Idzam Maliq Barzakh seorang pengusaha muda yang sukses dalam karir nya namun tidak dalam urusan asmara. Karena jenuh dengan kisah asmaranya yang selalu bertemu wanita yang salah, ia berganti profesi menjadi penjual kebab di sebuah mini market atas saran sahabatnya Davin. Ia ingin mencari Bidadari yang tulus mencintainya tanpa memandang harta. Namun perjalanan kisah cintanya ketika menjadi penjual kebab selalu mengalami kegagalan. Karena rata-rata orang tua sang wanita langsung tidak setuju ketika tahu apa profesi Izam sebenarnya. Mereka beralasan jika anak mereka menikah dengan Izam akan menderita dan melarat karena tidak punya harta dari menjual kebab tersebut. Karena hampir putus asa, ia di sarankan sahabatnya fahri untuk tinggal di sebuah pesantren sederhana untuk memperdalam ilmu agama dan di sana lah ia bertemu bidadari yang sesungguhnya yang mau menerimanya apa adanya bukan ada apanya.
Mohon untuk tidak Boomlike teman-teman, untuk menghargai karya para author.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurhikmah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Saran Fahri
Rumah sakit Singapore...
"Hardi, saya mau tahu apa yang terjadi ketika saya koma, hingga saat ini! " ucap Tuan Besar Atmanegara.
Hardi yang menemani Tuan Besar Atmanegara berjalan-jalan di taman rumah sakit mendorong kursi roda Tuan Besar ke arah bangku yang ada di sudut taman.
Ia mendirikan tubuh Tuan Besar pelan-pelan untuk di duduk kan di bangku tersebut. Ia kemudian duduk di samping Tuan Besar.
"Ketika Tuan Besar mengalami kecelakaan, saya langsung pergi ke rumah sakit tempat Tuan di tangani. Ketika saya hendak menanyakan bagaimana keadaan Tuan, saya tidak sengaja mendengar ucapan Tuan Natanegara kepada Dokter yang menangani Tuan Besar untuk memberikan obat agar Tuan Besar meninggal saat itu juga. Jadi tidak akan ada yang curiga karena semua orang tau kalau Tuan Besar meninggal karena kecelakaan.
Saya waktu itu langsung memutar otak bagaimana mencegah Dokter suruhan Tuan Natanegara melakukan semua itu, Ketika saya mondar-mandir seperti orang gila, saya tidak sengaja menabrak seorang perawat wanita yang ternyata teman sekolah saya dulu.
Tiba-tiba saja saya mempunyai ide untuk menculik Tuan Besar dari rumah sakit tersebut secara diam-diam dengan bantuan teman saya itu. Dia langsung setuju ketika saya mengatakan ide gila saya. Malam harinya waktu dia tugas malam, kami berdua melakukan semua itu secara diam-diam dengan penyamaran dan membawa Tuan Besar menggunakan kursi roda dan mengganti posisi Tuan Besar dengan jenazah dari kamar mayat.
Kami berdua berhasil membawa Tuan Besar hingga ke parkiran, dan hampir saja yang kami lakukan di pergoki satpam rumah sakit. Namun kami berhasil mengelabui nya dan dia juga yang membantu kami mengangkat Tuan Besar ke dalam mobil.
Kami pun berpisah di parkiran rumah sakit. Saya langsung mencari sopir untuk membawa mobil ke Sumatra yaitu Pulau Batam. Tuan mengalami kejang sewaktu dalam perjalanan ke Batam, saya sangat ketakutan kalau Tuan Besar kenapa-napa dan akhirnya kita sampai di Batam dengan selamat.
Saya langsung membawa Tuan Besar ke rumah sakit swasta di Batam dan membuat identitas baru untuk kita berdua. Dokter mengatakan jika Tuan harus di rujuk ke Singapura karena peralatan dan pengobatan di sana sangat bagus untuk pasien yang koma.
Saya senang sekali rumah sakit memberikan rujukan karena memang itu tujuan saya membawa Tuan Besar ke Batam agar Tuan Natanegara tidak bisa melacak keberadaan Tuan Besar dan saya saat ini. " cerita Hardi panjang lebar.
"Bagaimana dengan Pasangan Kyai yang mengadopsi putri ku? " tanya Tuan Besar Atmanegara lagi.
