Luo Feng, Tuan Muda dari keluarga kaya-raya mati setelah mobil yang dia kemudikan mengalami kecelakaan di lintasan kereta api.
Saat mengira dirinya akan pergi ke alam selanjutnya setelah mengalami kematian, Luo Feng justru membuka mata di tempat asing dengan pemandangan bola cahaya tepat berada di hadapannya, dengan tubuh sedikitpun tak bisa di gerakan.
“Kematianmu adalah takdir yang aku ciptakan di kehidupanmu, tapi kematianmu bukanlah akhir dari segalanya. Aku memberimu kesempatan hidup sekali lagi di tempat baru, dan kamu aku berkati dengan setengah dari kekuatanku.”
Mendengar suara dari bola cahaya di hadapannya, Luo Feng hanya bisa mengerutkan kening kebingungan dengan apa yang dia dengar.
“Ingat, di Alam Semesta yang akan kamu tempati, Dewa hanyalah sebutan untuk manusia yang telah menapaki jalan setengah abadi. Akan tetapi, dengan memiliki setengah dari kekuatanku, kamu akan menjadi Dewa yang sesungguhnya, yang tak akan pernah mati sekalipun tubuhmu berubah menjadi abu.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SiPemula, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cincin Ruang
Halaman belakang kediaman Patriak menjadi sunyi, tak terdengar suara apapun setelah semua orang mendengar suara Patriak Shui Zen. Luo Feng ikut terdiam karena dia juga terkejut dengan penjelasan Patriak Shui Zen.
Usianya masih sangat muda, jauh lebih muda dari Patriak Shui Zen, bahkan dia lebih muda dibandingkan Shui Cen, Shui Yin, dan tiga orang lainnya. Akan tetapi, Luo Feng memiliki kekuatan yang tak pernah mereka bayangkan, kekuatan yang tak mungkin dapat mereka temukan keberadaannya di Pulau Kecil Bai Dao, maupun Pulau Kecil lainnya.
Semua orang jelas tidak akan percaya dengan kekuatan Luo Feng, seandainya mereka tidak melihatnya secara langsung. Sekalipun melihat secara langsung, sebenarnya mereka masih kesulitan kalau Luo Feng sangat kuat di usia yang begitu muda.
Kenapa mereka sulit percaya meski melihat langsung, itu semua karena usia Luo Feng yang masih terlalu muda, bahkan usianya belum genap menginjak usia 20 tahun. Bandingkan dengan Patriak Shui Zen yang sudah hidup lebih dari seribu tahun dan kekuatannya masih berada di ranah Yin Dan Yang.
Sedangkan Shui Cen, Shui Yin dan tiga orang lainnya, dia usia lebih dari 20 tahun kekuatan mereka masih tertahan di ranah Earth Spiritual, dan dalam sepuluh tahu ke depan belum tentu mereka dapat menerobos ranah Heaven Spiritual. Tentu lambatnya peningkatan kekuatan mereka bukan hanya karena faktor bakat, tapi juga karena faktor tipisnya energi spiritual di Pulau Kecil Bai Dao, serta langkanya sumberdaya yang bisa membantu kecepatan kultivasi mereka.
Pulau Kecil Bai Dao adalah tempat terburuk diantara seratus Pulau Kecil di bawah kendali Pulau Besar Zhu Dao.
Sebenarnya di masa lalu Pulau Kecil Bai Dao adalah bagian dari sepuluh Pulau Besar, tapi karena peperangan di masa lalu yang menyebabkan hancurnya tiga seperempat bagian pulau, dari yang dulunya tempat terbaik untuk kehidupan seorang kultivator, sekarang menjadi tempat terburuk untuk ditempati kultivator yang ingin cepat meningkatkan kekuatannya.
Patriak Shui Zen yang berada di tempat duduknya, dia menatap Luo Feng. Dia bingung bagaimana bisa Luo Feng di usia yang masih begitu muda sudah memiliki kekuatan yang bisa membawanya pergi meninggalkan Pulau Kecil, dan menjalani kehidupan yang lebih layak di Pulau Besar. Melihat bola kristal di tangan Luo Feng, dia sempat berpikir kalau bola kristal itu mengalami kerusakan, tapi mengingat pesan Leluhur Klan Shui, bola kristal itu tak akan pernah rusak dan tak akan pernah salah mengukur kekuatan seorang kultivator.
