Pesta pernikahan telah usai, disebuah kamar hotel Presidential suite room yang telah disulap menjadi kamar pengantin yang indah dan megah ternyata tak membuat kedua pengantin baru itu bahagia.
" Ku harap kau tak pernah menampakkan wajah buruk rupamu itu dihadapan ku" ucap laki laki yang telah berstatus menjadi suaminya.
" Pernikahan ini hanya paksaan dari ibuku saja. Karena aku telah memiliki kekasih yang sangat aku cintai, dan aku akan menikahinya. Ku harap kau paham akan posisimu.
Mari kita jalani kehidupan kita seperti orang asing tanpa ikut campur urusan pribadi masing-masing" ucapnya lagi sambil memunggungi istrinya.
Danira meremas gaun pengantinnya sambil menangis dalam diam mendengar setiap kata yang dilontarkan dari mulut suaminya.
" Baik lah, jika itu keinginan anda. Semoga Allah mengampuni setiap ucapan yang anda berikan kepada saya" jawab Danira dengan lantang kepada suaminya.
Bagaimana akhir dari perjalanan rumah tangga mereka?
Akankah berakhir bahagia atau sebaliknya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom Kane, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. Menolong
Sayup-sayup terdengar rintik-rintik gerimis menghujam atap rumah, Cuaca dingin menembus sampai ke tulang, tidak semerta-merta membuat Danira bermalas-malasan.
Danira tetap bangun seperti biasa, mandi, mengambil Wudhu lalu menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslim. Selesai sholat subuh Danira selalu menutup dengan membaca surah Al-Waqiah.
Danira merapikan sajadah dan mukena, menyimpannya kedalam lemari. Dia berbalik melihat Khalisa yang masih tertidur pulas dengan bokong menungging dan wajah chubby menghadap ke kiri, hati Danira selalu menghangat bila melihat khalisa.
Aahhh dia bayi yang benar-benar menggemaskan, Danira memperbaiki posisi tidur Khalisa, meletakkan batal guling sebagai penyanggah dan menyelimutinya. Sebelum keluar kamar Danira mencium pipi montok itu sambil berpamitan.
" Bunda pergi sebentar ya khali..., Assalamualaikum". Bisiknya pelan, Khalisa merespon dengan senyuman lucu dengan mata terpejam.
Danira memakai cadar dan Burqa nya sebelum keluar dari dalam kamar. Dia berjalan ke dapur, untuk memulai aktivitas seperti biasa yaitu membuat kue-kue basah yang akan dia jual di pasar. Dia mengeluarkan semua bahan-bahan yang diperlukan dari dalam lemari penyimpanan, Namun ada beberapa bahan yang sudah habis.
" Astaghfirullah...Mentega sama Baking powder habis lagi, haduhh...!! kenapa aku bisa lupa sih." Danira mengigit bibir bawah merutuki dirinya sendiri, biasanya Danira selalu meriksa semuanya saat pulang, namun karena kemarin dia benar-benar merasa lelah, Danira tertidur hingga waktu ashar.
Danira melirik jam dinding, Waktu menunjukkan pukul 5.20 " Sepertinya Toko bahan kue yang diujung jalan sudah buka". Danira berdiri, memasukkan dompet kecil kedalam kantong gamisnya.
Diruang tamu, Danira melihat Bik Marni sedang menyapu sambil bersenandung.
" Bik ".
" Astaghfirullah...Ampun, ampun ". Bik Sri mengatupkan kedua tangannya karena terkejut.
" Aduhh..nona, ngagetin bibik aja, untung jantung bibik tidak copot non".
" Kalau copot nanti kita lem aja bik ". Candanya terkikik melihat wajah terkejut bik Marni.
" Si non Danira bisa aja".
" Maaf ya bik, Aku ngak maksud buat ngagetin bibik ..!!, aku titip Khalisa sebentar ya bik, dia masih tidur didalam".
" Loh non Danira mau kemana,?" Bik Marni menghentikan kegiatan menyapunya, melihat Danira.
" Aku mau beli bahan-bahan Kue bik, ada yang habis, kemarin karena ketiduran jadi lupa belanjanya".
"Diluar gerimis loh non, masih gelap pula, Biar bibik saja yang pergi, nona tetap dirumah saja".
