Aku diasingkan layaknya debu tak berarti. Siapa pun yang mencoba mendekati ku, maka mereka ikut terkutuk. Akulah gadis berkacamata empat dengan segala kekuranganku, dan mereka semua menikmati menonton ku yang terkena bully tanpa peri kemanusiaan.
"Hey, Cupu! Tempatmu dibawah sana, bukan di atas bersama kami." seru Sarah di depan seluruh anak kampus.
Penghinaan dan kekejian para pembully sudah melewati batasnya.
"Don't touch Me!" seru Rose.
Tak ada lagi hati manusia. Semua hanyalah jiwa kosong dengan pikiran dangkal. Buta, tuli, dan bisu. Yah, itulah kalian. ~ Rose Qiara Salsabila.
Wanita berkacamata empat dengan julukan cupu sejak menapaki universitas Regal Academy itu berjuang mencari ketulusan seorang teman. Hingga pembullyan para teman seuniversitas membangkitkan jati dirinya.
Siapa sangka si cupu memiliki dunia lain di balik kepolosannya. Bagaimana cara Rose menghukum para pembully dirinya? Apakah ada kata ampun dan maaf dalam kamus hidup Rose?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asma Khan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26: DIA
"Ka! Biarkan saja, duduklah. Bagaimana pekerjaannya?" tanya wanita yang tersenyum tipis duduk di sofa single dengan memangku laptop.
"Semua pekerjaan baik, tapi aku punya berita baru. Ntah ini berita baik atau buruk untuk kita semua." Ucap pria yang baru datang, lalu duduk di sebelah sang istri.
"Hubby, kenapa wajahmu begitu tegang? Sebenarnya ada apa?" tanya sang istri seraya memberikan secangkir kopi dari atas meja.
"Dia mulai sadar." Ucap Sang Suami, membuat semua orang yang berada di tempat itu terdiam dan menatapnya serius, "Tadi dokter mengabarkan jarinya mulai bergerak memberikan respon setelah sekian tahun."
Laptop ditutup, lalu diletakkan ke atas meja. Tatapan matanya sangat tenang, tetapi menyimpan banyak luka. Meskipun usapan lengan sedikit mengurangi rasa sesak di dada. Tetap saja tidak mengubah gemuruh rindu, dan penyesalan di hati wanita anggun yang terdiam dengan tatapan mata redup.
"Calm down, Periku." Pria di sebelah wanita anggun berusaha memberikan kekuatan dengan caranya selama ini, "Mau ku antar kesana?"
"I think, not now. Rose, still needs me. (Aku pikir, tidak sekarang. Rose, masih membutuhkan diriku.)" Jawab Asfa menghirup oksigen sebanyak mungkin untuk menetralkan perasaan di hatinya.
Semua yang ada di ruangan itu tak ingin mengeluh. Apalagi memaksakan Asfa mengambil keputusan terburu-buru. Dia yang selama bertahun-tahun terbaring koma. Tiba-tiba saja mulai merespon setelah menjalani semua perawatan di mansion yang tersembunyi dari dunia.
"Aku ingin istirahat. Permisi." Ucap Asfa memilih meninggalkan ruang keluarga.
Vans yang melihat itu, tetap diam di tempat. Ia tahu saat ini perinya memerlukan waktu sendiri untuk tenang, dan meredakan emosi yang pasti menyiksa batin.
"Apa di antara kita, tidak satupun bisa membujuk queen? Aku tidak tega melihat duka di setiap saat ketika berita tentang dia datang menghampiri." Varo memijat pangkal hidung karena rasa pusing melanda kepalanya.
Tuan Luxifer bangun dari tempatnya duduk, tetapi sebelum melangkah suara menantunya menghentikan langkah kaki seorang ayah.
"Pa, biarkan Asfa sendiri. Saat ini hanya satu orang yang bisa memberikan kebahagiaan dan menerbitkan senyuman manisnya." cegah Vans.
Belum sempat menjawab sang menantu. Justru kedatangan kedua cucunya dari arah dapur dengan celotehan canda tawa, dan senyum bahagia meluluhkan rasa takut di hatinya. Apa yang Vans katakan benar. Jika ingin melihat senyuman di wajah Asfa, maka hanya Rose yang bisa membuat keajaiban. Putri raja kedua keluarga Phoenix. Dialah kebahagiaan nyata bagi sang queen.
Tatapan mata Tuan Luxifer, Vans, Varo dan Rania hanya terpusat pada Rose dan prince chubby yang kini sudah berdiri di hadapan mereka. Sementara yang ditatap masih sibuk menyuapi ice cream coklat ke bibir mungil yang selalu saja mengoceh tanpa henti.
"Onty, diliatin semua olang." ucap Prince chubby berhasil mengalihkan perhatian Rose.
"Kakek, Papa, Ayah, Bunda. Kenapa menatapku seperti itu? Apa ada yang salah denganku?" tanya Rose menatap anggota keluarganya satu persatu.
"Prince, kemari! Ayo, makan ice cream bareng bunda." ajak Rania dengan lambaian tangan, tapi balita itu menggelengkan kepala.
"Rose, mommy tengah sedih karena sesuatu. Boleh, papa minta tolong untuk hibur mommy mu?" Vans memintanya dengan tenang tanpa memperlihatkan rasa khawatir berlebihan.
Rose menatap setiap anggota keluarga dengan tatapan intimidasi. Tetapi tak ada wajah cemas berlebihan dari keluarganya. Itu berarti masalah masih belum serius, dan setelah mengamati, ternyata mommy tidak lagi berkumpul bersama keluarga. Ntah kenapa ada rasa takut, hingga tatapan mata teralihkan ke lantai atas dimana kamar sang mommy berada. Namun, tarikan tangan mungil mengalihkan perhatiannya.
"Onty, mommy mana?" tanya Prince chubby.
Rose tersenyum dengan ide cemerlang yang baru saja terlintas di kepalanya. "Prince chubby mau coklat dari kamar mommy?"
Seperti magic, kata coklat mampu mengubah ekspresi imut prince chubby semakin menggemaskan dengan tatapan mendamba. Siapa yang tidak ngiler mendengar coklat. Apalagi coklat yang tersimpan di lemari pendingin kamar mommy adalah coklat terbaik dari berbagai belahan dunia. Coklat yang biasa dijadikan sebagai hadiah di setiap keberhasilan kecil kedua anggota termuda keluarga Phoenix.
"Rose, apa yang kamu pikirkan?" tanya Rania.
Rose mengedipkan mata kanannya dengan senyum tipis. Hal itu mengingatkan semua orang akan satu kebiasaan Asfa yang selalu misterius. Namun, memiliki sisi nakal disaat memiliki sebuah rencana dadakan.
"I will do something."
aku baca ulang lagi deh
maaf saya pembaca pendatang baru 🙏
dan akhirnya aku susah memahami....
sadis banget sampai memakan korban jiwa 😢😢