“Baiklah, karena semua sudah tahu kekuatan Luo Feng, kalian bisa kembali ke tempat masing-masing untuk istirahat sebelum kembali berkumpul saat makan malam,” ucap Patriak Shui Zen pada kelima muridnya, sedangkan untuk Luo Feng, dia masih bingung bagaimana bersihkan dengan sosok yang jauh lebih kuat darinya, tapi usianya masih terlalu muda.
Melihat kebingungan di wajah Patriak Shui Zen, setelah kepergian Shui Cen dan yang lainnya, dia berkata, “Paman, Kira-kira dimana aku bisa membaca buku yang berhubungan dengan segala informasi Pulau Kecil Bai Dao?”
Segera Patriak Shui Zen menunjuk perpustakaan yang ada di kediamannya. Meski tak selengkap buku yang ada di perpustakaan Klan, setidaknya apa yang diinginkan Luo Feng ada di tempat itu, termasuk jika dia ingin mempelajari beberapa ilmu dasar beladiri.
Setelah tahu dimana dia bisa mendapatkan informasi yang dibutuhkan, Luo Feng lebih dulu mengembalikan bola kristal di tangannya pada Patriak Shui Zen, lalu dia segera pergi menuju perpustakaan setelah menerima kunci yang dipinjamkan Patriak Shui Zen.
“Aku sangat membutuhkan informasi dunia ini untuk keberlangsungan hidupku.” Luo Feng bergumam lirih sambil terus berjalan.
Memasuki perpustakaan di kediaman Patriak Shui Zen, Luo Feng dapat melihat perpustakaan luas yang menyimpan puluhan ribu buku yang di bagi dalam dua ruang berbeda. Ruang pertama berisikan buku pengetahuan umum, sedangkan ruang kedua berisikan buku-buku yang berhubungan dengan ilmu beladiri dan pengobatan.
“Hanya dari satu buku aku bisa mendapatkan banyak informasi penting tentang dunia ini.” Luo Feng menemukan buku sejarah Pulau Kecil Bai Dao dan langsung saja dia membacanya.
Membaca sepuluh halaman pertama, Luo Feng baru tahu kalau Pulau Kecil Bai Dao sebenarnya adalah dunia selayaknya Bumi, tapi ukurannya sepuluh kali lebih besar dari Bumi, dan ada puluhan Pulau Kecil lainnya selain Pulau Kecil Bai Dao.
Informasi tentang kultivator juga lengkap di dapatkan setelah membuka dua puluh lembar setelahnya, dan di lembaran selanjutnya sampai halaman terakhir berisikan tempat-tempat yang ada di Dunia Kecil Bai Dao.
“Selain Klan Shui, ada sepuluh Klan Lain di Pulau Kecil Bai Dao, dan dalam seratus tahun terakhir Klan Shui adalah yang terlemah diantara semua Klan di Pulau Kecil Bai Dao, dan karena itu Klan Shui saat ini hanya bisa berdiri di tempat terburuk yang ada di Pulau Kecil Bai Dao.”
Lemah, berada di tempat paling buruk dan sering dihina Klan lain, keadaan Klan Shui jauh dari kata baik-baik saja. Memikirkan itu Luo Feng mulai mengerti kenapa bola cahaya yang pernah ditemuinya membuat dirinya muncul di wilayah Klan Shui.
“Sepertinya dia ingin aku membantu kesulitan yang sedang di alami Klan Shui. Meski tidak tahu apa yang bisa aku lakukan untuk membantu Klan ini, kalau memang ada yang bisa aku bantu, pasti aku akan membantu.”
Membaca buku selanjutnya, Luo Feng membaca tentang artefak yang ada di Pulau Kecil Bai Dao dan kegunaannya. Banyak membaca jenis artefak, pandangan Luo Feng segera tertuju pada artefak bernama cincin ruang yang kebetulan disertai gambar meski kurang jelas.
Memandangi gambar cincin ruang yang mirip sebuah sketsa, Luo Feng membandingkan gambar yang dia lihat dengan cincin yang berada di jarinya. Dia tidak ingat sejak kapan ada cincin di jari tangannya, tapi sejak membuka mata di tengah hutan, cincin itu sudah ada di jari tangannya, bahkan ada gelang yang saat ini melingkar di lengannya, padahal selama hidup di Bumi dia tidak pernah memakai aksesoris apapun di tubuhnya kecuali sebuah jam tangan.