" Ngak Apa-apa Bik, kan ada payung. Lagi pula tokonya tidak terlalu jauh, hanya diujung jalan sana". Danira memberitahu, sambil mengambil payung yang ada dibalik pintu.
" Tapi Non...!! ". Bik Marni masih mencoba menahan, karena merasa khawatir.
" Bibik tenang aja, aku ngak bakal kenapa-kenapa, ini sudah pagi bik". Ujarnya sambil membuka pintu. Hembusan angin menembus kedalam gamis yang dikenakan Danira, Aroma tanah yang disirami rintikan hujan menambah kesegaran di pagi hari.
" Aku pergi dulu ya bik, Assalamualaikum". salamnya sambil membentangkan payung berwarna pelangi.
" Waallaikumsalam, hati-hati non". Teriak bik Marni, melihat Danira berjalan menjauh lalu masuk menutup pintu kembali.
Danira berjalan sambil berzikir, tangan kirinya mengangkat sedikit gamis, agar bagian bawah tidak basah terkena genangan air.
"Eehh neng Danira, mau kemana neng?". tanya bik Sumi, yang sedang membuka pintu warung manisannya.
" Iya Bik Sumi, mau ke toko bahan kue yang ada diujung jalan sana bik". Danira berhenti sejenak, menjawab bik Sumi.
" Masih gelap neng, kenapa ngak nunggu terangan dikit ?".
" Iya bik, soalnya mau buat untuk dagangan nanti bik, kalau nunggu siangan takutnya pasar udah bubar".
"Ya udah, Aku kesana dulu ya bik".
"Iya neng, ati-ati itu jalannya licin". bik Sumi mengingatkan, Danira hanya membalas dengan anggukan.
Danira keluar dari gang rumahnya, Dia berjalan sedikit cepat karena melewati beberapa rumah yang kosong tanpa penghuni, rumah yang sudah ditumbuhi tanaman rambat dan pencahayaan dari lampu jalan yang temaram membuat kesan horor.
Danira terus berzikir sambil melihat ke sekeliling, sepi tidak ada kendaraan ataupun orang yang lewat, mungkin karena masih gelap dan hujan pikir Danira.
Mata Danira tertuju pada pinggir pagar salah satu rumah kosong, seperti ada seseorang yang tengah tertidur namun setengah badannya hampir masuk ke selokan. Danira ingin berlalu pergi saja, tapi rasa penasaran mendorongnya untuk melihat, Danira khawatir kalau itu orang yang habis kerampokan atau meninggal dunia.
Ya Allah, lindungi aku. Batin Danira terus saja memanjatkan doa.
Danira berjalan perlahan mendekat, ada rasa takut mulai memasuki dirinya. Namun langkah Danira terhenti saat mendengar suara Bass laki-laki dari belakang punggungnya.
" Nona ".
" Astaghfirullah hal adzim ". Danira berbalik dengan tangan mengelus dadanya kaget.
Danira melihat sosok laki-laki bertubuh tegap, berwajah cukup sangar dengan setelan pakaian serba hitam, namun yang membuat Danira tidak takut, Danira dapat melihat logo RG di jas laki-laki itu. Dia adalah salah satu pengawal bayangan yang dikirim Sarah untuk selalu menjaga Danira.
"Hhuuuuhhhh". helaan nafas lega keluar dari mulut Danira.
" Maaf Nona, saya membuat anda terkejut".
" Tidak apa ".
" Lebih baik kita cepat pergi dari sini nona".
" Tunggu dulu, aku ingin melihat itu dulu". Danira menunjuk seseorang yang masih berbaring di tanah.
" Jagan nona".
" Hhmmm...!!! begini saja, bisakah kamu saja yang memastikan orang itu masih hidup atau sudah meninggal. Aku akan tetap disini". Danira yang tau jika pengawalnya ini melarang karena untuk melindunginya.
Pria itu mengangguk, berjalan melewati Danira, Dia berjongkok dan membalikkan tubuh orang itu. Pria itu mencoba memegang denyutan di lehernya.
" Dia seorang wanita nona, Dia masih hidup". ucapnya sambil berbalik melihat Danira.
