Bagaimana jadinya jika seorang gadis manja harus menjadi pengasuh 3 anak CEO nakal yang tiba-tiba sangat lengket padanya?
Rosetta, seorang gadis cantik yang berusia 19 tahun, adalah putri seorang bupati yang memiliki keinginan untuk menjalani hidupnya sendiri. Namun ayahnya telah membuat keputusan sepihak untuk menjodohkan Rosetta dengan seorang pria tuatua bernama tuan Bramasta, yang memiliki usia dan penampilan yang tidak menarik. Rosetta sangat enggan dengan keputusan ini dan merasa bahwa ayahnya hanya menggunakan dia sebagai alat untuk meningkatkan karir politiknya.
Hingga puncaknya Rosetta memutuskan untuk kabur dari rumah. Di sisi lain ada Zein arga Mahatma, seorang bussiness man dan single parents yang memiliki tiga anak dengan kenakalan di atas rata-rata. Karena kebadungan anak- anaknya juga tak ada yang sanggup untuk menjadi pelayan di rumah nya.
Dalam pelarian nya, takdir mempertemukan Rosetta dan ketiga anak Zein yang nakal, bagaimana kah kelanjutannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jeju Oranye, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter : 12
Rosetta menundukkan kepala, dan berusaha mengalihkan perhatiannya dari tatapan Zein yang begitu tajam saat sabuk pengaman terpasang rapi di tubuhnya. Rasanya, jantungnya berdebar lebih cepat dari sebelumnya. Sementara itu, Zein kembali menoleh ke depan, menyalakan mesin mobil dengan suara yang menggelegar pelan.
Alvaro, Alaska, dan Chiara di kursi belakang tidak bisa menahan kebahagiaan mereka. Mereka saling berbisik dan berkomentar tentang situasi canggung yang baru saja terjadi. Chiara bahkan melompat-lompat di kursi, berusaha menahan tawa ketika melihat ekspresi canggung yang tak tertandingi antara ayah mereka dan pengasuh mereka.
Mobil kemudian melaju dan suasana kembali sedikit lebih tenang saat mereka menembus jalanan kota yang sudah ramai oleh aktivitas. Zein lebih fokus pada jalan, tapi matanya tak bisa sepenuhnya lepas dari sosok di samping nya.
Tanpa terasa waktu bergulir dan perjalanan mereka berhenti tepat di depan gerbang sekolah dasar elite dan bergengsi tempat Alvaro dan Alaska menuntut ilmu. Dan saat Zein memikirkan mobilnya, Alvaro dan Alaska sudah tak sabar untuk melompat keluar.
"Bocah- bocah nakal. " gumam Zein pelan saat melihat tingkah kedua anak lelakinya itu, sementara Rosetta di samping hanya bisa menahan senyuman.
"Papa, kami pergi sekolah dulu, " si kembar berucap berbarengan sambil menggaet tali tas mereka, lalu keduanya berbalik sambil melambaikan tangan dan Zein melakukan hal yang sama sebagai balasan.
Sementara taman kanak-kanak yang menjadi tempat belajar dan bermain Chiara, bangunan nya tak jauh dari tempat sekolah Dasar itu berdiri.
Zein lalu mengantarkan putri bungsunya itu sampai di depan kelasnya. Salah seorang perempuan berseragam rapi yang merupakan salah satu guru di sini menyambut hangat kedatangan mereka.
"Selamat pagi pak Zein. " sapa guru itu dengan senyum hangat.
"Selamat pagi bu guru. " sapa Zein balik, tapi seperti biasa dalam suaranya tak mengandung keramahtamahan yang sama, hanya datar saja.
Bu guru itu tersenyum lalu tatapannya beralih pada Rosetta di samping Zein, wajahnya menunjukkan sedikit keterkejutan lalu senyum nya kembali terbit.
"Astaga, apa ini nyonya Mahatma? saya baru melihat nya sekarang tuan Zein, istri anda sangat cantik, " kata bu Guru yang bername tag Salsa tersebut, ternyata salah paham dengan kedatangan Rosetta bersama Zein.
Suasana seketika di selimuti kecanggungan, Rosetta ingin menyangkal hal tersebut namun suara ruang Chiara lebih dulu menarik atensi mereka.
"Ya bu Salsa. Ini mommy Chia, cantik sekali kan? " kata gadis kecil itu sambil tersenyum girang.
Rosetta semakin tercengang dengan penuturan yang di lontarkan Chiara, dia mengibaskan tangan hendak membantah namun Zein lebih dulu berdeham keras.
"Saya tititp Chiara, seperti biasa. " seru lelaki itu, hingga tak ada celah untuk Rosetta membuka suara.
Bu guru Salsa tersenyum. "Baik Pak Zein, saya mengerti. "
Lalu bu guru itu mengulurkan tangannya pada Chiara. "Ayo Chiara, kita masuk kelas. "
Chiara mengangguk antusias, segera menggamit tangan bu guru. Sebelum pergi dia sempatkan untuk menoleh ke belakang sambil melambaikan tangan.
"Dah papah. "
Saat mata bulat nya bertemu Rosetta, Chiara tersenyum sedikit jail. "Dah mommy! " katanya dengan sangat keras hingga mungkin terdengar oleh yang lain.