“Mungkinkah ini cincin ruang yang di dalamnya terdapat ruang besar untuk menyimpan berbagai jenis barang? Kalau benar, aku harus mencari tahu cara bagaimana melihat isi dari benda ini.” Melanjutkan membaca, Luo Feng akhirnya tahu bagaimana bisa terhubung dengan cincin ruang, dan melihat apa yang ada di dalam cincin ruang.
Tidak sulit menjalin hubungan dengan cincin ruang. Dia cukup meneteskan darah ke cinci ruang, dan jika darahnya diserap artinya cincin ruang itu berjodoh dengannya. Namun, jika darahnya menetes jatuh, artinya cincin itu menolak hubungan dengannya.
“Sebaiknya aku langsung mencobanya. Bisa memiliki hubungan dengan cincin ini atau tidak, biarkan takdir yang menentukannya.” Luo Feng menggigit jari telunjuk tangan kanannya lalu begitu keluar darah, dia meneteskan darahnya di permukaan cincin yang ada di jari manis tangan kirinya.
Dua tetas darah Luo Feng yang menetes di permukaan cincin terserap habis tak bersisa, tapi setelahnya tidak ada sesuatu yang terjadi. “Darahku sudah terserap habis, sekarang apa yang harus aku lakukan? Petunjuk di buku juga cuma sampai di sini.”
Saat dilanda kebingungan, Luo Feng merasa kesadarannya ditarik ke suatu tempat.
“Eh, ini dimana?” Melihat sekeliling yang bukan lagi perpustakaan di kediaman Patriak Shui Zen, Luo Feng melihat tempat asing yang dipenuhi puluhan rak buku, berbagai jenis senjata, tumpukan koin emas, tumpukan bola kristal berwarna-warni, dan terdapat ribuan botol yang dia tidak tahu apa isi dari semua botol itu.
Mencari tahu informasi dari buku yang baru di baca, Luo Feng membuka lebar kedua matanya begitu mengingat hal apa yang akan terjadi seandainya seorang kultivator bisa terhubung dengan cincin ruang yang mengakui keberadaannya.
“Ternyata aku berada di dalam cincin ruang yang sudah mengakui keberadaanku, dan untuk keluar aku cukup memejamkan mata dan membayangkan tempat terakhir sebelum kesadaranku tertarik ke tempat ini.”
Tau dimana dirinya saat ini dan bagaimana cara keluar, Luo Feng tidak buru-buru keluar. “Sebaiknya aku melihat buku apa saja yang ada di tempat ini sebelum keluar dari tempat ini.”
Dengan perlahan Luo Feng melihat satu-persatu buku sebelum mengembalikannya ke tempat semula. Tak menghabiskan banyak waktu, dia telah selesai membaca beberapa buku yang sebenarnya bukan buku, melainkan semua buku itu adalah kitab jurus.
“Semua kitab jurus tersusun rapi dari jurus tingkat Hitam sampai tingkat Ilahi.” Menyadari sesuatu, Luo Feng menggelengkan kepala pelan sambil menghela napas.
“Entah ini keberuntunganku atau justru aku berada dalam bahaya karena memiliki banyak kitab jurus yang selama ini tak lagi dapat ditemukan keberadaannya di seluruh Pulau Kecil.” Saat ini di seluruh Pulau Kecil jurus terkuat hanyalah jurus tingkat Merah yang jelas lebih lemah dari jurus tingkat Hitam.
Kalau saja dia tahu dirinya tak akan pernah mati dan apa yang menjadi miliknya tak mungkin dimiliki orang lain kecuali dia sendiri yang memberikannya, Luo Feng pasti tidak akan pernah merasa kalau dirinya bisa berada di dalam situasi berbahaya.
Puas membaca kitab yang dengan mudah dapat diingat semua isinya, Luo Feng memutuskan keluar dari cincin ruang miliknya.
Memejamkan mata sambil membayangkan perpustakaan di kediaman Patriak Shui Zen, dalam sekejap saja Luo Feng sudah kembali ke tempat semula, dan dia dapat melihat keadaan di luar yang sudah gelap.
“Ternyata sudah malam.” Luo Feng merapikan kembali buku yang dia baca lalu keluar dari ruang perpustakaan.
Baru juga keluar Shui Cen datang menemuinya, memberitahu kalau sudah saatnya makan malam.
Merasa perutnya mulai lapar, Luo Feng tak menolak saat ada yang menawari makan malam bersama, dan keduanya bersama-sama pergi ke ruang makan yang ada di kediaman Patriak Shui Zen.
...----------------...
Bersambung.