Danira berjalan menghampiri, memiringkan sedikit tubuhnya untuk melihat wanita yang ada dihadapan pengawalnya itu " Innalilahi, Ya Allah, apa yang sudah terjadi dengan wanita ini". Danira menutup mulutnya, terkejut melihat keadaan yang sangat mengerikan.
" Cepat tolong dia, bawa ke rumahku saja,..!!" Danira yang mulai panik, yang ada dipikirannya saat ini harus segera menolong orang itu.
" Tapi nona".
" Cepat, jangan pakai tapi-tapi. Nyawa seseorang sedang dalam bahaya, Ayoo..!!" Pengawal itu segera mengangkat tubuh wanita itu ke pundaknya, mereka berlari dengan cepat, suasana yang masih sangat sepi dan gelap membuat tak ada seorangpun yang melihat mereka termasuk bik Sumi.
Saat tiba didepan rumahnya, Danira segera mengetuk pintu.
Tokkk
Tokkk
Tokkk
" Assalamualaikum Bik.... Bik Marni buka pintunya."
Tokk..
Tokk..
" Bik..Buka pin...!!"
" Iya sebentar, sabar ". suara bik Marni dari dalam.
"Cklekk".
Suara kunci diputar, dan pintu langsung terbuka menampakkan bik Marni dari dalam.
" Loh non, udah...." mata bik Marni menangkap sosok pria dengan menggendong seorang wanita. Dahinya berkerut bingung menerka-nerka apa yang terjadi, tapi urung bertanya melihat kepanikan nona nya.
" Ayo bawa dia masuk, dan baringkan dikamar itu". Danira menunjuk kamar yang ada disebelah kamarnya. Pengawal itu mengikuti perintah majikannya masuk lalu merebahkan tubuh wanita itu di kasur.
" Non Ini siapa, ada apa dengannya ". Tanya Bik Marni yang sudah ikut berdiri disamping Danira.
" Aku juga tidak tau bik, tadi aku menemukannya sudah seperti ini didepan rumah kosong".
" Bik... Tolong ambilkan Handphoneku dikamar ya ".
"Baik Nona, sebentar". Bik Marni berlari kecil dan memberikan Ponsel Danira.
" Makasih Bik". Danira mencari kontak Sarah lalu menekan tanda panggil.
Tut...
Tut..
Tut..
Saat dering ke empat panggilan dijawab, terdengar suara parau khas bangun tidur dari sebrang sana.
" Assalamualaikum Sarah, maaf aku mengganggu waktu mu".
" Iya..! tidak apa-apa nona, ada apa nona? mengapa suara nona seperti ketakutan". Tanya Sarah mulai cemas.
" Sarah bisakah kau datang dan membawa seorang dokter wanita, secepatnya ke rumahku?".
" Apa nona sakit ?." Suara Sarah terdengar panik.
" Tidak, bukan aku yang sakit. Nanti saja aku jelaskan, sekarang tolong kemari secepatnya."
" Baik Nona ".
" Ya sudah Aku tutup dulu, Wassalamu'alaikum".
Danira melihat kearah wanita yang kondisinya sangat memprihatinkan, tubuh kotor penuh luka, wajahnya lebam, di mulutnya masih terlihat bekas muntahan darah, matanya bengkak membiru. Seketika air mata Danira terjatuh, pikirannya melayang-layang, membayangkan kejadian yang lalu.
Apakah kak Shena dulu seperti ini juga, atau lebih parah. Ya Allah, tak bisa aku bayangkan betapa tersiksanya kak Shena waktu itu.Ya Allah, selamatkan wanita ini ya Rab,..Hamba Mohon. Batinnya terus berdialog sendiri dan berdoa tiada henti, Danira menggigit ibu jarinya bingung apa yang harus dia lakukan.
" Bik, tolong ambilkan nampan isikan dengan air hangat, Jagan lupa handuk kecil, Lalu ambil bajuku di lemari ya bik ". Pinta Danira dengan suara yang sedikit parau akibat tangis.
" Baik Nona". Nik Marni segera mengambil dan menyiapkan yang di pinta nona nya.
Bik Marni datang membawa sesuai pesanan Danira, melihat itu Danira dengan sigap mengambil pakaian dan handuk kecil yang ada di pundak Bi marni.
" Nampannya letakkan disini saja bik". Tunjuk nya di dekat dipan tempat tidur, Bik Marni hanya mengangguk.
