanya diam, sedangkan jalanan membawanya menuju lorong. "Aku tidak menduga jika ketua akan menugaskanku untuk merekrut anggota baru. Dia biasanya akan menugaskan orang lain untuk melakukannya."
George menoleh pada ruangan George yang mulai menghilang dari pandangannya. "Aku merasa ketua sangat tertekan. Aku harap dia baik-baik saja."
George memasuki sebuah rumah, berbaring di ranjang. "Aku sangat lelah sekarang, tapi aku harus mempersiapkan keberangkatanku menuju kediaman Alexander. Aku harap dia tidak membuatku kesulitan."
Sementara itu, Xander dan yang lain tengah menyaksikan para anggota suku pedalaman berlatih di tanah lapang. Mereka dapat belajar dengan cepat ketika pelatihan dan pelajaran beladiri dan penggunaan senjata modern. Jyrik, Suhni, dan anak-anak yang lain juga sangat bersemangat untuk latihan.
Xander mengamati Alexis dalam pangkuannya yang tampak semangat menonton suku pedalaman latihan. "Kau tidak boleh kalah dari mereka, Alexis."
"Aku juga akan berlatih dan belajar dengan rajin, Ayah."
Xander mengamati Suhni, Jyrik, dan anak laki-laki yang lain. "Mereka sangat cocok menjadi pengawal Alexis nantinya."
"Mereka memang luar biasa," ujar Xander, menoleh pada Xylorr yang dibawa menuju tempat tinggal mereka oleh seorang wanita muda. "Dia masih menyimpan banyak rahasia yang belum aku ketahui. Aku tahu bahwa dia harus memutuskan banyak hal penting setelah kejadian nahas menimpanya dan anggota keluarganya. Perubahan tentu tidak mudah bagi siapa pun. Aku harap dia baik-baik saja."
Xander mengamati Karnu dan para pria dewas yang tengah bertarung dengan para pengawal. "Aku harus berusaha untuk mendapatkan kepercayaannya."
"Tuan Xander, persiapan tim pejelajah sudah mencapai delapan puluh persen. Mereka akan berangkat dalam waktu dekat," kata Govin.
"Tuan." Miguel datang bersama beberapa pengawal, membungkuk pada Xander.
"Senang melihatmu berada di sini, Miguel." Xander menoleh pada para pengawal dan suku pedalaman. "Bagaimana jika kau menunjukkan sedikit kehebatanmu pada suku pedalaman? Aku yakin mereka akan semakin bersemangat untuk berlatih."
Miguel menoleh pada para pria dan anak-anak yang berpakaian aneh. Ia sudah mendengar dari Mikael mengenai mereka. "Aku sama sekali tidak keberatan dengan hal itu, Tuan."
"Hai, Miguel." Alexis melambaikan tangan pada Miguel, mengamati pria itu saksama. “Aku mendengar kehebatanmu dari ayahku. Dia sering menceritakan soal kau."
Miguel membungkuk hormat pada Alexis. Ia merasa sangat tersentuh ketika mendengar perkataan itu. Bagaimanapun juga ia adalah orang yang sudah memisahkan Xander dengan keluarganya sejak kecil. Dibandingkan menghabisinya, Xander justru memberinya kesempatan hidup yang tidak akan pernah ia sesali.
"Aku hanya pria biasa, Tuan Muda."
Waktu berjalan dengan cepat. Langit yang terang berubah menjadi gelap. Sebuah mobil memasuki sebuah gerbang, menepi di dekat halaman.
Edward mengamati Edison yang masih tertidur sejak kepergiannya dari Havreland. "Edison.”
Edison mulai membuka mata, terdiam agak lama. Ia buru-buru bangun setelah melihat Edward.
"Ayah, kau kembali."
Edison memeluk Edward dengan erat, mulai menangis. "Paman itu sangat jahat padaku, Ayah. Ibu juga terus memarahiku. Dia bahkan mencubitku."
"Kau tidak perlu takut lagi, Edison. Ayah akan menjagamu dan tidak akan meninggalkanmu.”
Edward menahan amarah ketika mengingat perselingkuhan Merly dan pria sialan itu. "Kita akan terus bersama sekarang."
"Ayah, di mana kita sekarang?"
"Di rumah baru kita.”