Fabrizio Argantara seorang CEO Diamon Group terpaksa harus menikahi Putri dari orang yang ia tabrak hingga meninggal.
Fabrizio menikahi Jihana Almayra hanya demi sebuah tanggung jawab semata, hingga suatu hari salah satu diantara mereka memiki perasaan mencintai.
Mampukah Fabrizio dan Jihan mempertahankan pernikahan mereka saat badai rumah tangga mereka hadir disaat mereka sudah saling yakin untuk mencintai satu sama lain ?
Yuk simak selengkapnya novel "Istri Siri CEO" karya Dewi KD.
Jangan lupa untuk dukung author dalam bentuk Like & Comment 😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi KD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PULANG KE RUMAH
Tuan Raymon dikebumikan pada sore hari itu juga. Jihan menatap gundukan tanah merah yang bertabur bunga mawar dan melati itu dengan perasaan yang begitu menyesakkan dada. Kenapa sang Ayah amat cepat meninggalkan dirinya.
"Ayah, kenapa begitu cepat meninggalkan Jihan. Lalu pada siapa lagi Jihan akan mengadu dan bermanja, Jihan baru saja lulus sekolah, tidakkah Ayah tahu kalau Jihan suatu saat nanti akan menjadi seorang Dokter. Doa yang selalu Ayah panjatkan pada Tuhan disetiap perkataan Ayah, walaupun itu hanya cara Ayah untuk menyemangatiku dalam menuntut ilmu disekolah."
Tuan Anggara dan Sonia yang mendengar itu ikut bersedih. Sonia memeluk erat Jihan yang sudah menjadi menantunya itu.
"Sudah..ikhlaskan kepergian Ayahmu, Nak"
"Ayahku..hiks..Ayahku"
Semua merasakan duka atas kepergiaan Tuan Raymon, namun tidak dengan Zio. Ia hanya menatap datar pemandangan dihadapannya.
30 menit berlalu Jihan meninggalkan lokasi pemakaman bersama mertua dan suaminya. mereka kini berada didalam mobil dan berniat pulang kerumah.
"Zio tinggallah dirumah Papa dan Mama bersama Jihan, kalian sudah menikah. Jihan adalah tanggung jawabmu Zio dan kami juga akan menjaga Jihan layaknya seorang anak seperti kami menjagamu" ucap Tuan Anggara pada Zio.
Zio menoleh ke arah Papa nya kemudian ia hanya menganggukkan kepalanya tanda ia setuju.
"Tuan, Nyonya..."
"Jangan panggil kami dengan sebutan itu, karena kami mulai saat ini adalah orang tuamu" Sonia menggenggam tangan Jihan sedangkan Zio mendengus kesal menatap lurus perjalanan. Ia menyangka Jihan sudah mengambil perhatian kedua orang tuanya.
"Baiklah, Mama dan Papa. Bolehkah aku sementara tinggal dirumahku dahulu untuk satu malam saja, besok Papa dan Mama boleh menjemputku. Aku ingin menghabiskan waktuku dirumah yang begitu banyak kenangan bersama Ayahku" ucap Jihan jujur.
"Baiklah kami akan mengantarkanmu Nak" Jawab Tuan Anggara.
Setiba mereka dirumah Jihan, rumah sederhana yang bercat warna hijau muda itu dengan taman di halaman rumah menambahkan kesan begitu sejuk rumah Jihan.
"Ini rumahmu Jihan ?" tanya Tuan Anggara melihat sekeliling rumah Jihan, sangat nyaman menurutnya.
"Iya Pa, ayo kita masuk"
Mereka pun masuk ke dalam rumah Jihan yang begitu rapi dan bersih. Zio yang sudah mendudukkan dirinya dikursi tamu, menangkap foto difigura kecil seorang anak gadis yang memegang bunga matahari dengan tersenyum ceria. Ia menduga itu pasti adalah Jihan semasa kecil.
"Nak, apa kau tidak apa-apa bermalam disini sendirian ?" tanya Sonia karena ia tak tega meninggalkan Jihan sendiri dalam keadaan berselimutkan duka.
"Kenapa mesti sendirian, bukankah Jihan sudah menikah dengan Zio. Zio akan menemani Jihan bermalam disini" Anggara menatap putranya yang hanya diam saja sedari tadi seusai ijab kabul dilaksanakan.
Zio menatap sang Papa ia menghembuskan nafasnya pelan, ia tak boleh terbawa suasana dan emosi. Lama-lama Papanya semakin mengatur-aturnya padahal baru berapa jam ia menikah dengan Jihan.
"Iya, Papa dan Mama tenang saja aku akan bermalam disini juga" jawab Zio santai menyembunyikan kemarahannya.
Tak berselang lama kedua orang tua Zio pergi meninggalkan kediaman Jihan. Tinggallah kini Zio dan Jihan di dalam rumah itu. Jihan merasa takut jika ditatap oleh Zio, ia memutuskan masuk ke dalam kamarnya dan Zio mengikutinya.
"Tuan ingin mandi terlebih dahulu silahkan pakai saja kamar mandi dikamarku, aku akan mandi dikamar mandi belakang" ucap Jihan gugup karena tak berani menatap Zio.
Sedangkan Zio yang sedari tadi melihat seisi kamar Jihan yang penuh akan tropi dan penghargaan akademik menoleh ke arah Jihan.
"Ternyata kau gadis yang sangat pintar" puji Zio menatap Jihan yang masih menundukkan kepalanya.
Jihan mengangkat wajahnya tatapan mereka saling bertemu sebuah perasaan aneh mulai muncul pada keduanya. Rasa canggung dan sulit diartikan.
keren bgt thor👍👍
bwt zio kurang ganteng thor
aku jg lama gk punya2 ank.
3 thn pernikahan br punya ank.
sedihnya tuh sm mulut2 gk berprikemanusiaan..jahara pedes rawit tenan.
kenaa kau