" Bik tolong bukakan bajunya ya bi, tapi hati-hati kasian lukanya". Danira memberitahu.
" Iya Non ".
Sambil menunggu kedatangan Sarah dan dokter, Danira dan bik Marni membersihkan tubuh wanita itu agar lebih mudah saat dokter nanti memeriksanya. Saat Danira dan bik Marni selesai mengganti pakaiannya, terdengar suara druman mesin mobil berhenti.
" Assalamu'alaikum nona". suara Sarah terdengar mendekat.
" Waallaikumsalam, mana dokternya". tanya Danira saat melihat Sarah dengan wajah panik masuk ke rumah menghampirinya.
" Selamat pagi nona ". ucap dokter Ratna dengan sopan.
" Dok tolong, tolong orang yang ada didalam kamar ini dok". Ajak Danira sambil menarik tangan dokter Ratna masuk ke kamar. Sarah yang mendengar suara nona nya yang panik mengikuti mereka dari belakang.
" Tenang nona, saya akan memeriksa kondisinya dulu". ujar dokter Ratna lembut dan sopan. Danira menggenggam kedua tangannya mondar-mandir, entah mengapa dia begitu merasa cemas padahal dia tak mengenal wanita ini sama sekali. Tapi hatinya begitu takut, bila terjadi hal yang buruk, mungkin karena Danira sudah mengalami rasanya kehilangan, hinga rasa itu muncul kembali ketika melihat wanita ini.
Sarah yang sedari tadi melihat nona nya gelisah, datang menghampiri, Sarah mengerti pasti nona nya teringat duka yang lalu.
" Tenang nona, semua akan baik-baik saja".
" Iya, aku juga harap begitu". jawab Danira masih dengan harap-harap cemas.
" Maaf Nona, kalau boleh saya tau siapa wanita ini dan apa hubungannya dengan anda". Rasa penasaran yang sedari tadi ditahan, akhirnya Sarah keluarkan juga. Danira melihat Sarah, dan mulai menceritakan semuanya, Sarah hanya diam dan mendengarkan. Suara dokter menghentikan cerita mereka.
" Maaf Nona, Melihat luka yang cukup parah yang dia alami dan kondisi yang sangat memprihatikan, saya sarankan untuk dibawa ke rumah sakit saja. Agar bisa diperiksa secara menyeluruh, karena kita tidak tau mungkin ada luka bagian dalam yang dia alami". Dokter Ratna menjelaskan dengan rinci.
Sarah yang mendengar itu, menoleh melihat Danira " Bagaimana nona ?".
" Lakukan apapun yang terbaik baginya dok dan kamu tolong urus semuanya ya rah.". Ujar Danira tegas.
" Baik nona ".
Saat Danira ingin keluar kamar, tiba-tiba gamisnya tertahan, seperti ada yang menarik. Danira berbalik melihat kebelakang punggungnya.
" Tolong Jagan bawa saya pergi, saya ingin disini saja". ucap wanita itu terbata-bata. semua yang ada dikamar itu saling lirik mendengar permintaan wanita itu.
" Lakukan disini saja dok". pinta Danira pada dokter Ratna.
" Baik Nona ".
......................
...Bersambung.......
Wah...siapa ya kira-kira wanita yang diselamatkan Danira ?
yang tau jawabannya tulis di kolom komentar ya😁
Jangan lupa tinggalkan tanda cintanya untuk Author dalam bentuk Like, Komen dan Vote nya yah😘😘
Supaya Author makin semangat buat ceritanya 💪💪😍
Saranghae ❤️
Ayo donk up date thor sayaanggg,
ditunggu...
Hehehe,, peace thor /Pray/
Abisnya karya orhor actionnya seru plus kocaknya banget..
Pokoknya lap yu thor, sehat selalu & semangat terus berkarya ya..
Mami & anak kembarnya sama2 random....
Lanjuuttt thor...
Se waktu2 ada yg mencurigakan bs langsung di ambil tindakan preventif..
tapi aku sukaaaa...
Kau akan tau siapa & belangnya stevani sebenar2nys..
Selama kita (sbagai istri) tdk melakukan hal2 diluar batas kewajiban sbgai istri.
Good job othor, aku setuju banget tuk karakter danira..
Mulai tersambung benang merah pemeran2nya..