Sementara Rosetta sudah kelabakan di tempat. wajahnya memerah, astaga dia benar- benar malu sekarang!
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Setelah selesai mengantarkan anak- anak, Zein dan Rosetta kembali ke mobil. Hingga sampai di depan pintu mobil, Zein berdiri dengan bahu tegap dengan kedua tangannya di masukkan ke dalam saku celananya.
"Jangan terlalu mengambil pusing ucapan Chiara. Dia masih anak- anak, " ucap Zein pada gadis di depannya itu.
"Saya mengerti pak. " Balas Rosetta yang sedikit menunduk. Entah kenapa sekarang terasa sulit baginya untuk menatap wajah pria itu.
"Saya tak punya waktu karena ada meeting di kantor."
Rosetta mendongak. "Lalu saya pulang gimana pak? "
Tak lama kemudian muncul lah mobil lain berwarna silver, Rosetta dan Zein sama-sama memfokuskan pandangan pada mobil yang tepat berhenti di samping Rosetta itu.
"Kau akan pulang dengan mobil ini bersama supir, " tutur Zein yang kemudian mendapatkan anggukan mengerti dari Rosetta.
"Kau pulang lah dulu. Lalu setelah saya pulang nanti kita akan mulai membicarakan secara serius soal kontrak kerja mu dan semua kebutuhan mu selama bekerja di sini. "
Rosetta mengangguk lagi, dalam hati dia merasa sangat senang karena akhirnya dia bisa hidup dengan mandiri tanpa ada campur tangan ayahnya lagi.
"Baik Pak saya mengerti. "
Zein membalas anggukan Rosetta dengan anggukan kecil, lalu dia tetap memakukan pandangan nya pada si gadis yang kini mulai memasuki mobil hingga pintu mobil tertutup. Barulah setelah mobil melaju,Zein baru masuk ke dalam mobilnya sendiri.
Tak berapa lama kemudian, Zein tiba di perusahaan nya. Mahatma company, perusahaan real estate yang mencakup segala bidang bisnis yang kini sedang melebarkan sayap nya hingga ke internasional.
Zein termasuk pengusaha yang sangat muda. Di usahanya yang masih 29 tahun Zein sudah membawa Mahatma company masuk ke dalam jajaran perusahaan terbesar dan paling berpengaruh di negeri ini.
Dia kemudian melangkah ringan masuk ke dalam lobby perusahaan. di ruang meeting sudah ramai orang yang menunggu kedatangannya, karena dia direktur utama di perusahaan, tak ada yang berani protes karena dia datang sedikit telat.
Zein lalu mempimpin meeting itu dengan profesional seperti yang selalu di lakukan nya.
Meeting lantas berjalan dengan sesuai dan harapannya. Tanpa terasa meeting selesai saat makan siang tiba.
Semua pamit dan mulai membubarkan diri. Sementara Zein masih fokus di depan laptop nya. Sampai tiba-tiba Refal, sekretaris nya mendekat.
"Tuan, ada yang ingin bertemu dengan anda, " lapor Refal, dengan cara berbisik di telinga nya.
Alis Zein bertaut. "Siapa? "
"Nona--" ucapan refal menggantung begitu saja dan belum sempat di selesaikan sebab tanpa permisi dahulu seorang wanita dengan pakaian minim berjalan berlenggak- lenggok ke arah mereka dengan suaranya yang menggelegar.
"Zein! my honey sweetie baby! " lengkingan suaranya bahkan mampu membuat kedua pria itu langsung menutup kuping.
"Nona Victoria, tuan. Kalau begitu saya permisi! " ujar Refal dengan terburu-buru seolah dia tidak ingin berlama- lama berada di sini.
Rahang zein mengetat karena Refal meninggalkan nya begitu saja.
"Sialan kau Refal. " gumamnya, kesal. Dan kini dia seorang diri harus menghadapi wanita yang terus menganggu nya tanpa kenal lelah ini meski dia sudah terang- terangan menunjukkan kerisihan.
"Oh my god, Zein kamu makin tampan saja, " seru wanita dengan belahan dada yang sengaja ia tampakkan itu. Bajunya yang sangat mini bahkan bisa mencetak jelas tubuh nya yang sebenarnya tak bagus bahkan lemak di perutnya itu sangat kentara di lihat, tapi hebatnya dia tetap percaya diri memakai baju semini itu.
Tanpa aba- aba, tanpa peringatan tiba-tiba saja wanita itu sudah duduk di pangkuan zein membuat Zein terbelalak.
"Victoria, apa yang kau lakukan! "
Wanita itu dengan tampang santainya berucap. "Latihan zein untuk malam pertama kita. " wajahnya benar-benar mupeng, alias muka pengen membuat Zein berjengit.
Zein merinding sebadan- badan mendengar ucapan yang keluar dari mulut nya apalagi ketika Victoria tiba-tiba mendekatkan wajahnya.
"Kau ingin gaya yang bagaimana sayang? semua gaya aku bisa bahkan gaya helikopter pun aku bisa," ucap Victoria sambil mengerlingkan mata.
*******