"Kyai Sulaeman dan istrinya sudah wafat karena kecelakaan pada waktu Nona Muda baru kuliah 2 tahun. " jawab Hardi dengan wajah lelah.
"Terimakasih banyak karena mengorbankan masa muda mu dengan merawat ku hingga sembuh! Entah apa jadi nya jika aku tidak sadar juga hingga saat ini! " ucap Tuan Besar dengan penuh haru.
"Tidak perlu berterimakasih Tuan Besar, ini memang sudah bakti saya atas semua kebaikan mendiang Tuan Besar Adinegara kepada seluruh keluarga saya! " jawab Hardi Winata tulus.
"Apa rencana mu saat ini? " tanya Tuan Besar kepada Hardi.
"Yang pertama kesembuhan Tuan Besar dulu, kemudian menemui dewan direksi yang selama ini masih mendukung Tuan Besar secara diam-diam, dan mengambil alih perusahaan dan aset-aset nya yang di kuasai Tuan Natanegara! " jawab Hardi dengan penuh keyakinan.
"Baiklah! Aku setuju! Kau aturlah semuanya dan semuanya aku percaya kan semua padamu! Ayo kita kembali ke ruangan, matahari sudah mulai naik! " ajak Tuan Besar dengan berpegangan hendak pindah ke kursi roda.
Hardi membantu Majikannya pindah ke kursi roda dan mendorongnya kembali masuk ke dalam rumah sakit.
🌾🌾🌾
Izam kedatangan sahabat-sahabatnya di rumah kontrakannya, yaitu Davin dan Fahri.
Karena ini hari minggu, Davin mengajak Fahri yang kebetulan juga Free mengunjungi Izam.
"Kenapa loe lesu kayak gitu! " tanya Davin kepo.
"Gua merasa bersalah aja sama Anita! Seandainya saja waktu itu aku bicara baik-baik, mungkin dia tidak akan nekat membawa kendaraan nya dengan kecepatan tinggi dan membuatnya mengalami kecelakaan! " ucap Izam dengan wajah merasa bersalah.
"Kenapa elo yang merasa bersalah, orang dia aja yang terlalu baperan! Masa iya ngajak kabur kawin lari! " jawab Davin dengan mulut lemesnya.
"Menurut gue ya Zam, Ini semua murni musibah, dan Allah tidak menyukai hamba nya yang mengeluh, berandai-andai dengan ketentuan dan takdir Allah. Mungkin ini menjadi teguran untuk Anita atau untuk kedua orang tuanya. " nasihat Fahri dengan bijak.
"Atau lebih baik elo menenangkan diri dulu sambil memperdalam agama, hubungan elo dengan pencipta, serta intropeksi diri sendiri saja dulu, hingga hati elo sedikit nyaman dan tentram. " ucap Fahri dengan memberikan petunjuk.
"Iya Zam, gue setuju saran Fahri! Lebih baik elo santai sambil sedikit mengambil liburan dan tenangin diri elo dan hati elo! " sahut Davin ikut membenarkan ucapan Fahri.
Izam mengangguk kan kepala nya dan kembali berbincang dengan sahabat nya itu.
🌾🌾🌾
Selama seminggu Izam berpikir saran Fahri untuk memenangkan diri sambil memperdalam ilmu agama, ia akhirnya memantapkan diri untuk mondok sementara di sebuah pesantren di sebuah desa yang di rekomendasi adiknya Fahri, Fajrin.
Izam sudah bersiap-siap dengan membawa koper dan ranselnya untuk di bawa ke pesantren. Ia bahkan pergi menggunakan Bis karena ingin menikmati suasana desa apalagi ini hari minggu.
Ia begitu bersemangat untuk menenangkan diri dari segala macam persoalan keluarga, apalagi keluarga istrinya.
"Wah, besar juga rupanya pesantren ini? " ucap Izam kagum ketika sudah sampai di depan gerbang besar Ponpes Mutmainnah.
Bersambung...
Selamat membaca dan selamat beristirahat readers semuanya..
Selamat malam guys...
tulisannya juga nggak banyak yang salah.
sampai di sini belum kelihatan tanda-tanda mau tamat.
sebetulnya akan bagus kalau dibuat season 1,2,3 dst
begitu kak..
maaf ya 🙏🙏